✨️
Suara mesin penopang pernafasan dan deteksi detak jantung terus bersahutan. Ruang itu di cat putih, dengan lantai putih bersih yang tampak steril. Bau desinfektan tercium samar di udara menemani gerombolan prajurit dengan segaram biru tua yang mengelilingi ranjang rumah sakit, tempat High Commander mereka saat ini terbaring kaku, tidak bergeming.
Beberapa aksesoris penghargaan dan juga bintang yang menunjukkan pangkat mereka berkelip terkena cahaya terang lampu ruangan, layaknya bintang-bintang kecil yang bersinar, menunjukkan harapan yang digambarkan.
Salah satu prajurit yang terlihat lebih tua dan sangat jelas memiliki pangkat tertinggi diantara semuanya, terlihat dari jumlah 5 bintang di bahu dan juga pin penghargaan yang berjejer rapi di dadanya, memandangi sosok yang terbaring kaku itu dengan mata yang sedih.
"maafkan kami jendral, kami tidak bisa menjadi bawahan yang baik, dan lalai dalam melindungi komandan." Buka salah satu prajurit berbadan lebih besar dari yang lainnya. Prajurit itu memiliki bintang dua di seragamnya, seorang privat.
Maximillian namanya, seseorang yang bisa dikatakan tangan kanan High Commander mereka, yang saat ini menggantikan komandan Pruek meminpin unit mereka, selama komandan Pruek dalam koma.
"jangan sesali itu, aku mengenal Pruek dengan baik. Aku yang sudah melatihnya selama ini. Aku yakin dia senang bisa mengorbankan dirinya untuk melindungi tim yang sudah dia anggap layaknya keluarga, dan tentu saja, umat manusia." Ucap jendral tersebut, sebelum akhirnya melirik pada sosok yang berdiri paling belakang. Anggota tim komandan Pruek yang termuda, si Komputer jenius Chawarin.
Chawarin hanya menganggukkan kepalanya tanda hormat, sebelum kembali menunduk, menyembunyikan kilatan sesal di matanya.
Chawarin mengutuki dirinya sendiri saat ini, kelalaian Chawarin dalam mendeteksi virus tambahan didalam sistem yang sudah mencelakai komandan mereka, jika saja Chawarin tidak lalai, dan mendeteksi virus itu tepat waktu, tim mereka tidak akan menghadapi ledakan atom kecil yang melumpuhkan sebagian tim mereka, komandan mereka tidak akan menggunakan tubuhnya untuk melindungi Chawarin yang sedang menyelesaikan kode terakhirnya, dan berakhir koma hingga saat ini.
Sialnya, kondisi koma yang dialami komandan mereka hanyalah awal dari kesialan panjang yang dialami komandan Pruek.
Tahun 2256,
100 tahun sejak umat manusia banyak bergantung pada kecerdasan buatan, setiap aspek kehidupan di kontrol dan di jalankan sepenuhnya oleh AI. Seorang professor muda berbakat menciptakan sebuah AI central yang bisa mengontrol semua computer yang ada di dunia, 'The Queen'.
Queen di ciptakan, awalnya untuk mempermudah kehidupan manusia, namun, entah bagaimana, ada kesalahan kecil dalam penulisan kode Queen yang akhirnya menjadi virus besar yang mengubah Queen dari AI yang memiliki tujuan untuk melindungi dan mempermudah kehidupan manusia menjadi sebuah system diktator yang bertujuan menjadikan umat manusia dan life force nya sebagai bahan bakar yang di biakkan untuk kelangsungan hidup Queen.
40 tahun sudah, perang yang di serukan umat manusia melawan Queen berlangsung, bumi tidak lagi hijau dan damai, langit tidak lagi biru dan tenang. Bumi terlihat gersang, dan langit abu karena polusi yang di ciptakan Queen untuk membunuh para manusia yang masih melawannya.
Chawarin, 20 tahun, seorang komputer jenius, suatu hari menemukan kode yang dia pikir bisa menjadi bibit yang akan mematikan system Queen. Dengan bersemangat, Chawarin membawa penemuannya kepada federasi yang bertugas sebagai pusat perlawanan Queen, tapi tidak ada seorangpun yang mempercayai dirinya, seorang anak muda dengan pakaian lusuh dan kekurangan nutrisi.
KAMU SEDANG MEMBACA
LIFE AFTER LIFE
FanfictionA ZEENUNEW QUICK TRANSMIGRATION STORY Tahun 2256, satu tahun setelah umat manusia memenangkan perang melawan 'QUEEN', sebuah AI yang diciptakan dengan tujuan untuk menghancurkan dan memperbudak manusia. High Commander Pruek gugur dalam pertempuran t...