Bagian 7 : Teka Teki

127 102 19
                                    

Cerita baru dimulai. 😈

Selamat menebak-nebak. (⁠~⁠‾⁠▿⁠‾⁠)⁠~

Jangan lupa votment. ( ☞・⁠ω⁠・⁠)⁠☞⭐🗨️

Selamat membaca.

***

Di ruang tamu, Nafina sedikit cemas ketika mendengar kedua orang tuanya akan pergi ke pulau 'itu' selama 44 hari, padahal baru saja pulang sudah pergi lagi.

"Sebenernya Mama ke rumah Nayaka sekalian ingin nitip kamu, tapi untung aja sampai di sana Amara udah pulang," jawab Nina sembari memeluk Nafina.

Farraz menarik 2 koper besar lalu ia simpan dan ikut memeluk Nafina serta istrinya. "Kita gak ada waktu lagi, lebih cepat lebih baik Na, Apalagi kejadian kemarin buat Ayah yakin harus pergi secepatnya," jelas sang ayah.

Mereka bertiga melepaskan pelukannya. Nayaka dan Amara kini berdiri di belakang Nafina.

Nayaka pun berkata, "tenang aja, walaupun ada Amara, aku bakal tetap jagain Nafina."

Kedua orang tua Nafina tersenyum lega lalu mereka secara bergiliran mencium dahi Nafina.

"Kami pergi dulu ya," Nina tersenyum lembut, ia sedikit khawatir meninggalkan anaknya meski sudah ada Amara dan Nayaka.

"Aku harap Mama Ayah baik-baik saja." Di lubuk hatinya ia merasa takut terjadi hal buruk.

Nafina takut jika orang tuanya pulang telat dan hal itu terjadi lagi. Jika memang keberuntungan ada, seharusnya Nafina bisa mendapatkan keberuntungan itu di saat yang tepat.

Nayaka menyadari wajah khawatir Nina dan Farraz, ia lalu berucap, "Om Tante, Farraz janji bakal jagain Nafina, bahkan kalau harus nyawa jadi taruhannya."

Orang tua Nafina terkejut mendengar kalimat akhir yang Farraz ucapkan. Mereka sedikit lega dan terharu di saat yang sama.

Meski Nina tetap merasa ada yang ganjal, ia coba tepis hal itu. Dirinya takut menyusahkan yang lain dengan perasaan tak berarti ini.

"Jangan sampai berlebihan gitu Kak!" Nafina menatap Nayaka sedih, entah mengapa jantung nya terasa sakit ketika mendengar hal tersebut.

"Gak apa-apa, Kakak gini karna sayang kamu," Nayaka membatin di akhir kalimat dan tersenyum lembut menatap Nafina.

"Terimakasih Nayaka, saya harap kamu pegang janji kamu," ucap Farraz menatap serius Nayaka.

"Ih Ayah apaansi! itu janjinya di batalin aja," Nafina merengek tak suka.

Nayaka terkekeh menatap gemas Nafina lalu menatap serius Farraz berkata, "karna aku cowok, tentu aku akan nepatin janjinya."

Farraz merasa bangga dan menepuk pelan bahu kanan Nayaka.

"Ngomong-ngomong Mama gak ketemu nenek dulu?" Nafina mencoba mengalihkan topik.

"Ya ketemu dulu, ini sekalian ke sana lewat rumah nenek," jawab Nina.

"Terus kerjaan Ayah gimana?" kini Nafina melirik Farraz sedikit tajam.

"Udah di urus sama om kamu, oh ya nanti jangan lupa kamu kunjungi om," pinta Farraz dan mendapatkan anggukan sebagai jawaban.

"Kalau gitu hati-hati dijalan," ucap Nafina lalu memeluk orang tuanya secara bergiliran.

"Semoga Om Tante selamat sampai tujuan." Nayaka dan Amara pun mengucapkan hal sama.

***

"Ini rumah kok sepi banget, kayak gak ada pembantu," celetuk Amara menatap sekitar ruang tamu yang luas.

Kynigitó (hiatus)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang