"Gua kira naksir lo bakal kayak es kepal milo. Musiman, sementara, menggebu tapi ilangnya cepet juga. Tapi gua salah, soalnya lo nasi. Kebutuhan pokok buat hati." Usil Jeka mencolek-colek lengan Una gak jelas.
Sekarang, latarnya di taman kampus setelah insiden satu minggu yang lalu. Keduanya duduk di kursi pinggir taman dekat tiang-tiang lampu. "Apaansih lo!" sok sangar cewek berbadan mungil itu menepis jari Jeka dari tangannya.
Jeka terkekeh melihat balasan jutek Una. "CCG lo! Cantik-cantik galak." cibir Jeka.
"Dari pada lo JJS!!" balas Una tidak mau kalah.
Apaan tuh?
"JELEK JELEK SINTING!"
Wkwkwkwkwkwk
Bukannya kapok di katain sinting, Jeka justru ngakak kegirangan kek orgil di samping Una. Tangannya yang bebas, memukul-mukul bangku taman heboh. Seakan melampiaskan rasa gembiranya di sana.
Sarap emang!
Telinga Una rasanya pengen meledak, mendengar nada tawa Jeka yang mengelegar di seluruh area taman. Bahkan sekarang, semua pasang mata tertuju kearah mereka berdua.
Udah gak asing sih, sama Fakta Jeka yang gak bisa diem. Seantero kampus juga udah tau sama sifat bobroknya Jeka.
Tapi soal Una? Beberapa anak-anak kampus agak kaget sih, Jeka ngotot banget ngejar cewek judes, cengeng kayak Una.
Una itu gak famous kek Jeka, walau imut tapi tetep aja gak sebanding sama ketenaran Jeka. Itu pikiran orang sih.
"Malem ini Deka ngadain pesta, gua bingung nyari bidadarinya dimana." celoteh Jeka menimbang-nimbang tangannya di dagu.
Unna melirik itu, "tuh pasar loak banyak." ketusnya.
"Dihhh cemburu bilang aja, pengen banget diajak ke pesta ya??" goda Jeka merapatkan tubuh mereka.
Una mengeliat tak nyaman, memukul kaki cowok itu keras supaya berhenti dengan aksinya. "Ishh Jekaa."
"Dandan yang cantik, gua jemput jam 8." perintah Jeka, mencubit pipi bapao itu gemas.
"Gak mau!"
"Harus mau, kalo nga gua bareng Mandra bawa cewek pasar loak sesuai saran lo boleh juga tuh."
Una mencubit perut berotot itu, menekan cubitannya sampe Jeka menringis minta ampun. "Ishhh Jeka ngeselin!"
Tuh kan, kan? Gimana Jeka gak klepek-klepek coba, Una tuh spesies makhluk yang terlalu unik. Kadang galak abistuh manja, ya gimana Jeka gak tahan ngincer modelan kek Una.
"Jadi gimana? Mau ngga??" tanya Jeka manarik turun kedua alisnya menggoda Una.
"Gak punya baju....." cicit Una pelan hampir gak didengar Jeka. Astaga dari sekian banyaknya alasan, kenapa harus kata itu yang keluar sih Unaaa?
Jeka yakin kok, baju cewek tuh bejibun! Ngalahin segudang cucian di tempat londry. Tapi kalo di ajak jalan pasti aja alasannya gak punya baju, gibeng boleh ga sih? Terlampau gemes soalnyaa.
"Gampang, ntar gua kirim. Pokoknya lo dandan yang cantik, ahkk jangan deh. Jangan cantik-cantik maksudnya ntar gua khilaf gimana?"
Una menabok dada bidang itu keras sampe bunyi dugg pokoknya.
NYEBELIN!
Malam tiba, gadis imut dengan balutan gaun pemberian Jeka itu meringis tertahan melihat dirinya sendiri di pantulan cermin. Gaunya itu berat, agak bulat, punya telinga panjang.
Ini bener baju pesta kan??
Kok mirip badut sih!
Kesannya kaya beneran kostum, huaaaaaa. Rasanya Una pengen nangis sambil nonjok Jeka. Liat aja! Kalo cowok itu udah jemput, Una cakar mukanya sampe merah-merah!
