Selamat membaca!
.
.
.
.
.
Di tengah-tengah aktivitas tersebut, suatu pemikiran timbul di kepala Ye Mi, yaitu mengenai perjuangan sampai akhir. Mulanya, dia benar-benar ingin menyerah demi menghargai keputusan sang kekasih. Namun, sekarang tidak ada lagi kata menyerah. Dia akan berusaha mendapatkan restu dari keluarga Wang, tidak peduli dengan apa pun yang akan terjadi. Dia tidak masalah mendapatkan ribuan pukulan yang menyakitkan selama dia diizinkan bersanding dengan Xiao Sa. Bagi Ye Mi, lelaki manis itu sangat berharga dibandingkan dirinya sendiri. Dia merasa lebih baik mati jika tidak dapat bersatu dengan Xiao Sa.
Kecupan yang berlangsung lama pun diakhiri secara sepihak oleh Ye Mi, memberi pandangan pada diri Xiao Sa bahwa lelaki tampan itu menolak segala jenis kata cinta yang tersampir. Dia pikir itu merupakan hal yang wajar ketika mengingat kembali bukti-bukti kuat yang terkumpul. Jika Xiao Sa benar-benar cinta, dia mungkin tidak akan pernah menempuh jalan perpisahan. Wajar jika Ye Mi memiliki beribu penolakan.
Tanpa diketahui yang sebenarnya adalah Ye Mi berusaha keras memutar otak mengenai apa yang harus dia lakukan untuk menyogok keluarga Wang. Acara berpikir bertepatan dengan kedatangan keluarga Wang yang akan menawarkan segudang kebahagiaan untuk mereka.
Wang Yibo adalah orang yang mengemukakan, tanpa melihat ke arah Ye Mi yang masih setia berdiri mematung di samping ranjang Xiao Sa. Fokusnya selalu tertuju kepada sang anak, ingin mendeteksi seberapa besar pengaruh kata-kata yang akan dia keluarkan, "Bawa orangtuamu ke rumah untuk membicarakan pernikahan."
Semua orang tahu bahwa kalimat tersebut ditujukan kepada Ye Mi. Namun, Wang Yibo sama sekali tidak pernah mengarahkan pandangan pada lawan bicara yang sesungguhnya. Dia menangkap segala pergerakan bingung pada diri Xiao Sa yang mengedip lucu, tampak sedang mencerna situasi yang sebenarnya sangat sederhana.
Tidak lama kemudian, binar terang menyambangi mata redup Xiao Sa, bersamaan dengan senyum indah yang sedikit demi sedikit terpatri. Dia menatap tidak percaya kepada Wang Yibo dan menuntut kejelasan agar kalimat membahagiakan diucapkan sekali lagi.
Rasa gemas yang sulit ditolak, membuat Wang Yibo merasa tak mampu mengabaikan keinginan Xiao Sa sehingga dalam satu kali tarikan napas dia kembali mengulangi, "Kalian harus segera menikah sebelum aku berubah pikiran lagi."
Pada menit berikutnya, pandangan Xiao Sa tertuju kepada Ye Mi yang tampak sama bahagianya. Lelaki tampan itu bahkan melakukan hal yang tidak pernah dilakukan sebelumnya, tersenyum begitu lebar hingga gigi-gigi putih menyembul keluar.
Dekapan yang secara otomatis terajut, mampu menghangatkan hati setiap orang yang melihat. Meski demikian, Wang Yibo sama sekali tidak melunak seutuhnya. Setelah menyembunyikan senyum yang tak tertahan kala mendapati kebahagiaan tiada akhir pada diri sang anak, raut wajah datar kembali dipertahankan. Suara berat yang dingin pun tidak mau kalah, menginterupsi segala tindakan yang Ye Mi dan Xiao Sa berusaha ciptakan. "Tapi jangan senang dulu. Sebagai hukuman, kalian dilarang bertemu sampai orangtuanya datang ke rumah."
Alhasil, dekapan terlepas seketika, serta suara yang bukan berasal dari pihak bersangkutan mengudara dengan penuh keluhan. "Kenapa?!"
Itu adalah suara Xiao Zhan yang mengandung aura tidak terima. Seolah dia yang tengah dilarang bertemu, dia membantah dengan keras, juga tiada henti menuntut jawaban.
Wang Yibo menjadi kewalahan dibuatnya. Saat ini, dia dihajar habis-habisan oleh tatapan menuntut yang tidak hanya berasal dari Xiao Zhan, bahkan Ye Mi dan Xiao Sa ikut bertindak demikian. Jujur saja, tidak ada sedikit pun keinginan pada dirinya untuk memberi jawaban. Namun, dia tidak lagi berdaya untuk bungkam usai mendengarkan paksaan yang tak berujung.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE GLOOM S.2 (YIZHAN)
FanfictionThe Gloom Season 2, jangan lupa mampir ke The Gloom Season 1 dulu. Tentang perjalanan hidup si kembar, Chen Yu dan Xiao Sa, dalam menggapai impian. Kebersamaan Chen Yu dan Xiao Sa harus terhalang oleh cita-cita. Keinginan untuk menjelajahi negeri or...