September 2022
Ini sudah hampir 2 bulan sejak aku memasuki SMA. Tak ada yang menyenangkan sebenarnya karena ku rasa ini masih awalnya. Masih belum ada yang menarik sampai, pertandingan basket tahunan datang.
Pagi tadi ada pengumuman bahwa pertandingan basket tahunan akan diselenggarakan. Sebenarnya aku tidak terlalu tertarik basket, namun sepertinya menonton akan menyenangkan, tapi jika punya teman. Hehe.
Aku akhirnya memaksa Naya untuk ikut menonton bersamaku. Namun Naya adalah seorang introvert yang sangat mencintai kasurnya. Ketimbang harus bert
eriak-teriak menonton di tribun ia lebih memilih untuk tidur berleha leha saja di rumah.Jadinya aku tidak punya teman untuk menonton. Tapi untungnya ada Reyhan, laki laki boti di kelasku itu mau menemani ku menonton pertandingan basket nanti sore. Tapi sial, ternyata Reyhan mengajak beberapa anak kelas untuk menonton bersama kami, dan salah satunya adalah Jingga.
Sepertinya setahun ini hidupku akan selalu tentang Jingga. Tapi ya sudahlah tidak papa, asalkan aku ada teman untuk menonton.
*
Sore hari pun tiba, aku bingung apakah aku harus berangkat atau tidak. Aku ingin menunggu kabar dari teman-temanku apakah mereka sudah sampai di gor atau belum, namun tidak ada pembicaraan apa-apa di grub kelas. Aku mulai menghubungi Reyhan namun ia sedang tidak aktif. Dengan terpaksa dan berusaha menurunkan gengsi, akhirnya aku menghubungi Jingga. Menanyakan apakah dia sudah sampai di gor, dan ternyata belum, ia baru saja siap-siap.
Namun waktu sudah menunjukkan jam tanding jadi aku memutuskan untuk berangkat menggunakan motor Scoopy kesayanganku.
Butuh waktu sekitar 15 menit lebih untuk aku akhirnya sampai di tempat pertandingan basket itu yaitu di gor, sebelum menuju parkiran aku berhenti di depan karena aku bingung, ini terlalu ramai dan aku takut.Dan entah kebetulan atau tidak aku melihat Jingga yang baru saja diantar oleh ayahnya. Ia juga terlihat kebingungan, akhirnya aku memanggilnya.
"Jingga!!"
Dia menoleh dan tersenyum melihatku. Ia pamit pada ayahnya dan berlari ke arahku.
"Kok ga masuk?" tanyanya padaku.
Aku tersenyum kikuk dan berkata "Serem anjay, rame banget. gue malu"
Dia tertawa kecil, dan wahh aku merasa sunggu terhormat akhirnya ia bisa tertawa karenaku.
"Gue temenin deh," ucapnya
Aku pun bersemangat karena ada yang mau menemani ku, akhirnya aku menurunkan footstep motorku dan mempersilahkannya untuk naik.
Ku bawa dia ke tempat parkiran, dan kita bersama mencari Reyhan dan teman-teman yang lain. Setelah berkumpul bersama teman-teman yang lain, kami memutuskan untuk masuk ke dalam gor.
Namun sayangnya, tempat dudukku sedikit berpisah dengan Jingga. Aku tepat berada di samping teman gugusku dulu, dan juga teman kelasku yg lain, baru setelah itu Jingga. Tapi aku bodo amat lah, yang penting aku bisa menonton pertandingan ini.
Selesai menonton pertandingan, Jingga terlihat kebingungan karena ayahnya tak bisa menjemputnya. Jadi kuputuskan untuk ku antar saja dia, sebagai teman yang baik ku rasa. Dan mumpung rumah Jingga sepertinya tak jauh dari sini jadi yasudahlah.
Tapi ternyata dia tak tau jalan untuk ke rumahnya jadi aku memutuskan untuk menggunakan google maps saja. Sambil menyetir aku membuka google maps lewat hpku dan itu membuatnya marah. Ia mengambil hpku.
