G.T | 4

5.8K 289 5
                                    

Jangan lupa vote & komen ..

***

BAB 4

***

Tepuk tangan meriah mengiringi penampilan PARF yang baru saja menyelesaikan aksi panggung mereka di depan pelanggan setia Cafe PARF yang semakin ramai menjelang malam hari.

Diantara senyuman lebar keempat pria 27 tahun itu, nyatanya ada satu pria yang memberi senyum penuh kepalsuan. Sebab, hatinya sedang tidak baik-baik saja namun senyum harus ia tampilkan dihadapan para pelanggan yang kebanyakan berisi anak-anak muda. Terutama anak gadis.

Maklum saja, sejak duduk di bangku kuliah, nama PARF sendiri sudah terkenal dikalangan anak-anak kampus lain. Termasuk memiliki nama mentereng diberbagai sosial media yang semakin meningkatkan kepopuleran mereka. Bahkan pernah beberapa kali mengisi undangan di pernikahan seleb yang digandrungi anak muda.

Menuruni tangga untuk segera turun dari panggung, Prabu yang berjalan di belakang Athar lantas menepuk pundak temannya yang terlihat uring-uringan selama beberapa hari terakhir.

"Kenapa lagi lo sama Nadin?" Tanyanya usai mereka berada di ruang istirahat. "Bang Endra bikin ulah?"

Kebetulan Prabu pernah beberapa kali bertemu kakak laki-laki Nadin saat menjemput wanita itu di rumahnya. Dari cerita Kinan, kemudian dia tahu jika Endra memang cukup protektif terhadap Nadin. Namun sejatinya Endra merupakan kakak yang baik.

"Gue nggak tahu kenapa Nadin susah dihubungi selama seminggu terakhir ini," desah Athar yang kemudian menjatuhkan pantat ke atas bean bag.

"Lo ada salah kali," celetuk Raka.

"Mana ada. Hubungan kita baik-baik aja. Malah sehari setelah main dari rumah Prabu, gue sama Nadin pergi jalan-jalan seharian."

"Positif thinking aja deh Thar, mungkin Nadin nggak ada kuota." Celetuk Faiz santai.

"Dodol!"

Raka melempar sebungkus permen ke wajah pria berlabel jomblo dihadapannya.

"Mana ada Nadin kehabisan kuota. Di rumah juga ada wifi, belum lagi di kantor kakaknya. Bullshit kalau sampai kehabisan."

"Ya 'kan gue ngomong gitu biar si Athar yang bukan anaknya Rezky Adhitya ini, nggak makin over thinking." Sahut Faiz sembari membuka bungkus permen yang tadi dilempar Raka.

"Apa mungkin lo ada omongan yang nggak sengaja bikin Nadin sakit hati, Thar?"

"Ck, gue nggak ada ya ngomong macem-macem." Dengkus Athar.

"Tapi Nadin emang lagi aneh sih kata Kinan," perkataan Prabu tanpa sadar semakin memperkeruh suasana hati Athar yang buru-buru duduk tegak.

"Kinan ada ngomong apa ke elo, Prab?" Tanyanya penasaran.

"Seperti yang lo bilang, Nadin susah dihubungi. Kemarin cuma nge-chat Kinan buat batalin acara jalan-jalan mereka hari ini. Makanya siang tadi bini gue sempat uring-uringan soalnya gagal healing, tapi sebagai gantinya Kinan pergi ke salon bareng Zia dan gue bertugas jagain para bocah di rumah." Jawab Prabu yang malah berujung curhat.

Athar pun menghela panjang.

"Kinan nggak ada nanya apa-apa gitu ke Nadin?" Yang segera digeleng oleh Prabu.

"Gimana mau nanya, habis itu nomornya nggak aktif."

Bahu Athar langsung melesat turun bersama helaan napas panjang untuk yang kesekian kali.

"Kenapa lo nggak pergi ke kantor kakaknya aja sih, Thar? Atau ke rumahnya langsung. Kalau lo takut, kita-kita bisa kok nemenin." Raka memberi saran yang kemudian mendapat gelengan kepala.

GARIS TAKDIRTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang