Chapter 12

77 7 1
                                    

21 Juni 2023

Pukul 08.40 KST, Jihoon sudah dalam keadaan rapi. Berdiri dihadapan cermin seukuran tinggi tubuhnya, mengenakan kemeja putih berbahan katun, dengan celana bahan berwarna hitam membalut kaki rampingnya, dan pergelangan kakinya dibalut dengan sepatu derby sewarna dengan celananya.

Hari ini dirinya dijadwalkan untuk melakukan fitting baju bersama sang calon pasangan yang akan dilakukan di salah satu studio butik milik nyonya Choi, untuk acara pertunangan yang akan diadakan dalam beberapa hari lagi. Sekaligus melihat dekorasi yang sudah disiapkan dan dipasang. 

Selesai dengan dirinya Jihoon lantas berjalan mengambil tas selempang tempat dirinya menaruh ponsel dan dompet. Setelahnya Jihoon segera berjalan menuju pintu kamar, membukanya dan keluar.

Berjalan menuruni anak tangga satu per satu, Jihoon berjalan ke arah taman belakang untuk bertemu sang papa, untuk berpamitan.

Hari ini suasana rumah cukup lenggang kembali karena sang kakak dan kakak ipar Jihoon sudah pulang ke rumah mereka pagi-pagi sekali, karena sang kakak harus bekerja.Hanya terlihat lalu  beberapa pelayan yang sibuk mengurus rumah.

Sampai di taman belakang Jihoon mengedarkan pandangannya, mencari sang papa.

Di sana sedang duduk di tanah tanpa alas, bajunya yang putih bak kanvas baru, sudah dihiasi dengan warna coklat dari lumpur dan tanah, celana pendek berwarna hitamnya sama-sama kotor. Terdapat lubang galian yang tidak terlalu dalam dan tanaman dalam pot kecil disebelah sang papa.

Padahal baru saja kemarin keluar dari rumah sakit, sekarang papa sudah berada di taman saja. Menggaruk tanah kotor di depannya untuk menanam tanaman baru lagi, kemarin sudah diperingati dokter harus istirahat penuh dirumah selama setidaknya lima hari.

Samar-samar tercium aroma menenangkan khas dari teh chamomile hangat dengan perpaduan herbal alami dan aroma bunga mawar yang sangat samar di seluruh area taman. Aromanya tersebar bersamaan dengan semilir angin yang berhembus.

Aroma menenangkan ini adalah feromon dari sang papa, sepertinya beliau sedang dalam suasana hati yang baik.

Jihoon mulai melangkahkan kakinya menuju sang papa yang sedang fokus kepada tanamannya.

Sampai di belakang sang papa, Jihoon lantas langsung menepuk pelan bahu papanya, baru dirinya memanggil. "Pa~."

Sosoknya yang baru saja dipanggil oleh sang anak, menolehkan kepalanya dan membalas panggilannya, "Ya, kenapa?"

"Sudah diperingati dokter kemarin, selama setidaknya lima hari papa harus istirahat penuh, sekarang papa malah disini menggaruk tanah kotor dibawa sinar matahari terik!" Jihoon memperingati dengan berkacak pinggang.

"Mau berangkat sekarang? Sana  pergi," usir papa, abai dengan apa yang Jihoon barusan katakan.

"Jangan mengabaikan ku!" ucap Jihoon.

"Terserah, sana pergi nanti terlambat!" balas papa, acuh.

"Ishh~ya sudah aku berangkat sekarang!" Ucap Jihoon dengan nada jengah.

Percuma memperingati sang papa, beliau adalah pemegang kekuasaan tertinggi dirumah yang sangat sulit diberi wejangan.

"Ya sudah hati-hati di jalan, jika ada apa-apa langsung hubungi," balasnya sekaligus memberikan Jihoon wejangan sebelum berangkat.

Jihoon menunduk, mendekatkan bibir tipisnya pada kening  berkeringat milik papanya, "Tidak usah cium pipi, papa sedang berkeringat!" peringat sang papa.

Jihoon tidak menggubris ucapan papanya, setelahnya suara kecupan ringan mengudara.

"Dadah~," Jihoon berucap sambil berlari keluar dari area taman yang luas itu.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 12 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

AcheTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang