Resah

216 15 3
                                    



























"Kakak?"

"Iya, kenapa?"

"Sibuk?"

"Tidak, memangnya ada apa?"

"Mau jalan-jalan malam tidak?"

"Kamu yakin? Masih gerimis loh ini."

"Cuman sebentar kok, apa kakak lagi sibuk?"

"Tidak Yangyang, mau kakak jemput?"

"Tidak perlu, aku sudah ada di depan kost kakak."

"Kenapa ga langsung masuk aja?"

"Takut ganggu kakak malam-malam begini."

"Ya sudah, tunggu kakak siap-siap dulu."

"Okey!"









Yangyang menunggu dengan sabar kekasihnya, tak sampai 5 menit pintu kamar kostnya terbuka.

"Nunggu lama engga, dek?" Kun mengunci kamar kostnya, lalu mengambil dua payung untuk dirinya dan Yangyang.

"Engga kok kak." Yangyang tersenyum manis menatapnya. Ah... Ini yang Kun suka dari Yangyang, senyumannya yang manis itu.

Kun memberikan payungnya "Mau jalan-jalan kemana?"

"Ke taman saja yang lebih dekat, aku juga ingin duduk-duduk di sana."




Yangyang pov

Aku melihat mata boba itu, mata yang selalu menatapku dengan teduh. Aku ingin melihat mata itu lebih lama lagi...

Yangyang pov end











Kun pov

Tak biasa Yangyang mengajakku berjalan-jalan di malam hari seperti ini, biasanya kita akan sleep call sampai tengah malam tapi kali ini berbeda...

Aku juga menatap mata sipitnya... Mata yang selalu memancarkan keceriaan itu mulai perlahan meredup. Apakah itu hanya perasaanku saja? Entahlah, selama kami berhubungan ia tak pernah mengeluh ataupun menceritakan masalahnya. Paling yang sering dia ceritakan hanya Haechan, Renjun, Jaemin, dan teman-temannya yang lain. Terkadang aku sampai bosan mendengarnya tapi saat melihat dia menceritakannya dengan beragam ekspresi itu membuatku terhibur.

Iya, Yangyang tidak pernah menceritakan masalahnya kepada ku. Dia harus di pancing terlebih dahulu baru akan cerita.
Alih-alih masalahnya, dia malah lebih suka mendengarkan keluh kesah ku. Aneh bukan?

Kun pov end















Mereka berdua sudah sampai di taman, mendudukkan tubuh mereka di bangku taman yang sedikit basah karena gerimis.

"Langitnya bagus ya?" Yangyang menatap jauh langit malam yang gelap karena awan mendung.

Kun hanya diam memperhatikan kekasihnya, kenapa ia sebenarnya?

"Kak"

"Iya?"

"Kalau aku jadi bintang, bagaimana?"

Kun mengerutkan dahinya tak mengerti "Eum, kamu pasti sangat cantik. Walaupun kecil tapi bisa bersinar terang..."

"Kalau bintangnya meredup, bagaimana?" tanya Yangyang

Kun semakin tak mengerti ucapan Yangyang "Sebenarnya apa yang ingin kamu katakan?"

Yangyang tersenyum dan menggeleng kecil "Tidak ada, aku hanya meracau."

"Kalau kamu jadi bintang, aku akan menjadi bulannya." ucap Kun

"Kenapa?" tanya Yangyang

"Walaupun bintang menghilang, tapi bulan tidak akan pernah hilang dan akan tetap pada tempatnya. Benar?"

Yangyang mengangguk, membenarkan ucapan Kun.

"Sepertinya musim gugur akan tiba" Kun menghadap Yangyang dan membenarkan jaket yang di gunakan nya "Rapatkan jaket mu, suhunya sangat dingin."

Tak lama, hujan deras pun mulai mengguyur.

"Ayo, kita pulang. Hujannya semakin deras..."
Kun membuka payungnya dan memberikannya pada Yangyang "terimakasih kak."



































Di malam itu, kami berjalan pulang di bawah payung dengan iringan hujan dan daun gugur dan di saat itu lah terakhir kali aku melihat matanya...

Mata yang penuh dengan keresahan.

























Terinspirasi dari ini






Terinspirasi dari ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



Walaupun ga ada hubungannya sih, kayanya...














Spam angsat sabi kali ya

KūnYáng or YángKūn (?)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang