26/03 - Sori's

131 22 2
                                    

Sori adalah laksana mentari di keluarganya. Bukan satu-satunya, melainkan salah satunya, tanpa mengurangi sedikitpun rasa cinta untuknya. Matahari lainnya adalah dua adiknya, Gentar dan Sopan, yang memang hobi sekali membuat suasana semarak meriah.

Walau begitu, semua saudaranya mengaku serentak, kalau tanpa kehadiran Sori sudah seperti es campur tapi tidak pakai 'es' itu sendiri. Ramai tapi ada canggung menyelip—tidak sepatutnya saja rasanya begitu.

Dan hari ini pun dapat dilabeli anomali buat sang mentari. Sori pulang dengan muka tertekuk dan bibir yang cemberut lucu. Seorang diri, tanpa diikuti salah sekian dari lima saudaranya. Beberapa kali kakinya menendang usil pada kerikil-kerikil di jalan dan menimbulkan berbagai suara rusuh pada sasaran tendang. Definisi hari Sori betulan sangat buruk.

"Waduh mendung,"

Sori mendelik sebal pada sosok yang menyeletuk usil. Salah satu kakaknya, Supra, menyeringai miring sambil tetap menyirami halaman depan rumah. Biar sedikit sejuk, kata dia.

"Jangan disiram harusnya kalau mau adem," sewot Sori sambil menarik selang yang sejak tadi digenggam Supra. Digulungnya rapi lalu diletakkan di dekat keran taman, setelah memastikan kerannya menutup rapat. "Panas terik gerah begini kalau Mas siram malah bikin tambah gerah, tau. Soalnya, airnya bakal menguap, panas. Kita jadi orang-orangan kukus. Gitu saja masa Mas Supra gatau."

Supra tertawa kecil, senang sekali tujuannya menjahili sang adik tercapai. Di matanya, Sori yang sedang bersungut-sungut itu paling asyik kalau dijahili. Responnya bakal sewot terus menerus. Kalau salah, dia bakal sewot. Kalau benar pun, dia bakal tetap sewot. Pokoknya, Sori yang sedang bad mood isinya cuma mengomel kesana kemari.

"Kenapa sih, Sori uring-uringan banget?" Pipi Sori dicubit gemas, sesekali ditarik melar seperti mencubit mochi buatan Glacier. "Baru saja pulang sekolah, loh. Masih banyak setan yang menempel. Ayo, keluar kamu setannya Sori!"

Sori makin berang. Ditepuknya balik punggung sang kakak sama keras seperti saat Supra menepuknya tadi. Enak saja Sori dibilang setan!

"Aku dimarahi—"

"Eh, jangan cerita dulu!"

Dahi Sori mengernyit, dan kernyitannya makin tajam ketika Supra tiba-tiba masuk ke dalam rumah lalu balik keluar sambil bawa dua cup es krim.

"Buat apa ini?"

"Ya buat teman mendengarkan cerita Sori, lah," jawab Supra asal. Fokusnya sudah teralih pada cup es krim yang bandel tidak mau dibuka oleh jemarinya. "Sori juga mau, kan? Haus loh kalau cerita panjang lebar tapi tidak diselingi makan es krim. Lagian, cuacanya juga cocok. Yuk, lanjut deh ceritanya."

Sori mendengus sinis. Kakaknya yang ini—khusus padanya—entah kenapa bisa jadi sangat menguji kesabaran. Coba kalau di hadapan yang lain, aduh, jaim sekali dia. Siapa yang akan percaya pada statement Sori kalau aslinya Supra punya hobi menggodanya sampai emosi merambah puncak ubun-ubun?

Pasti Sori yang dicap sebagai tukang ngibul.

"Tadi aku dimarahi anak-anak Rumah Kaca," ujar Sori pelan. Terdengar sekali kalau ia sangat lelah menghadapi hari ini. Bahkan jari-jarinya ikut kesulitan seperti Supra saat hendak membuka tutup es krimnya. "Mas masih ingat kan sama proyek kaktus-kaktus mini yang waktu itu pernah Sori bahas?"

Supra mengangguk mengiyakan dalam diam. Tangannya terjulur mengambil es krim Sori dan membukanya dengan kekuatan penuh, sebelum mengembalikannya pada sang pemilik.

"Nah, kaktus-kaktus itu mengering layu," mendesah pelan, Sori menyuapkan sesendok besar es krim rasa talas ungu kesukaannya. Takutnya, kalau ia tidak segera menyusulkan es krim tersebut, dia bakal kebablasan emosi lagi. "Beberapa minggu yang lalu, Duri juga kena marah. Sori pikir, mereka minimal sudah dapat edukasi dari Duri, karena masalahnya memang pada orang-orang yang kebanyakan menyiram tumbuhan itu. Tapi, ternyata Sori salah. Kali ini mereka malah sama sekali tidak menyiram kaktus-kaktus itu dong. Tahu sendiri kan, akhir-akhir ini cuaca panas bukan main? Ya mati lah tumbuhan-tumbuhan itu. Ugh, bodoh sekali!"

Selamat Hari Brojol Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang