Takdir? Takdir macam apa sebenarnya ini?
Takdir yang sungguh di luar nalar.
Nana sungguh tidak mengerti terhadap dunia yang bisa-bisanya berputar 180 derajat untuknya. Dari dia yang bukan apa-apa, tidak banyak dikenal, menjalani hidup biasa-biasa saja tidak mencolok, kemudian terjerumus ke palung mimpi buruk terdalam.
Ini tidak adil bagi Nana. Dia berusaha menjalani hidup sebaik mungkin. Tidak melakukan hal buruk atau mengganggu orang lain adalah contohnya. Sekali pun Nana tidak pernah berbuat tercela kepada orang lain. Membicarakan keburukan mereka pun tidak pernah karena Nana sendiri tidak tau dan tidak mau tau.
Pepatah barangkali benar, orang baik cenderung mati mudah. Tuhan mencintainya dan menginginkannya cepat pulang. Seharusnya Nana menjadi orang jahat saja yang membully orang-orang di sekolah.
Ini sungguh tidak adil. Diamnya ternyata menjadi sasaran langka seorang –katakan lah predator yang kini tidur bersamanya. Menenggelamkan kepala putih Nana ke dada berbalut baju hitam tersebut. Lengan pria itu melingkari leher Nana, merengkuhnya tak ingin biarkan pergi meski dalam keadaan tertidur.
Nana merasakan kehangatan asing. Kapan terakhir kali seseorang memeluknya saat tidur? Itu sudah lama sekali ibunya lakukan saat ia masih kecil.
Aroma parfum maskulin tercium dari badan Jeno. Baunya sangat kuat khas pria berusia 30 tahunan. Parfum itu tidak seharusnya tercium seperti ini. Baunya sudah tercampur dengan keringat Jeno sehingga menjadikannya tercium lebih alami.
Keringat Jeno.. aroma orang dewasa. Nana merasa itu berbeda dari yang tercium dari teman-temannya sewaktu selesai pelajaran olahraga. Aroma pria dewasa agaknya lebih menenangkan. Jika Jeno bukanlah seorang bajingan, Nana pasti sudah tertidur pulas setengah jam yang lalu di dalam pelukannya.
Nana ingat bahwa dirinya harus keluar dari tempat ini.
Nana mencoba menjauhkan tubuh Jeno darinya. Wajah pria itu terlihat lebih manusiawi ketika tidur. Tanpa sadar Nana menyentuh wajah Jeno mengenyahkan helaian rambut hitam itu dari sana. Benar bahwa wajahnya terlihat lebih sehat akal karena itu.
Jika tangan Nana tidak diikat dan dikaitkan pada ranjang, ia sudah memiliki rencana untuk pergi ke dapur dan mengambil pisau. Meski itu adalah pertaruhan serta usaha berat karena kondisinya, jika dia bisa melemahkan Jeno, Nana pikir dirinya akan bisa kabur.
Ambil senjata dan lawan. Seorang pemain game pemula akan bertindak gegabah melakukan hal itu. Nana belajar dari kesialannya tempo hari lalu yang membuatnya menelan kelabang mentah. Tidak, tidak akan terjadi lagi.
Kini Nana menganggap seorang pro-player itu benar, dengan memilih mengumpulkan item sebanyak mungkin sebelum menyerang. Di kasus Nana, ia harus mengumpulkan banyak informasi tentang Jeno dan bagaimana kondisi apartemen ini.
Jadwal harian Jeno sangat random. Dia bukan pekerja kantoran yang berangkat pagi pulang sore. Pekerjaannya lebih fleksibel. Ada kalanya pria itu sibuk sendiri di meja kerja berjam-jam dan mengabaikan Nana. Terkadang ada panggilan dadakan. Kadang dia pergi lama kadang sebentar. Nana tidak yakin dengan itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
BATTLE FEAR - NOMIN
FanfictionNoMin | NCT DREAM WARNING! ⚠️kidnapping, victim, sexual harassment, violence, nudity, semi-gore ⋘ ──── ∗ ⋅◈⋅ ∗ ──── ⋙ Nana pikir jika dirinya menjalani hidup biasa saja, datar-datar saja, tidak mencolok, hidupnya akan baik-baik saja. Apa yang dila...