2.82

260 47 11
                                    

Selamat membaca!

.

.

.

.

.

Jika biasanya semua orang harus membuat janji ketika ingin bertemu dengan orang yang tinggi, Chen Yu salah satu dari sedikit orang yang diberi akses bebas untuk keluar masuk ke ruangan Jenderal Cheng. Mengetuk pintu secara lembut, dia masuk ketika mendapatkan respon positif dari sosok yang berada di dalam. Jantungnya berpacu dengan cepat kala mendengar suara berat Jenderal Cheng yang terdengar cukup berwibawa. Mereka memang sangat dekat, tetapi kedekatan tak berjalan dengan baik. Pada akhirnya, mereka menjadi asing dalam waktu berkepanjangan akibat suatu permasalahan.

Chen Yu secara hati-hati berdiri di hadapan Jenderal Cheng, memberi sikap penuh hormat, tidak berbicara selama pihak lain belum membuka suara. Mulanya, Jenderal Cheng berpikir kedatangan Chen Yu dikarenakan lelaki tampan itu berubah pikiran. Namun, dia lupa akan sikap teguh yang cenderung keras selalu melekat pada diri Chen Yu. Dia tersenyum begitu lebar, mengenyahkan segala pemikiran yang singgah di kepala. Bagaimanapun, dia sudah lama tidak bertemu dengan rekan kecilnya itu. Kebanggaan Jenderal Cheng sama sekali tidak menurun meski hubungan di antara mereka sedikit retak.

"Bagaimana kabarmu?" sapa Jenderal Cheng. Dia berdiri untuk menyambut Chen Yu, bahkan mendekap hangat secara tipis. Kemudian, kalimatnya pun berlanjut, "Nak, sudah lama kamu tidak menengok orang tua ini."

Chen Yu secara otomatis menyangkal kalimat tersebut, "Anda belum tua, Jenderal." Ada banyak aura kecanggungan yang tersebar di antara mereka, tetapi mereka sama-sama berusaha menekan agar tidak semakin merebak.

Sama seperti dulu, Jenderal Cheng akan tertawa mendengar apa pun perkataan Chen Yu yang menyangkut dirinya. Lelaki tampan itu berkata tanpa pikir panjang yang justru tampak seperti sedang membual. Dorongan hati begitu ingin melampiaskan rasa gemas, tetapi dia membuang jauh-jauh pemikiran tersebut sebab sangat memahami ketidaksukaan pihak lain akan hal yang tergolong kekanakan. Dengan demikian, dia mulai melepaskan diri untuk kemudian membawanya duduk di sofa panjang.

Jenderal Cheng baru saja akan menyuruh bawahannya untuk membuatkan teh ketika Chen Yu sudah lebih dulu mengungkapkan, "Jenderal, aku sama sekali tidak berubah pikiran. Aku datang hanya untuk meminta bantuan."

Chen Yu sangat berterus-terang. Alih-alih merasa tidak nyaman, Jenderal Cheng diam-diam mengacungkan dua ibu jari di dalam hati. Dia mengangguk ringan beberapa kali, sebelum bergumam penuh ketenangan, "Aku tahu."

Jenderal Cheng pun mulai berdiri dan berjalan menuju ke arah meja kerjanya. Dia mengambil sebuah dokumen yang sedari tadi dia baca dengan sungguh-sungguh. Ketika kembali duduk di sebelah Chen Yu, dia menyodorkan dokumen tersebut guna menyuruh lelaki tampan itu membaca terlebih dahulu.

Tanpa menunggu lama, Chen Yu membolak-balikkan dokumen yang ada di genggamannya. Manik mata bergerak lincah, memindai satu per satu kata yang tersampir. Kemudian, manik tersebut berhenti seketika kala memaku tatap pada sebuah nama "Gu Kaifeng". Secara refleks, Chen Yu memusatkan atensi kepada Jenderal Cheng yang diam-diam tahu maksud kedatangannya. "Anda terlalu banyak menyentuh privasi seseorang."

Jenderal Cheng tahu bahwa dia salah. Pada hari di mana Chen Yu menolak tawaran perjodohan, dia segera mencari tahu seperti apa kekasih yang berusaha keras lelaki tampan itu pertahankan. Biasanya seseorang akan gila pada kekuasaan, akan tunduk pada setiap perkataan orang yang menawarkan jabatan tinggi secara cuma-cuma. Jangankan disuruh meninggalkan sang kekasih, beberapa orang yang tidak tahu diri pun rela meninggalkan orangtuanya. Namun, tidak bagi Chen Yu yang sejak awal tampak tidak berminat oleh penawaran emas Jenderal Cheng.

THE GLOOM S.2 (YIZHAN)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang