CHAPTER 3

9 2 1
                                    

"Gue engga pacaran".—Andhika Putra Baskara


Andhika dan Guntur menaruh keresek yang isinya sepuluh bungkus nasi padang. Yang lainnya sedang asik tidur semua, bahkan pemilik kos an nya pun ikut tertidur. Bisa di bilang pintu tidak terkunci, bahaya kalau sampai ada maling yang masuk untung saja Andhika dan Guntur tidak lama perginya.

"Dalam itungan tiga, lo sama gue bangunin mereka ya. Lo udah pegang panci sama sodet kan?" Ucap Guntur menyuruh.

"Siap udah. Lo udah nyambungin ke speaker belum?" Ucap Andhika membalas.

"Aman" ucap Guntur. Gak sabar nih gue bikin mimpi mereka jadi bencana, enak ajee gue panas-panas beli nasi padang, lo pada molor semua

Guntur dan Andhika tidak bisa menahan tawa, sebab sudah terbayang muka komuk teman-temannya.

Pertama-tama Guntur ingin menjahili Yahez terlebih dahulu. Ia menyimpan dendam pribadi kepada Yahez. Mari tekadkan pembalasan dendamnya.

Guntur mendekatkan speaker ke arah telinga Yahez.

"Man robbuka! Siapa namamu?"

"Yahez Vincent.. ampun saya dimana?" Lirihnya dengan wajah tidak tenang.

"Siapa Tuhanmu?"

"Yesus" dengan enteng Yahez mengatakan itu dengan mata tertutup.

Bug!

Andhika menggebuk pundak Guntur. Ia bingung melampiaskan tawanya lewat mana lagi.

"Tolol! Salah server kita Tur, dia kan nonis!" Ucap Andhika tidak bisa menahan tawa nya lagi.

"Kajen Kajen" ( biarin biarin ). Guntur pun sama, muka sudah kepalang merah menahan tawa.

"Agamamu apa?"

"Islam" ucapnya dengan iler yang terlihat di sudut bibirnya. Benar-benar memang kelakuan anak kos.

Guntur angkat tangan. Benar-benar di luar dugaan jawaban yang akhir. Entah nyadar atau tidaknya Yahez mengucapkan itu tapi tetap saja, di luar nulur coy!.

"Goblok anjir! Si Yahez selama sekolah kayaknya molor terus" Ucap Guntur yang masih tertawa "anying! Sampe nangis gini gue" sambungnya menyeka air mata yang keluar karena kebanyakan menahan tawa.

Mereka berdua pun menghentikan tawanya. Melanjutkan aksinya yang tadi.

Satu..
Dua..
Tiga..

Prak! Prak!
Dung! Dung! Tak!

Andhika memukul panci menggunakan sodet seperti orang kesetanan. Gemas sendiri ia melihat teman-temannya yang anteng dengan mata tertutup. Ingin rasanya panci ini di ganti dengan kepala mereka.

"WOIIIIIIIIIIIIIIIIII!!! MAHLUK MAHLUK JAHANAMMMMM!!! BANGUN WOIIIIII!!!"

"WOIIII!! GEMPA!!! WOI GEMPA!!! TSUNAMI WOI!! MATI LAMPU!! IWA PEYEKKK!!! UJAN DUIT WOIIII!" Guntur berseru karena teman-temannya tidak mau bangun sama sekali.

"MOLOR AJE LO PADA BANGSAT! BANGUN, NASI PADANG LO DI COMOT KUCING NOH!" Teriak Guntur menggunakan Mic. Biarlah nanti ia di datengi tetangga sebelah-sebelahnya. Salahkan mereka karena membiarkan cowo se ganteng itu terkena paparan sinar matahari.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 06 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

DIA ANDHIKA : Revisi & RepublishTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang