3. ASAP-As Soon As Possible

18 1 0
                                    

Alexander Lunberg, pria berusia 25 tahun berkebangsaan Prancis dan Jerman yang digadang-gadang akan menjadi tamu utama di keluarga Sanjaya membuat Harris kewalahan, mana sang ponakan belum juga balik kerumah membuatnya stres

"Gini terus bujang lapuk nih gue" ucap Harris dengan mendekor ruangan mewah keluarga Sanjaya. Mendengar keluarga Alexander adalah keturunan bangsawan, putra bungsu Tanu Sanjaya itu rela merogoh kocek dalam demi membeli sebuah lampu royal yang kini sedang dirakit dan akan dipasang di ruang tamu rumah mewah tersebut

"Moga aja gol, dapat mantu kaya kan mayan balik modal gue" ucap Harris dengan riangnya

BRAK

Pintu kayu jati yang serasa di dobrak Thanos itu pun menarik atensi seluruh pekerja yang membantu kegiatan Harris saat ini, Shirley yang tadi mendapat telepon dari sang ayah bahwa besok mereka kedatangan tamu penting karena batal family dinner itu pulabg dengan emosi yang membara

"Siapa yang mau jodohin aku paman ?" Tanya Shirley dengan teriakan menggelegar

"Shirley tenang dulu, kita bicarakan baik-baik yah" Harris mendadak kelu lidahnya, bagaimana tidak, Shirley adalah sosok anak gadis lembut saat dirumah dan 180° berbeda saat diluar ia lakukan itu agar tak ada satupun laki-laki yang mendekatinya atau sekedar menggombalinya ia jijik

"Duh jawab apa ini" gumam Harris dengan keringat dingin yang tambah keluar membanjirinya seiring langkah yang menyeramkan dan aura gelap yang dikeluatkan Shirley

"Paman jawab" tagih Shirley

"Okeh baiklah, ini permintaan opahmu, opah Edward" Shirley rasanya ingin mencakar siapapun yang ada dihadapannya sekarang, di jodohkan katanya ? What the hell, yah itulah yang sekiranya ada diotak Shirley

"Opah Edward ? Dia bahkan hanya mengunjungiku di Indonesia setahun sekali dan berlagak seperti pemegang kendali hidupku ? Cih, enak sekali jompo itu" Harris rasanya ingin melakban bibir kecil Shirley yang seperti tak disekolahkan, bagaimana tidak.. dia baru kali ini melihat keturunan Sanjaya yang sangat barbar seperti Shirley walaupun memang kebarbaran Shirley tak ada apa-apanya dibandingkan Tanu sang opah, ayah Harris

"Kupikir hanya keluarga dadda saja yang memegang kendali atas diriku, ternyata mommy sama saja" ucap Shirley yang kini terdengar lirih entah kenapa

"Shir" panggil Harris pamannya yang tak diindahkan Shirley dan memilih naik ke lantai tiga dimana kamarnya berada

-To Shirzen-Mereka beneran mau ngejodohin gue, Zen

Ketik Shirley di pesan handphonenya dan mengirimkannya ke Shirzen

TING

-Shirzen-Mungkin yang terbaik buat kamu itu, terima aja

Shirley tambah menggerutu mendapat balasan sangat tak bersahabat dari Shirzen menurutnya

-To Shirzen-Kok gitu lu ? Gak sayang lagi lu ama gue, kalau gue nikah nih yah lu mau sahabatan ama siapa lagi ? Kunti bogel ?

TING

-Shirzen-Masih mending kunti bogel kemana-mana kayaknya gemesin kan, lah lu garang

Shirley melempar handphonenya jauh-jauh ia kesal, maksud hati ingin bercerita kepada orang yang membuat dirinya sekiranya lupa akan masalah malah menambah emosi yang ada

"Kesel gue ama lu" ucap Shirley menatap handphonenya yang tergeletak di lantai dengan bengis

°°°

"Kalau gak suka ya bilang aja kali, dadda.. mommy, Shirley gak suka orangnya batalin yah, gitu aja kok susah banget kayaknya" monolog Shirzen menatap handphonenya yang ia taruh di meja belajarnya

"SHIRZEN!!!" sebuah suara yang Shirzen sangat hafal menggelegar memanggil dirinya dari arah ruang keluarga, siapa lagi kalau bukan Vero ibunya

BRAK

"Keluar kamu dari kamar, ngeram terus kayak anak perawan heran ah bagus-bagus di lahirin punya ekor didepan ini cosplay jadi gadis ayu kamu" omel Vero dengan membuka pintu kamar Shirzen selebar-lebarnya

"Mama.. apa-apaan sih, Zen masih belajar" ucap Shirzen pelan

"Turun gak kamu, orang lagi ngumpul juga dibawah lagi bahas hal penting ini..." cerocos Vero dan menarik lengan putranya, menuntunnya turun ke lantai satu dimana ternyata keluarganya kini telah lengkap berkumpul semua

"Ada apa ini ma ?" Tanya Shirzen akhirnya melihat ada hal aneh di rumahnya

"Besok sahabat kamu itu mau dilamar Zen, nah makanya hari ini kita ngumpul nih mau bkin rancangan buat besok, secara mama juga kan sm mommy nya Shirley sahabatan nah kita mau kamu itu ikutan lamaran" seketika wajah bingung Shirzen sirna terganti menjadi wajah masam ia menatap horor satu persatu orang dihadapannya

"Maksudnya ?"

"Maksudnya nak, besok kita akan datang dirumah Tiara anak kerabat papa yang kini jadi adik kelas kamu di kampus, dia satu jurusan kok sama kamu, pinter lagi juga anaknya sama kayak kamu anak aksel gitu" ujar Januar ayah Shirzen

"Maksud kalian aku dijodohin sama kayak Shirley ? Kalau gitu kenapa gak sama Shirley aja kalian jodohin ? Kenapa sama orang yang gak aku kenal ?" Tegas Shirzen membuat semua orang di ruangan itu saling pandang heran, tak lama sebuah tangan menoyor kepala Shirzen

"Lu sehat bang ? Dia sahabat lu, beda agama juga anjir ga bisa, emang kalaupun nih yah bisa emang kak Shirley mau sama lu ?" Isabella, adik sepupu Shirzen yang berusia dibawahnya setahun menatap heran sepupunya itu

"Emang kalau sahabat gak bisa gitu jadi pasangan ? Atau beda agama gak bisa ? Terus kalau dia gak mau gak bisa gitu ? Lah ini gak dikenal aja di jodohin, udah gak kenal, gak tahu juga seagama apa gak plus gak tahu lagi dia suka apa nggak sama abang" jawab Shirzen tegas kepada sang adik sepupu tapi dimaksudkan kepada seluruh keluarganya

"Saya setuju sama Shirzen, semua harus dipikirkan, jangan sampai Shirzen harus menikah dengan orang yang tidak dia cintai ditambah lagi Shirzen juga masih 18 tahun menurut saya yah masuk akal, biarkan dia selesaikan kuliahnya dulu selama 5 tahun ini bukannya kamu fast track kan di kampus ?" Si penyelamat bagi Shirzen datang, yah Verrel ayah dari Isabella ini adalah orang paling logis menurutnya di keluarga, Shirzen mengangguk yah dia memang mengambil akselerasi S1-S2 di kampus atau biasa dikenal fast track untuk jenjang perguruan tinggi

"Lanjutkan kuliahmu, fokus saja, urusan jodoh menjodohkan ini biar om yang atur dengan orangtuamu yang sedikit rada-rada ini, naik sana kamu belajar lagi besok kamu ada kuis kan jangan sampai merah nilaimu" yah selain cerdas, logis dan berwibawa Verrel juga merupakan sosok otoriter karena ia adalah seorang dosen di kampus Shirzen, dimana Verrel dikenal sebagai sosok killer namun baik terhadap mahasiswa, killer dalam artian kedisiplinan dan baik dalam artian bersikap didalam kelas ia akan menjadi orang paling adil di kelas

Sepeninggal Shirzen kini Verrel melipat tangannya didada, ia heran dan tak habis pikir jalan pikiran kedua orangtua keponakannya, walaupun memang selalu nyeleneh namun kali ini Verrel sedikit tak suka dengan keputusan adik perempuan satu-satunya itu Vero bahkan Farel yang tadi menghubunginya juga sedikit tak setuju, karena menurutnya pernikahan bukanlah permainan

"Vero, sudah cukup kamu membuat lelucon dengan nama anak-anak kalian, tidak dengan jalan hidupnya kali ini, nama mungkin masih bisa dipertimbangkan tapi dengan masa depan anakmu ? Bahkan anakmu menolak loh" tegas Verrel, semua terdiam, pria berusia 44 tahun itu memang terkenal sedikit tegas di luar maupun didalam rumah

"Kak, t-tapi-" ucapan Vero terpotong oleh usapan hangat di punggungnya

"Masih ada waktu sayang, Tiara juga pasti akan menolak dia juga masih maba di kampus, takutnya mereka berdua tidak bisa fokus dulu di kuliahnya" ujar Januar kini mengalah dan sedikit setuju kepada sang kakak ipar

"Vero jelaskan padaku apa tujuanmu menjodohkan putra sulungmu itu ?" Tanya Verrel kembali dan menatap dalam sang adik

"Aku hanya mau anak itu tak terluka kehilangan sahabatnya yang akan menikah bulan depan"

"WHAT BULAN DEPAN ?" pekik Shirzen yang muncul entah darimana.

Tbc

Shirley & ShirzenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang