Suara bising perkotaan menyambut seseorang tatkala dia kembali lagi menginjakkan kakinya ke tempat yang membuatnya rindu.
"Hm...," gumamnya sambil memperhatikan petunjuk arah disana.
"Astaga...kenapa banyak sekali yang berubah," keluhnya sembari membenahi topi yang melindungi kepalanya dari teriknya matahari.
Dia cukup lama berdiri melihat petunjuk arah dan kemudian memutuskan menggunakan maps pada ponselnya.
"Ku pikir ini akan mudah ternyata merepotkan," gumamnya sambil membaca maps dan berjalan kaki menyusuri jalanan kota yang padat.
Suasana yang membuatnya teringat akan kenangannya. Jauh di lubuk hatinya dia merasa senang bisa kembali tapi di sisi lain dia khawatir akan sesuatu.
"Ah...akhirnya," gumamnya senang ketika melihat gedung apartemen lamanya.
Dengan riang dia berjalan masuk dan tentunya disambut baik oleh sang pemilik gedung.
"Astaga...akhirnya kamu kembali, nak. Apa kabarmu?" tanya wanita paruh baya itu sambil memegang kedua bahu pihak lain.
"Aku baik, bi. Bibi apa kabar?" tanyanya balik sambil tersenyum.
"Aku baik. Ini kunci apartemen yang kamu minta. Bibi benar-benar tidak menyangka kamu akan tinggal disini lagi. Untung saja penyewa sebelumnya sudah pergi sebulan yang lalu," jelasnya sambil memberikan kunci pada pihak lain.
"Ah...ya. Senang rasanya mendengar apartemen lamaku kembali kosong," ucapnya kemudian pamit pergi menuju apartemennya.
Sesampainya disana dia membuka pintu dan menghidupkan lampu. Dia berjalan menelusuri apartemen kecilnya.
"Ah...sudah berapa lama aku meninggalkanmu?" gumamnya sambil duduk di ranjangnya. Dia menatap sekeliling dan tidak ada yang berubah sedikit pun.
"Apa penyewa sebelumnya tidak mengubahnya?" gumamnya sambil menelusuri setiap sudut dan benar saja tidak ada detail yang berubah dari apartemennya.
Ting.
Sebuah notifikasi membuat lamunannya buyar dengan segera dia mengambil ponselnya.
Setelahnya dia meletakkan kembali ponselnya dan berjalan keluar menuju balkon. Pikirannya kembali mengingat isi chatnya dengan Haoxuan—temannya sedari kecil. Sebenarnya jika di pikir-pikir untuk apa dia kembali lagi ke kota ini? Apakah hanya karena rindu semata dengan tempatnya saat remaja atau dia rindu seseorang yang menemaninya?
Tangan kanannya terangkat dilihatnya jari-jari lentiknya yang kini terasa hampa seperti ada yang kurang.
"Apa ini keputusan yang tepat?" tanyanya pada diri sendiri.
Tbc
KAMU SEDANG MEMBACA
If Without You [ZhanYi]
FanfictionJika tanpanya semuanya tampak biasa saja. Zhanyi.