"Biar gye aja yang lihat" dengan percaya diri dia mengatakan hal itu. Namun ternyata ia adalah orang yang tak bisa membaca google maps.
"Lucu" batinku.
Dan aku kembali mengambil hpku.
"Udah percaya sama gue, gabakal kenapa-napa"
Ia hanya pasrah menurutiku.
*
keesokan harinya aku kembali menonton basket lagi, setelah kemarin aku merasa menonton pertandingan basket ini sangat seru. Sepertinya malam ini aku akan menonton, namun lagi-lagi aku tak punya teman. Reyhan dan teman-teman lainnya tak mau menonton karena besok ada ulangan matematika. Sebenernya ya harusnya aku belajar juga si, tapi mengingat materi matematika yang susah sekalipun aku belajar jadi aku memutuskan untuk menonton.
"Lebih baik remidi tapi aku menonton basket daripada remidi tanpa menonton basket."
Itu pikir ku saat itu.
Dan ya, aku bersama Jingga lagi. Ia juga sedang malas untuk mempelajari materi matematika yang tidak menyenangkan itu.
Sebelum berangkat menonton, aku menghubungi Jingga dulu. Kembali bertanya apakah dia sudah berangkat dan dia menjawab belum karena ayahnya masih mandi, dan sepertinya akan memakan waktu yang lama. Jadi aku menawarkannya untuk bersamaku saja. Awalnya dia merasa keberatan namun akhirnya ia terima tawaran itu.
Pertandingan malam itu sangat menyenangkan, karena dua sekolah favorit tengah bertanding. Sekolahku melawan sekolah Dara, sahabatku. Itu lah alasanku menonton malam ini, supaya bisa bertemu Dara.
Selesai pertandingan aku melihat WhatsAppku. Awalnya ingin menghubungi Dara untuk bertemu tapi ternyata Dara sudah bersama Mona dan juga Sasa. Ya kita berempat satu circle, namun circle ini sempat renggang ketika aku menjalin hubungan backstreet dengan Sasa dan berakhir putus sebelum aku berpacaran dengan Jeka.
Terdengar merumitkan tapi memang itu nyatanya.
Aku meninggalkan Jingga yang tengah berkumpul bersama teman-teman SMP nya termasuk Alya, dan aku menghampiri teman-temanku juga.
Kami berempat mengambil foto dan mengobrol sangat seru sampai akhirnya harus terhenti karena Jingga menelponku.
Karena suasana yang sangat ramai membuatku tak bisa menerima panggilan darinya dan memutuskan untuk mengirim pesan saja.
Jingga bilang ia akan pulang dengan temannya saja, karena ia tidak ingin menganggu waktuku bersama teman-temanku. Aku pun mengiyakan.
Dan ia menghampiri ku untuk memberikan kunci motorku dan tiket parkir yang memang sengaja aku titipkan padanya karena kadang aku teledor dengan menaruhnya sembarangan.
"Hati-hati ya nanti pulangnya" ucapnya padaku membuat aku sedikit salting.
Setelah itu ia pergi meninggalkanku bersama teman-temanku.
Dirasa sudah cukup malam, aku akhirnya memutuskan untuk pulang, namun sebelum itu aku mampir ke minimarket untuk membeli minuman karena haus. Sambil menunggu antri aku membuka kembali WhatsApp ku dan Jingga kembali mengirimi ku pesan
---
"Jingga"
"Hati-hati ya dijalan jangan main hp, kebiasaan yang gabaik,"
---
Aku tertawa kecil melihat pesan itu. Ia sangat perhatian dan aku menginginkan lebih.
Jadi aku berpura-pura pusing di perjalanan dan benar dia khawatir, dia selalu memastikan apakah aku selamat sampai rumah. Dan aku rasa aku berhasil mencairkan hatinya yang dingin.
*tbc