udah bolong berapa nih puasanya??
HAPPY READING
Kini, Jennaira tengah berada di sebuah taman dengan memegang bungkus batagor di tangan kanannya, sedangkan ditangan kirinya ada hp yang sedari tadi tak lepas dari pandangannya.
Setelah pulang sekolah tadi, sebenarnya Jennaira ada forum ekstrakurikuler. Tapi, Ia memutuskan untuk tidak mengikuti forum dengan alasan sakit. Temannya yang khawatir pun langsung mengijinkan. Jennaira tak sepenuhnya berbohong, memang Ia sedang pusing memikirkan pekerjaan apa yang akan Ia dapatkan. Entahlah, disaat teman seusianya sedang dalam masa menikmati indahnya sekolah, tapi dirinya hanya ingin kerja, kerja, dan kerja.
Kalau dibilang Jennaira kurang bersyukur, memang benar adanya. Kebutuhannya selalu tercukupi, tak pernah kurang apapun. Tantenya pun tidak mempermasalahkan biaya yang Ia keluarkan untuk menyekolahkan Jennaira. Karena Jennaira sudah Ia anggap sebagai anaknya sendiri.
Ibaratnya yang namanya anak, pasti ada keinginan untuk membalas segala kebaikan tersebut. Dan Jennaira ingin membalasnya sekarang juga. Karena Jennaira tahu, Tantenya mempunyai penyakit yang kata dokter umur Tantenya tidak akan bertahan setahun. Meski tidak percaya, Jennaira harus menebus segala kebaikan Tantenya, membuat Tantenya bahagia sekarang juga. Sekarang, yang Ia punya hanyalah Tamara.
Saat sedang asyik menscroll tampilan lowongan pekerjaan di hpnya, Ia langsung mengalihkan pandanganya ke arah pojok taman yang terlihat sepi dan kumuh. Padahal, sekarang masih sore. Ia terkejut dan langsung berlari kencang menghampiri seseorang yang sepertinya sedang dikeroyok.
"WOI POLISI DATANG!!!"
Pemuda yang tengah mengeroyok seorang bocah-sepertinya, langsung lari kocar kacir. Setelah merasa aman, Jennaira menghampiri bocah tersebut.
"Hei, kamu gapapa?" Jennaira membantu bocah tersebut bangun dan membuka tasnya, guna mengambil air. Lalu, botol air tersebut Ia beri ke bocah didepannya ini.
"Makasih Kak" ucap bocah tersebut dengan tatapan berkaca-kaca. Setelah bertanya dimana alamatnya, Jennaira langsung menggandeng bocah itu dan mengantarnya pulang.
Sampailah didepan bangunan yang kokoh dan megah dengan bercat putih dan gold yang sangat menawan.
"Ayo masuk Kak. Kita temuin ayah aku dulu" Tanpa menjawab apapun, Jennaira masuk mengikuti langkah bocah didepannya. Ia meneliti segala bentuk dan rupa rumah tersebut. Didepan tadi, ada satpam yang menjaga. Dan setelah pintu terbuka, terlihat seorang laki-laki yang langsung menangkup pipi anaknya, mungkin?.
"Kael. Kenapa kamu?" Bocah yang dipanggil Kael hanya diam saja dengan kepala menunduk dan tangan yang saling bertautan.
"Em, maaf Pak? Ini tadi anaknya dikeroyok"
"Dikeroyok? Kael apa ben-"
"Tolong bawa kakaknya masuk dulu Yah" potong Kael dan segera menggandeng Jennaira masuk lalu mengarahkannya untuk duduk di sofa. Sementara Kael langsung masuk kamarnya untuk berganti baju.
"Bisa tolong jelask apa yang terjadi dengan anak saya?" Jennaira mengangguk dan mulai menceritakan apa yang terjadi dengan Kael. Sangat kentara jika laki-laki didepannya ini tengah menahan emosi.
"Saya ucapkan terimakasih karena sudah menolong anak saya. Perkenalkan, saya Noval. Ayah dari Kael, anak yang tadi kamu tolong" Noval menyodorkan tangannya untuk bersalaman, dan Jennaira menyambutnya dengan senyum tipis.
Saat Jennaira tengah meminum minuman yang telah disediakan, Ia langsung mengalihkan pandangannya kearah dimana Kael datang. Menurutnya, penampilan bocah itu sangat berbeda sekali jika memakai pakaian biasa dengan seragam sekolah.
Kael ikut duduk disebelah Jennaira lalu memandang Jennaira dan Ayahnya bergantian. Entah mengapa, firasat Jennaira tak enak.
"Ayah, Kael boleh minta sesuatu?" Noval memandang Kael terkejut. Biasanya jika Kael ingin sesuatu Ia tak pernah ijin atau bertanya kepadanya terlebih dahulu. Dengan ragu Noval pun manganggukkan kepalanya.
"Aku mau kakak Jejen jadi baby sitter aku Yah"
~~~~
"Aws" Jennaira meringis saat jempol kakinya menabrak ujung meja didepannya. Tantenya yang baru datang dari dapur pun terkejut dan langsung menghampirinya.
"Kamu kenapa Ra?"
"Ah ini Tan, kaki aku nyium kaki meja" Tamara hanya bisa menggelengkan kepalanya mendengar ucapan ngawur keponakannya ini. Ia berjalan untuk mengambil es, baskom, dan kompresan untuk keponakannya yang ceroboh itu.
"Kenapa bisa gitu? Mikirin apa kamu sampe meja yang gak salah aja kamu tendang"
"Aku mau kerja Tante" setelah mengatakan itu, Jennaira langsung menaikan pandangannya kearah Tantenya. Ia takut, pasalnya Tantenya ini sangat sensitif mengenai hal Jennaira yang ingin bekerja.
"Mulai lagi? Jennaira Salsabila Aleia. Kamu ini udah Tante anggep anak sendiri lho, kenapa sih ngebet pengin kerja? Uang yang Tante kasih kurang?"
"Enggak sama sekali Tan. Aku ngerasa gak enak aja. Aku gak mau menyesal dikemudian hari kalo aku gak menebus kebaikan Tante. Eh, maksud aku, aku cuma mau balas budi aja Tan"
Terdengar helaan nafas dari orang didepannya ini. Ia khawatir jika perkataannya menyinggung perasaan Tantenya.
"Kamu masih kepikiran tentang umur Tante yang gak bakal nyampe setahun lagi?. Jennaira, lihat Tante sekarang" Jennaira menatap Tamara dengan pandang yang sulit diartikan. Sedangkan Tamara, menatapnya dengan tulus.
"Tante sekarang masih sehat, kuat. Kalaupun besok Tante ngedrop, dan meninggal. Tante banyak simpanan buat kamu. Jangan kerja ya? Tante seneng bisa bantuin kamu sekolah Ra" tak sadar air mata yang sedari tadi Jennaira tahan langsung tumpah begitu saja. Tamara yang melihatnya langsung menarik keponakannya itu kedalam pelukannya. Sama halnya dengan Jennaira, Ia menahan air matanya agar tidak menetes. Dia tidak ingin terlihat rapuh dihadapan Jennaira.
"Maaf Tan, Aku gak bisa janji" ucap Jennaira dalam hatinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Nothing is Impossible
Teen FictionJennaira atau yang biasa disapa Aira adalah anak yatim piatu yang melanjutkan sekolahnya di kota. Ia yang tak enak karena bergantung pada uang tantenya pun memutuskan untuk mencari pekerjaan. Disaat mencari pekerjaan, Ia dipertemukan dengan seorang...