14. Kabur dari rumah

36 5 0
                                    

Tepatnya berada di halaman sekolah, Niara marah besar mendorong keras Yuqika sampai terjatuh, tidak berhenti di situ Niara mencengkram baju Yuqika menariknya.

"Pembelot!" 

"Lacur!"

Segala ucapan jahat yang tidak seharusnya dilontarkan pada sang teman hari ini terucap oleh Niara. 

Murid lain mulai berdatangan melihat keributan dari dua gadis yang biasanya selalu terlihat bersama. 

"Niara, dengarkan." Ucapan Yuqika terpotong ketika Niara memukul wajahnya. 

Niara menghantam menggunakan kepalan. Gadis itu sudah terduduk sedangkan si pelaku yang berdiri melakukan tindakan. 

Niara masih saja memukuli Yuqika bukan hanya di wajah tapi juga di dadanya membuat Yuqika kesakitan akan menangis. 

"Kau membuatku menjadi tumbal!" Niara berseru keras menganggap jika perbuatan Jerry ialah ulah dari Yuqika. Itu karena Yuqika berada di lokasi ketika Jerry menembaknya. 

Yuqika memang berada di sana ia juga menyetujui jika Jerry menyukai Niara, tetapi tidak tentang sebuah rekaman yang terus membuat Niara frustasi. Yuqika tidak mengetahui sama sekali, ini perbuatan Sua. Bukan Yuqika yang seharusnya menerima kemarahan Niara. 

Jerry tiba menarik lengan Niara menghentikan perilaku sang gadis.
 "Apa yang kau lakukan?!" 

"Kau keterlaluan, Niara!" Sua juga ikut serta bersama Jerry menunjuk wajah Niara. 

"Apa?!" Niara mendorong bahu Sua yang berdiri menghadang. 

"Ayolah!" Sua lantang membalas Niara dirinya sungguh muak yang selalu diam. 

"Kau kurang ajar. Ternyata ada pisau di sini," sindir Niara pada Sua yang ikut menyudutkan dirinya. 

"Hentikan!" Jerry mengguncang bahu Niara, lelaki yang sedari tadi menggenggam tangan Niara.

Niara menghempas tangan Jerry di atas bahunya, seketika genggaman lelaki itu juga ikut terlepas. Niara melangkah pergi meninggalkan murid yang sudah ia buat berkumpul. 

Niara pergi ke kelasnya sampai di meja kursi depan lalu berhenti.

"Perhatian!"

"Teruntuk nama yang disebutkan segera menghadap bk sekarang!" Pengeras suara informasi dinyalakan untuk pemanggilan yang terlibat. 

"Niara Ninqala."

"Yuqika."

"Dan Sua. Harap langsung mendatangi bk."  

Pemanggilan nama dirinya hanya semakin menambah hati Niara meradang. Siapa yang peduli?! 

Dengan wajah tertekuk Niara memasang ransel berjalan keluar dari kelas, tidak memperdulikan murid lain yang sekarang menatap juga memberikan ekspresi panas ke arahnya. 

Bukannya mendatangi ruangan yang diminta Niara justru berniat pergi dari sana sebelum sekolah berakhir. Ada penjaga sekolah yang berdiri mengawasi di pintu gerbang, ia tidak akan bisa keluar. Niara beralih ke halaman belakang menengadah tembok pagar yang cukup tinggi. 

Niara mulai menaikkan kakinya berpegang kuat di sela lubang ini cukup sulit. Jika saja pagar besi mudah untuk dipanjat.

Wajahnya memerah menahan beban tubuh sendiri Niara berhasil mencapai di puncak atas, satu langkah lagi, tersisa turun Niara akan keluar dari lingkungan sekolah.

"Usus ku akan merosot jika melompat." Niara bergumam sendiri tetap duduk di atas. 

Pada akhirnya Niara mencoba perlahan dan dapat turun, walau telapak tangan ini terasa panas dan merah berbekas. Niara berjalan sendirian memainkan handphone di tangan berada di tepi jalan, ini bukan aspal hanya jalan biasa untuk dilalui kendaraan roda dua. 

Waiter Niara Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang