Bab IV: I'm Home

114 7 2
                                    

Bab 4“I'm home

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bab 4
“I'm home.”

SUNGGUH, setelah sembilan tahun lamanya ia tak lagi merasakan bagaimana punya saudara yang perhatian dan penyayang, ternyata Tuhan sangat berbaik hati memberikannya rasa itu lagi. Bahkan lebih baik dari sembilan tahun yang lalu, karena ia mendapat tambahan laki-laki yang seolah juga ikut berperan menjadi kakaknya.

"Is it enough? Take more snacks, go ahead." tanya Gior untuk kesekian kalinya di saat ia lagi-lagi melirik troli mereka yang sudah penuh, dan tentu saja dijawab gelengan oleh Brie karena gadis itu merasa tak enak.

Ternyata, Gior ini adalah orang yang loyal. Sedari tadi, laki-laki di sampingnya ini selalu menawarkan ini itu padanya, membuatnya dengan semangat mengambil camilan-camilan yang ia inginkan hingga.. setengah dari troli kini dipenuhi oleh camilan yang Brie ambil. Tapi tak apa, kapan lagi kan ditraktir oleh teman dari kakaknya? Mengingat Bian ternyata masih sama seperti dulu, pelit untuk sesuatu yang menurutnya tak dibutuhkan.

Bahkan Brie malah merasa bahwa Gior ini adalah kakaknya dibanding Bian. Sedari tadi, yang menggenggam tangannya seolah takut dirinya hilang adalah Gior, yang membelikannya apa yang ia inginkan di supermarket ini adalah Gior, pokoknya.. yang bener-bener seperti abang penyayang itu ya Gior. Sementara Bian? Dia hanya sibuk mengikuti dengan wajah malas karena tampaknya lelah, sesekali melingkarkan lengan di leher Brie karena gabut hingga membuat gadis itu tercekik. Kakak lucknut.

Tapi wajar saja sih bila Bian lelah, masalahnya Gior ini belanjanya ternyata sebelas duabelas sama ibu-ibu. Lamaaa sekali. Keliling-keliling hingga lima kali, eh akhirnya malah mengambil barang pertama di tempat yang sudah mereka lewati dua kali. Mereka hampir menghabiskan waktu selama dua jam di sini, untungnya tidak dikira sebagai orang mencurigakan oleh penjaga CCTV.

"Kalian bayar aja ya? gue tunggu di depan," ujar Bian setelah ponsel di sakunya berdering, lalu ia melangkah pergi dengan Brie yang terus menatapnya dengan rasa penasaran. Wajah kakaknya itu tampak panik..

"Udah gak ada yang kamu mau lagi? Kalo gitu, kita bayar aja yuk?" tanya Gior membuat Brie kembali menoleh padanya kemudian mengangguk pelan.

Saat membayar semua di kasir, Brie kembali terkagum-kagum dengan Gior yang kini sudah dicapnya sebagai orang kaya raya. Masalahnya, belanjaan mereka ini ternyata nyaris dua juta.. entah bahan makanan apa yang diambil Brie dan Gior hingga total harganya jadi segitu besarnya. Tapi bukan itu yang membuat Brie tercengang, melainkan black card yang dikeluarkan oleh Gior.. sungguh, LAKI-LAKI INI TAJIR BANGET?!

Dan Brie tau jelas siapa yang bisa mempunyai kartu hitam yang diidamkan semua orang termasuk dirinya itu. Dulu saja, orangtuanya saja yang merupakan pengusaha ternama dengan penghasilan hampir sembilan nol, masih belum bisa mendapatkan black card itu. Paling mentok di platinum lah..

Masalah kartu hitam ini juga membuat Brie bertanya-tanya.., Gior ini gabutnya aneh ya? Padahal dia bisa saja tinggal di penthouse atau di tempat-tempat mewah lainnya, tapi kenapa malah tinggal di rumah Brie yang cuma bangunan dua lantai biasa yang emang gak besar-besar amat meski di perumahan elit juga. Terus mau-mau aja lagi untuk membayar kost yang jelas-jelas tidak sesuai dengan tempat tinggal yang disediakan. Untuk 10 juta, minimal dapat kamar sekelas hotel bintang lima gak si?

Welcome HomeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang