Setelah menyaksikan kakak nomor duanya pulang tidak lama dari itu Juna masuk ke dalam kamarnya sekedar untuk kembali memasang leggo nya yang belum sempat selesai. Hingga akhirnya rasa bosan pun singgah, membuat Juna kebingungan harus melakukan hal apa lagi. Dan, yang Juna pikirkan ia akan turun ke bawah dengan tujuan untuk ke dapur, mencari makanan apapun yang bisa ia makan toh perutnya juga sudah lumayan keroncongan.
Juna melangkahkan kakinya ke arah dapur dan sedikit menoleh kepada Jay yang sedang fokus menonton berita di televisi. Mendengar langkah Juna, Jay menoleh dan kembali fokus dengan acara tv tersebut.
"Makan sama apa, ya," guman Juna membuka kulkas yang biasanya terisi dengan sayuran, buah-buahan, daging dan lain-lainnya. Helaan nafas Juna terdengar pada saat melihat kulkas itu mulai kosong, hanya tersisa telur, mie instan, dan beberapa sayuran yang sudah layu entah kapan terakhir mereka beberlanja, sayangnya bibi yang selalu membantu mereka sedang libur karena sedang hajatan di kampungnya.
Tidak ada pilihan lain, Juna mengambil dua butir telur setelah menyiapkan mangkuk kecil. Setelah memecahkan telur itu, Juna mengoceknya dan memberikannya bumbu penyedap.
Juna berusaha mungkin untuk hati-hati. Pasalnya Jova tidak mengizinkan Juna untuk berhadapan dengan dapur, karena dasarnya Juna itu ceroboh bisa saja minyak panas itu tumpah dengan tanpa alasan.
Hati-hati juga Juna menghidupkan kompor setelah menyiapkan wajan. Biasanya jika ada Jova, Juna senantiasa meminta tolong pada Jova tetapi di rumah hanya ada Jay, dan Juna tidak bisa meminta tolong kepada Jay.
Rasa segan kepada kakak keduanya itu selalu ada.
"Anjing," sebut Juna reflek menjauhkan tangan kirinya dari wajan.
"Lo bisa hati-hati gak, sih?" sentak Jay yang tiba-tiba saja datang dan mendorong bahu Juna, dan menggantikan posisi Juna untuk melanjutkan menggoreng telur itu.
Kembali, Juna menekuk wajahnya.
"Kalau gak bisa tuh minta tolong. Kalau nih minyak panas kena badan lo, siapa yang di salahin? Gua, Juna. Gua yang ada di rumah," cerocos Jay sedikit menyentak. Merasa di sentak, Juna menjauhkan tubuhnya dari Jay.
Dirinya hanya ingin makan.
"Kalau minta tolong emang kamu mau di repotin sama aku, Kak?" tanya Juna dengan lirih.
Jay tidak membalas, tangannya mematikan kompor dan menatap Juna dengan tajam.
"Udah gua ingatin beberapa kali, kan? Jangan ngerepotin gua," tekan Jay.
Juna mengangguk.
"Ya karena itu aku gak berani minta tolong. Aku.. cuma laper," gumam Juna dirinya ini belum makan.
Perutnya sudah keroncongan sejak tadi.
Jay masih menatap Juna dengan tatapan malas. Jay benci jika Juna tidak bisa apa-apa, padahal hanya perihal memasak telur pun Juna tidak bisa.
"Bunda terlalu manjain lo, udah gede aja gak bisa ngapa-ngapain."
"Yaudah, Kak. Kan Bunda juga udah gak ada, aku juga udah gak di manjain lagi.." lirih Juna, nafsu makannya tiba-tiba saja langsung hilang.
"Ya tapi kan ini dampaknya, anak manja kayak lo sampe kapan juga gak akan bisa apa-apa. Makan!" ucap Jay menyimpan piring berisi telur dan sedikit nasi, dan meninggalkan Juna sendirian.
KAMU SEDANG MEMBACA
Stronger | Jun Svt
Fanfiction'Lukanya sempurna, dari segala sisi yang membuatnya ingin selalu menyerah.' Min, 26 Mei 2024