Dan gak lama dari itu, suara mobil dari luar mengintrupsi Una. Itu Jeka.
Buru-buru Una menghampiri cowok jangkung itu tergesa, menghiraukan sapaan orangtuanya dari rumah tamu. Pokoknya gadis itu harus balas dendam!
Tapi, tunggu?
Jekanya mana??
Di depan pintu hanya ada lelaki paruh baya yang tersenyum lebar padanya. Siapa?
"Tuan Jekandra ada di mobil, saya supirnya. Mau saya bantu Nona...?" tawar lelaki itu yang ternyata seorang sopir.
Una mengangguk, "Aruna, panggil aja Una."
Pria itu terkekeh melihat Una berjalan mendekatinya, "Gaunnya cocok sekali, pas dengan wajah non Una."
Una mendelik malas, sebelas duabelas ternyata. Kepribadian Jeka yang ngeselin diturunin ke seluruh penghuni rumahnya atau gimana??
"Bapak jangan ngeledek gitu dong."
"Loh loh? Saya bicara fakta loh non, non Una itu imut. Cocok sama gaunnya." bela sang sopir ketika mereka tepat di depan pintu mobil milik Jeka.
Una tak mengubris itu, gadis itu tergesa membuka pintu belakang mobil tepat Jeka juga duduk disana. Memasuki tempat duduknya dengan susah payah, Una mengumpat apa saja dalam hatinya menyumpahi Jeka yang melihatnya tanpa berkedip.
Ini saatnya!
"HIYAKKKKKKKK!"
Una memukul kepala Jeka dengan kedua tangan mungilnya, menarik balutan gaun yang sama persis sepertinya itu keras-keras di kepala Jeka. Membuat cowok itu bersusah payah melindungi wajahnya dari segala kemungkinan yang bakal terjadi.
"LO BENERAN NGIRA GUA BOCAH INGUSAN HAH?" amuk Una melampiaskan kekesalannya selama ini terbalaskan sudah. Tangan itu mencoba mencakar wajah Jeka berkali-kali tapi gagal, tenaganya tak sebanding dengan tenaga cowok berotot itu.
"Aduhhhh Una sabar dong."
Una kalap, tak mendengar permohonan Jeka. Bahkan gadis itu menghiraukan kalau mobil yang ditumpanginya sudah berjalan dengan cepat. Sang sopir dari arah depan juga tak ada niatan untuk ikut campur, baguslah! Itu mempermudah Una menghajar cowok ngeselin ini abis-abisan.
"UNA PIPI GUA JANGAN DICAKAR ASTAGA."
"RASAIN! SIAPA SURUH NGESELIN, SINI CAKAR LAGI!!"
"Mana ada kelinci nyakar, lo bukan kucing una." peringat Jeka menahan kedua tangan itu kasar. Una terus memberontak sampai gaun yang dikenakannya melotot kebawah.
Jeka yang menyadari lantas membenarkan letak itu. Merasa Jeka lengah, Una buru buru mencakar lagi muka cowok itu.
Tapi kali ini salah sasaran!
Cakarannya malah meleset ke bibir.
Jeka meringis merasakan darah segar keluar dari sudut bibirnya. "Kelinci bisa buas ternyata." gumamnya meratapi nasib.
Sedangkan Una duduk ditempat dengan baik, seolah gak ada hal yang terjadi barusan.
Salah siapa memancing-mancing kelinci betina!
Ee...ehk?
KAMU SEDANG MEMBACA
𝙎𝙚𝙛𝙧𝙚𝙠𝙪𝙚𝙣𝙨𝙞 𝙗𝙪𝙠𝙖𝙣 𝙥𝙚𝙣𝙤𝙣𝙩𝙤𝙣 𝙨𝙩𝙤𝙧𝙮!
FanfictionKISAH KITA HEBAT, TAK PERNAH DEBAT TAPI TAMAT. 🫧note : Typo harap di maklum, ntar di revisi🫠 SBPS! murni pikiran author. Kalo ada latar, nama tokoh ataupun cerita yang sekilas mirip itu murni gak di sengaja. Diharap bijak dalam membaca!