7. Wish

3 3 0
                                    

- Juli 2022

Ruangan yang begitu gelap, kosong dan hening terdengar jelas suara langkah kaki yang menggema disetiap sudut ruangan. Usang dan berdebu begitu penampakan ruangan tersebut seperti sudah tidak terjamah oleh manusia dalam jangka waktu yang lama. Perlahan aku memberanikan diri mendekati sebuah nakas yang tertutup kain hitam berbalut debu begitu tebal, aku berusaha membukanya perlahan. Mataku tertuju pada sebuah benda yang mengingatkan ku pada kejadian lampau.

"Anak pungut gak pantas ada disini"
"Pantas ngga punya attitude"
"Kurang kasih sayang lu hah?"
"Lu itu ngga pantes main sama kita"

Semua makian itu masih teringat jelas dikepalaku hingga saat ini. Hari itu menjadiku seseorang yang tertutup hingga saat ini, orang yang tidak terbiasa menceritakan segala perasaan yang sedang aku alami. Namun, sejak bertemu dengan Bian aku berusaha mengembalikan kepercayaanku pada seseorang, mulai berkeluh kesah seperti orang pada umumnya, dan merasakan pelukan hangat saat aku sedang terpuruk yang belum pernah aku rasakan sebelumnya.

"damn, he's my first love" gumamku sambil membolak balik album foto yang telah usang tersebut

Dalam album foto itu banyak sekali kenangan masa kecilku, fotoku dengan Langit yang masih sering bertengkar, foto-foto kenanganku dengan Bian saat masih pacaran hingga foto lamaku yang terlihat dengan senyuman tulus layaknya orang bersifat hangat kepada orang lain. Namun, sekarang malah sebaliknya, rasanya untuk tersenyum saja sangat sulit untukku.

Sudah hampir dua tahun aku tidak berkomunikasi dengannya apalagi saat ini kami telah lulus dan aku melanjutkan kuliahku diluar kota. Aku berusaha lepas dari bayang bayang Bian sejak terakhir kali kita bertemu dan bertengkar hebat. Saat itu kami tidak sengaja bertemu disebuah coffeeshop, tiba-tiba Bian datang entah sengaja atau tidak tapi dia sudah seperti penguntit yang tau dimanapun aku berada.

"Bian, stop ngikutin gue"

"Kenapa sih, Lea" Bian menjeda ucapannya "Aku ada salah?"

"Kamu yang kenapa" aku balik bertanya dengan emosi yang memuncak "Kamu yang minta kita selesai tapi kamu juga yang terus nyari segala cara dan alesan biar kita bisa tetep bareng maksud kamu apa?"

"Kamu aneh, kamu yang udah sepakat kita temenan tapi sekarang malah gini" ujarnya "Aku ngga ada maksud apa apa kalau kamu masih terbawa perasaan ya itu diluar kendali aku, Lea"

"Dasar manipulatif" ketusku padanya "Gue ngga pernah minta buat jatuh cinta sama lu, kalaupun itu terjadi semua juga bukan keinginan gue, brengsek"

Keadaan hening beberapa saat dengan saling menahan emosi. Entah angin dari mana aku refleks menampar Bian dengan cukup keras sehingga memantik perhatian dari banyak orang disana "Mulai sekarang stop hubungin gue, dan stop ngikutin gue" ujarku lalu pergi meninggalkan Bian yang masih meringis kesakitan akibat tamparanku

Itu adalah terakhir kali aku bertemu dengan Bian sebelum memutuskan untuk pergi dari kota ini dan melanjutkan pendidikanku. Sekarang aku hanya bisa mengetahui kabarnya dari teman-temanku yang masih sering berkomunikasi dengan Bian, atau dari Abel sebagai sumber info sejak dulu tidak berubah kami masih berteman baik meskipun beda kota.

Tok... tok...

Suara ketukan pintu terdengar dari luar, seketika aku menutup album foto yang sedari tadi berada ditanganku. Ternyata sejak tadi aku tidak menyadari bahkan air mataku telah membasahi beberapa titik di album foto tersebut. Aku berjalan sambil mengusap air mata dan kembali dengan wajah datar dan dingin untuk membuka pintu. Terlihat seorang laki-laki tersenyum excited menyambutku dari luar, tanpa basa basi memelukku erat.

"Lang, lu gapapaa"ujarnya

Saat menyadari ucapanku dia segera melepas pelukannya dan terlihat gugup "Sorry, sorry gue refleks aja tadi" ucapnya canggung

Mataku tertuju pada kantong plastik yang dia bawa dan memiliki ide untuk menghilangkan kecanggungan kami saat itu "Bawa apa lu?"

Dia mengangkat kantong plastik tersebut tepat didepan muka ku "Seperti biasa, nasi goreng, camilan sama matcha latte kesukaan lu" raut wajahnya sudah berubah kembali excited lalu menerobos masuk kedalam rumah tanpa basa basi.

Aku hanya berdecih heran sambil tersenyum tipis sambil menutup pintu setelah dia masuk kedalam. Kami melakukan aktivitas menonton film sambil menikmati snack yang dia bawa, seluruh ruangan yang awalnya hening menjadi ramai dengan suara tawa kami yang sedang asik menonton film komedi hingga larut malam.

"Disini sampai kapan?"tanyanya

"Cuma seminggu doang deh kayaknya"

"Okay, kita jalan-jalan selama seminggu gue bikinin list kita kemana aja nanti" ucapnya "btw, udah malem gue nginep sini ya"

Aku sedikit kaget dengan pernyataan Langit yang meminta untuk menginap hingga tidak menjawab apapun "Tenang aja, gue tidur sofa aman ga usah mikir macem macem lu"

"Yee... siapa juga yang mikir macem macem"aku berusaha agar tidak terlihat gugup "Lu aja kali yang dirty mind" lanjutku sambil melempar bantal ke arah Langit

"Lucu banget kalau lagi salting"gumamnya yang masih bisa aku dengar

MOKSHATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang