01.

1 0 0
                                    

••••

Menjadi bahan gunjingan murid-murid disekolah sudah sering Azalea terima.

Para murid akan selalu memandang rendah dirinya karena keluarganya yang sangatlah bermasalah. Ayahnya seorang pemabuk juga sempat ditahan di kantor polisi karena mencuri. Ibunya suka menipu orang hingga pernah dipukuli oleh banyak orang setelah ketahuan. Adik bungsunya yang masih kelas satu SMP sangat suka memukuli orang bahkan pernah merusak motor temannya karena rasa iri. Untunglah adiknya yang satu lagi sangat pengertian bahkan memiliki otak yang pintar. Banyak cerita-cerita yang beredar tentangnya mulai dari cerita fakta sampai cerita yang dibuat-buat.

"Denger-denger sih, dia suka minta makanan sisa di restoran buat dimakan." Ini salah satu cerita yang tidak benar, Azalea hanya bisa menghela napas mendengarnya. Membela diri pun dirinya yang akan disalahkan.

"Woy miskin! Dapet salam dari nyokap gua, uang yang dipinjem buruan dibalikin." Seorang pemuda bersama gengnya masuk kedalam kelas, menghampiri Azalea yang sedang duduk merenung.

"Oh iya." Azalea mengeluarkan amplop di tasnya kemudian dia berikan pada pemuda itu.

"Bapak cuma pinjam enam juta kan? Ini sudah pas kok, bisa dihitung lagi." Uang tersebut kemudian dikeluarkan dan dihitung bersama teman-temannya.

"Kelebihan dua ratus, sel." Bisik pemuda lain yang langsung disikut oleh Marsel.

"Iye, pas." Marsel ingin langsung pergi namun pemuda dibelakangnya merampas amplop ditangannya dan mengambil dua lembar uang di dalamnya.

"Kelebihan dua ratus." Ia berikan dua lembar uang tersebut tepat di depan Azalea.

"Ge, lu apaan dah." Protes Marsel namun tak dihiraukan oleh Genova yang telah berjalan pergi bersama amplopnya.

Mereka kemudian pergi dari sana diikuti beberapa gadis yang ingin mencari perhatian para pemuda tampan itu.

"Milan kok gak keliatan ya?" Tanya seorang gadis disamping Azalea.

"Lu belum denger?" Ucap gadis yang lain.

Para gadis pun langsung berkumpul untuk membicarakan satu lagi pemuda yang tak nampak diantara kumpulan pemuda tadi.

"Kata temen gue yang sekelas sama Milan, si Milan habis ketahuan minum-minum jadinya dia dihukum dirumah, dikurung gitu sama ayahnya."

"Ihh Milan kasiann.."

Azalea yang mendengar hanya bisa mendengus pelan, untuk apa kasihan padahal telah berbuat salah? Menurutnya, ayah si pemuda sangat bagus karena masih memperhatikan anaknya yang salah jalan. Ah tapi ini bukan saatnya ia memikirkan persoalan orang lain, kehidupannya jauh lebih penting.

"Permisi, Azalea." Kepalanya menoleh kearah pintu kelas, mendapati sang ketua osis yang juga sangat dipuja puja oleh para siswi.

Azalea berdiri dan menghampiri si tampan.

"Ikut saya ke ruang guru ya." Ucapnya dengan ramah, anggukan ia berikan dan berjalan beriringan menuju ruang guru.

Perasaannya sejak tadi sangatlah tidak enak karena setiap kali dirinya dipanggil menuju ruang guru, sudah pasti bukan hal baik yang sedang terjadi.

The Awaited MiracleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang