―0.M.4.K.3―

207 18 1
                                    

✿Author POV✿

"Hana! Ku mohon buka matamu!" teriak Sanemi, ia terus mengguncangkan tubuh Hana, berharap gadis tersebut kembali membuka matanya.

Namun Hana tak kunjung membuka kedua matanya, yang ada hanya kulitnya yang semakin pucat, di tambah dengan darah yang terus menetes dari luka di perutnya.

Darah itu sudah mengotori tangan dan haori miliknya, tapi Sanemi sama sekali tidak perduli, ia hanya ingin agar Hana membuka matanya.

"Ha..na.." ucapnya sambil terisak, baru kali ini Sanemi meneteskan air mata nya.

"Hana, aku mencintaimu," ucapnya di sela isakan tangisan nya.

Sanemi sejak awal mencintai Hana, namun ia tidak bisa mengekspresikan perasaannya.

Ia mencintai Hana, tapi entah kenapa setiap tutur kata dan perilaku yang ia berikan kepada Hana hanya terus menyakiti Hana.

"Hana, maafkan aku," ucapnya, ia memeluk erat tubuh yang sudah tidak berdaya itu, tidak perduli dengan darah yang terus mengotori haori putih miliknya.

Setiap hari, alasan mengapa ia menemui Kanae adalah untuk bertukar pendapat mengenai apa saja yang Hana sukai, apa yang Hana inginkan, ataupun bagaimana isi hati Hana, namun nihil, bahkan Kanae yang merupakan saudari kembar Hana pun tidak bisa membuka isi hati Hana.

Seolah-olah Hana memang sengaja menutup pintu hatinya dan tidak pernah menceritakan apa yang ia rasakan kepada siapapun.

Ia selalu melihat Hana menjauh ketika ia datang, ia mengira bahwa Hana menjauhinya karena kalimat kasar yang selalu ia lontarkan secara tidak sadar.

Bahkan ketika hari dimana Kanae meninggal, ia sudah berusaha keras untuk mendobrak masuk kedalam hati Hana, namun yang ada hanya Hana terus-menerus menatapnya dengan tatapan seolah ia telah berperilaku menjijikkan ketika ia bertemu Hana.

Sanemi mengingat bagaimana tatapan Hana setelah Kanae meninggal.

Tatapan yang kosong itu, tatapan penuh rasa sakit dan dendam itu.

Hana bahkan mampu untuk tidak makan selama hampir tiga hari, dan itu membuat semua orang di kediaman kupu-kupu menjadi khawatir.

Sanemi juga ikut khawatir.

Bahkan sebelum Shinobu sempat meminta tolong kepadanya untuk membujuk Hana, ia sudah terlebih dahulu berusaha untuk membujuk Hana agar setidaknya Hana memakan sesuatu.

"Kalau saja Kanae tidak diam-diam mengikuti ku, dia tidak akan mati! Harusnya aku yang mati, bukan dia!"

Sanemi masih mengingat dengan jelas hari dimana akhirnya emosi Hana meledak, Hana yang ia tau, gadis yang selalu diam dan memendam semua yang ia rasakan, akhirnya meledak.

Sanemi selalu berusaha untuk menggapai Hana, namun Hana selalu mencoba untuk menjauhinya.

―🌹🗡️🌹―

Hari pemakaman Hana, Sanemi masih belum pulang meskipun sekarang semua orang telah pulang. Ia masih belum bisa menerima kenyataan bahwa orang yang ia cintai pergi begitu saja, bahkan sebelum ia bisa bersikap baik kepadanya.

"Hana," gumam sang pemilik surai putih, di temani dengan hujan yang turun dengan deras, dan juga air mata nya sendiri.

Sakit, tapi entah kenapa ia merasa puas.

Ah.. Jadi dengan ini Hana akan merasa bebas?

Apakah dengan ini gadis itu tidak akan menderita lagi? Apalagi setelah ia mengingat kalimat yang dulu pernah ia katakan pada Hana.

"Kanae mati karena kau lengah!"

Kenapa waktu itu ia berteriak seperti itu pada Hana?

Ia menyesal, namun penyesalan itu tidak akan meringankan beban yang Hana tanggung seorang diri.

Memangnya siapa yang ingin saudari nya sendiri mati?

Sanemi menarik napas berat sebelum ia menaburkan bunga di atas makam Hana.

"Hana, maafkan aku, aku mencintaimu."

―――――――――――――――――
🌹🌹🌹🌹🌹🌹🗡️🗡️🌹🌹🌹🌹🌹🌹
―――――――――――――――――

『SECRET』❅ S.Shinazugawa x Readers Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang