Part 4

2.9K 350 17
                                    


Selamat membaca

Maaf banyak typo

-

-

-

Mobil Shani berhenti tepat di depan gerbang rumahnya yang besar dan megah. Satpam dengan sigap membukakan pintu gerbang, memberi jalan bagi Shani untuk masuk. Ia langsung mengarahkan mobilnya ke garasi, memarkir dengan rapi sebelum mulai mengambil barang-barang miliknya.

Saat melangkah ke dalam rumah. "Assalamualaikum," ucapnya pelan.

"Waalaikumsalam, eh sayang," jawab Melody, sang ibu, dengan penuh kehangatan.

Melody menghampiri Shani, langsung membantu mengambil barang-barang dari tangan anaknya itu.

Melody sedikit heran memperhatikan penampilan Shani. Tumben sekali putrinya mengenakan jaket, sesuatu yang jarang dilihatnya. Apalagi, jaket itu sama sekali belum ia lihat sebelumnya.

“Tumben pakai jaket? Kamu beli jaket ya sayang? Mama belum pernah lihat kamu pakai yang ini sebelumnya,” ujar Melody penasaran, sambil tersenyum tipis.

Shani langsung menggelengkan kepalanya. "Punya temen, Ma. Tadi Shani kehujanan sebentar," balasnya santai, mencoba menjawab seadanya.

Melody semakin mengerutkan keningnya, merasa bingung dengan penjelasan itu. "Kan kamu pakai mobil, sayang. Kok bisa kehujanan?" tanyanya, masih tak habis pikir.

Shani menghela napas pelan. Ibunya, satu ini memang terkenal sangat kepo, selalu ingin tahu setiap detail kejadian yang dialami anaknya.

"Mah, nanti ya Shani ceritain. Shani ganti dulu. Bye, Mah," ucap Shani cepat, sambil berusaha menghindar sebelum pertanyaan lain muncul. Ia langsung meninggalkan Melody dan melangkah menuju kamarnya, berharap bisa segera melepaskan jaket "pinjaman" itu tanpa menimbulkan kecurigaan lebih lanjut.

Melody hanya menggeleng-gelengkan kepala, tersenyum tipis sambil mengamati punggung Shani yang berlalu. Meski penasaran, ia memutuskan untuk menunggu cerita lengkap dari anaknya nanti.

Sesampainya di kamar, Shani segera melepas jaket milik Gracio dan meletakkannya di keranjang pakaian kotor. Ia berniat mencucinya nanti agar jaket itu bisa dikembalikan dalam kondisi bersih. Setelah itu, tanpa menunggu lama, ia langsung masuk ke kamar mandi untuk membersihkan diri dan mengganti pakaiannya.

Setelah keluar dari kamar mandi, mata Shani langsung tertuju pada ponselnya yang tergeletak di atas kasur. Seketika pikirannya melayang pada Gracio, mengingat betapa baiknya pemuda itu membantunya tadi. Meskipun hanya sebuah bantuan kecil, entah kenapa perhatian Gracio tersebut meninggalkan kesan hangat di hatinya.

Perlahan, Shani berjalan ke sisi kasur, mengambil ponselnya, dan membuka layar ponselnya yang menampilkan wallpaper foto dirinya dengan sang kekasih terlihat jelas. Shani tersenyum kecil, mengingat kenangan manis bersama kekasihnya.

Shani membuka aplikasi chat dan mencari salah satu chat room di sana. Jarinya ragu-ragu sejenak sebelum akhirnya ia membuka blokiran nomor Gracio. "Semoga ini bukan awal yang buruk," gumamnya pelan, berharap tindakannya tidak menimbulkan salah paham atau kesan yang keliru.

Shani membuka blokiran nomor Gracio hanya dengan satu tujuan: untuk berterimakasih. Ia tidak berniat mengirimkan pesan yang bisa disalahartikan atau membuat Gracio terlalu senang. Bagi Shani, ini hanya tindakan sederhana untuk menghargai bantuan pria itu, tidak lebih.

Setelah mengirim pesan, Shani meletakkan kembali ponselnya dan segera turun ke bawah untuk menghampiri Melody. Ia berpikir mungkin saja mamanya memerlukan bantuannya, terutama setelah seharian bekerja.

You Are My Everything [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang