04. WRETCH [05.02.24]

2.2K 311 38
                                    

Gelisah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Gelisah. Pria itu terus mengecek handphonenya tanpa henti untuk menunggu notifikasi dari seseorang. Lama pesannya tidak dibalas, sudah tiga hari lamanya.

"Mark."

Seseorang memanggil dari belakang. Si rambut coklat itu pun berbalik mendapati ayahnya menatapnya khawatir.

"Dia tidak membalas." Adunya. Wajah Mark mulai berseri-seri. Berprasangka negatif apakah adik tirinya marah padanya hingga mengabaikannya. "Aku sudah berjanji akan datang. Apakah Nana kembali membenciku, ayah?"

"Anak itu juga tidak membalas pesanku."

"Bagaimana dengan ibunya?"

"Sama saja."

Aneh. Seharusnya wanita itu menjadi satu-satunya yang terus terhubung dengan Nana. Meski pernah terjebak di masa lalu yang rumit, mereka semua mencoba berusaha yang terbaik demi kedamaian hati dan masa depan anak-anak. Mark pun turut serta, ia ingin memperhangat hubungannya dengan Nana sebagai saudara tiri korban dari ayah mereka yang pembohong.

"Aku akan kesana."

"Tunggu saja kabar dari ibunya."

"Dia saja tidak membalas pesan ibunya! Sampai kapan ayah akan terus tidak mempedulikannya?!"

"Mark!"

Mark tidak mau dengar. Ia menyambar kunci mobil di nakas, bergegas berjalan menuju garasi rumah. Firasatnya tidak enak entah kenapa. Sejak kemarin pemuda bermata merah itu merasa tidak tenang.

Seseorang menghentikannya di gerbang rumah. Tetangganya, sekaligus teman semasa kecilnya.

"Renjun, menyingkir!"

"Hei, mau kemana kau buru-buru seperti itu?"

"Seperti apa yang aku katakan semalam."

Tadi malam mereka berkirim pesan. Pemuda lain bernama Renjun mengangguk mengerti dan langsung ikut masuk ke dalam mobil tanpa ijin.

"Apa yang kau lakukan?" Protes Mark.

"Tadinya aku hanya ingin main ke rumahmu. Sekalian saja ayo kita main jauh." Cengiran lebar terpampang di wajahnya. Padahal ia mendapat kategori teratas untuk orang yang paling jarang tersenyum di sekolah mereka dulu. Kini keduanya sudah berusia 23 tahun dan masih bersama-sama meskipun sempat terdapat jarak karena mereka harus pergi ke perguruan tinggi yang berbeda. "Aku lumayan naksir dengan adikmu."

Seketika wajah Mark menekuk. "Turun sekarang juga."

"Ayolah. Jalan saja."

Meskipun Mark keberatan, ia tetap melajukan mobilnya.

"Aku tebak dia muak padamu." Ucap Renjun lagi. Dia menyisir rambut hitamnya ke belakang selaras dengan angin yang masuk dari jendela mobil yang terbuka.

"Tidak mungkin." Sanggah Mark.

"Kau suka mengiriminya video random yang kau dapatkan dari tiktok."

BATTLE FEAR - NOMINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang