1. Pertemuan

166 7 0
                                    

Sebuah tiket yang bertandatangan basah dihias gambaran kartun manis diberikan secara gratis untuk Aurora yang selalu menemani masa latihan, bahkan ikut serta dalam penulisan lagu yang akan ditampilkan rapper legendaris sekolah - Namisa. Tapi, bukan berarti yang tidak memiliki tiket tidak diperbolehkan menonton. Hanya saja itu sebagai simbolis dari sang artis.

Terdapat tiga rapper favorit kategori perempuan di SMA Hadinata, yakni Ayesha, Richa, serta Namisa. Mereka akan beradu di acara festival tahunan sekolah. Tepat di gazebo bawah pohon, banyak siswa yang mengantri tanda tangan dari ketiga Monster Diva sekolah.

"Ra, kipas portabelku tadi mana ya?"

Namisa menggeledah tas milik Aurora, tidak ada apapun selain peralatan make up. Padahal Namisa yakin ia menitipkan kipas Doraemonnya pada sahabatnya.

"Gak tahu, aku belum buka tas sejak pelajaran selesai" balas Aurora, sambil merogoh sakunya untuk memastikan sesuatu di dalamnya.

Namisa pikir Aurora bercanda, kebiasaannya begitu. Tapi ia tidak ingin memperbesar masalah ini, Namisa bisa membeli berapapun yang ia mau.

"Jagain tas sendiri doang gak becus" batin Namisa sembari mengoleskan lip matte merah mudanya, lalu bergantian cermin dengan Ayesha.

"Kak Namisa!" Sapa salah satu adik kelas yang membawakan bingkisan mini. Gadis itu sangat antusias sampai merusak antrian tanda tangan.

Aurora melirik tajam, ia tak suka melihat orang berbuat sesukanya. Dengan mengibaskan rambut dan langkah intimidasinya berhasil membuat adik kelas ketakutan dan mundur ke antrian paling belakang.

"Jangan gitu, Aurora. Dia cuma mau ngasih kado, bukan minta tanda tanganku" ucap Namisa, lalu menyuruh adik kelas itu meletakkan bingkisan ke sisi kiri Namisa.

"Makasih ya, Chika"

Aurora benci ketika melihat sahabatnya merasa unggul di atasnya. Ia juga benci harus berdiri selama satu setengah jam di sisi gazebo tanpa duduk seperti pelayan Namisa. Hanya modal sabar dan senyuman ia bisa menutupi rasa kekesalannya.

"Rora, bisa bukain semua kadoku gak?" Tas kain berukuran 1m × 1 m diangkat bersama menuju mobil Tesla milik Namisa, lebih tepatnya ayah Namisa. Mereka berdua masuk ke kursi penumpang belakang dengan rempong.

"Gak mau, Sa. Kamu sendiri aja yang buka. Kan itu punyamu semua" balas Aurora.

"Yha, padahal aku mau fokus latihan. Tapi oke deh, aku aja yang buka semuanya" Gadis yang rambutnya diikat dua menggerutu kesal ketika ia tak bisa menyanyi selama perjalanan di mobil.

"Kalau gitu coba kamu aja yang nge-rap, Rora" perintah yang berhasil membuat Aurora melotot.

"Ngapain, Sa? Kan aku gak tampil"

"Tapi kamu hafal kan liriknya? Siapa tau suatu saat kita bisa tampil bareng"

Di luar dugaan, Namisa terkejut dengan talenta sahabatnya, bahkan cara pengambilan napas dan pelafalan lirik bahasa asing Rora tebas sempurna.

"Wah, om gak tahu kalau kamu bisa nge-rap juga" Ujar ayah Namisa yang sedang mengemudi.

"Gilaaaa! Aku penggemar pertamamu Aurora!"

Aurora tersenyum senang bisa melakukan yang Namisa lakukan.

Setelah melihat penampilan dadakan Aurora di dalam mobil, Namisa lanjut membuka kadonya yang ke tujuh.

"Dari Kak Haris? Aaaaa papa liat dari kak Haris!!!"

"Dapat apa itu nak? Cepat buka"

Ternyata sebuah topi hitam dengan dua benjolan kecil monster di atasnya, serta tulisan NAMISA dengan design yang sangat percaya diri. Ditambah asesoris rantai yang bisa dibongkar pasang.

"Wow..." Aurora hanya bisa menutup mulutnya yang menganga.

Tas yang berisi beberapa kado yang belum dibuka, Namisa sisihkan ke tengah tempat duduk mereka. Ia tak ingin membuka kado lain setelah menerima barang istimewa dari lelaki yang ia sukai.

"Kamu buka aja Rora, buat kamu kalau kamu mau. Sejujurnya di rumahku terlalu banyak barang barang dari penggemar sekolah" ucap Namisa, bahkan ada yang ia jual lagi karena membuat rumah jadi berantakan.

Sebenarnya, Namisa memiliki ruangan dan lemari khusus untuk barang-barang pemberian orang lain, tapi yang tidak ia sukai akan dieliminasi dari ruangan tersebut.

Mobil berhenti di depan rumah mewah berpagar coklat, Aurora turun dengan membawa tas kado tak lupa ia ucapkan terima kasih pada ayah Namisa.

"Aku pulang" Raut wajah lesu Rora terpancar, namun tak ada yang menanyakan kesehariannya. Sepatu ia lepas begitu saja hingga pembantu yang membereskan.

"Wih, lagi banyak duit sampe belanja segitu banyaknya?" tanya mama Aurora yang sedang menonton acara televisi.

Tak ingin menjawab, Aurora langsung memasuki kamarnya dan mengunci pintu. Segera ia buka semua kado Namisa yang telah menjadi miliknya.

"Lah? Total kado tadi delapan belas, kebuka tujuh. Harusnya sisa sebelas gak sih?" Gerutu Aurora di atas spring bed-nya. Kado yang terbawa hanya sepuluh.

🌸🌸🌸

Saat memasuki garasi mobil, Namisa membereskan barang bawaanya. Sang ibu mendekati mobil untuk membantu membawakan barang. Terdapat satu kotak kado tergeletak di bawah kursi penumpang, kemudian Namisa mengambilnya.

Ternyata kado dari Chika, yaitu sebuah kipas portabel Doraemon. Perasaannya senang karena bisa mendapat barang yang ia cari tanpa harus membeli.

Kebiasaan Namisa adalah menempelkan stiker bunga sakura pada barang-barang kesukaannya. Ada yang ditempel secara terang-terangan di depan barang. Ada juga yang harus ia tempel sembunyi-sembunyi.

Seperti kipas portabelnya, ia bongkar dan ingin memasang di dalamnya. Namun ia terkejut beberapa saat setelah mengetahui kipasnya telah berstiker di dalamya.

Persis seperti kipasnya yang hilang.

"Lah? Ini kan emang kipasku"

FRENEMYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang