Chapter 2

600 53 0
                                    

"Cinta tidak bisa kita paksa. Harus mencintai siapa dan dengan siapa, yang harus kita ingat adalah perjuangan kita dari awal untuk menjadi seperti itu"

...

Dalam kurun waktu tiga bulan setelah perseteruannya dengan Mike, Freen berhasil membuat Becky menyukainya. Kesabaran dan perhatian kecil yang selalu Freen berikan telah meluluhkan hati Becky. Tidak ada lagi pria bernama Mike Angelo dalam hatinya. Hati dan pikirannya dipenuhi oleh Freen Sarocha. Perempuan kekanak-kanakan yang selalu membuatnya tertawa dan selalu merasa istimewa dari sebelumnya. Dunia kini seperti berpihak pada hati Freen. Becky selalu setia menemani dan menenangkannya ketika Freen ada dalam masa-masa yang buruk.

"Apakah kau sangat sakit?" Tanya gadis yang memiliki nama lengkap Rebecca Patricia Armstrong itu ketika Freen menceritakan masa terberatnya ditinggalkan oleh ayahnya.

Freen mengangguk-angguk tanpa berani menatap Becky karena ada butiran air di sudut matanya.

"Aku tidak akan lupa bagaimana ayahku menyakiti ibuku. Menduakan cintanya tanpa melihat perjuangannya dari dulu. Perjuangannya untuk hubungan mereka. Tapi mungkin setelah sekian lama mereka bersama, mereka telah lelah untuk berjuang. Tapi jika cinta tidak akan berakhir seperti itu bukan?" tanya Freen kali ini berani melirik ke arah Becky.

"Terkadang kita hanya bisa pasrah dalam suatu keadaan. Cinta juga tidak bisa kita paksa. Harus mencintai siapa dan dengan siapa, yang harus kita ingat adalah perjuangan kita dari awal untuk menjadi seperti itu. Itu adalah kunci agar sepasang kekasih tetap bersama", terang Becky sembari mengelus lengan Freen penuh sayang.

"Sepertinya aku benar-benar beruntung memilikimu", Freen melemparkan senyum ke arah Becky.

"Ah tidak kau salah babe. Aku, aku yang beruntung memilikimu", jawab Becky membalas senyuman Freen.

Becky Armstrong, aku mencintaimu tanpa batas waktu. Meski ragaku hilang di depanmu tapi rasa cintaku akan selalu ada. Ketika aku mengatakan aku hanya mencintaimu, maka itu memang benar adanya. Tidak ada yang lain. Tak apa jika kau mengatakan aku terlalu menggunakan perasaan. Tapi aku belajar dari senyuman ibuku. Senyuman kesabaran ketika dia dikhianati jauh sebelum ibu dan ayahku memutuskan untuk berpisah. Aku melihatnya. Ibuku menangis sembari melihat album kenangannya dengan ayahku dihari dimana ayahku benar-benar meninggalkannya. Aku perlahan mendekatinya. Beliau mengelus pipiku, menatapku tersenyum dengan mengatakan hal yang membuatku menjadi seorang Freen Sarocha yang sekarang.

"Ada masa-masa bosan dalam sebuah hubungan apalagi hubungan itu terjalin cukup lama. Tapi jangan menjadikan rasa bosan itu membuatmu menyerah untuk berjuang. Ingat hari dimana pertama kali kau mencintainya, merindukannya dan merasakan tidak bisa hidup meski hanya mendengar suaranya. Apapun yang terjadi jangan menyerah untuk berjuang. Tapi kau juga harus ingat, kau juga perlu bahagia bukan hanya dia. Jika salah satu dari kalian sudah benar-benar tidak mau sejalan, maka lepaskan. Hiduplah dengan baik nak, dan maafkan kami, orang tuamu. Salah satu dari kami lelah untuk berjuang nak. Salah satu dari kami tidak mau sejalan lagi. Maaf..."

Ibu menangis didepanku. Itu pertama kalinya ibu memperlihatkan tangisnya. Tangis seseorang yang telah berjuang tapi sia-sia. Aku mendekap ibuku erat, ikut menangis bersama sembari mengelus punggungnya merasakan betapa sakitnya menjadi orang yang cintanya terkhianati.


To be continued

Please... Don't Leave Me! (freenbecky)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang