4. Kejutan Yang Tak Terduga

9 2 0
                                    

Yevan menuruni tangga dengan terburu-buru ia bangun lebih siang kali ini. Namun hari itu orang tuanya masih di rumah. Mereka masih menikmati sarapan mereka pagi itu.

"Pagi pa... ma... ," sapanya lalu mencium pipi mereka satu per satu tanpa terkecuali. "Aku berangkat dulu ya, udah terlambat nih."

"Sarapan dulu, Van." Esther mencegah Yevan untuk pergi lebih jauh lagi. "Sudah telat pula, ribet nanti kalau perutmu keroncongan di sana."

"Dosenku hari ini masuk, Ma. Dosen killer." Yevan memperlihatkan jadwal kuliahnya di layar ponselnya.

"Ambil sesuatu untuk dimaian, Van. Jangan kebiasaan, mamamu melakukan semua ini pakai effort bangun lebih pagi dari kamu," Marvin bersuara dengan tegas.

Yevan mengangguk pasrah dan mengambil beberapa lembar roti tawar dengan isian daging asap yang diiris tipis dan sedikit acar timun.

"Udah ya Ma, Yevan berangkat. I love you ma pa..." Yevan bergegas ke garasi dan menyalakan mesin mobilnya, sembari mengunyah dan menyalakan music media player di dashboard mobilnya.

Ponselnya berdering berkali-kali ketika ia baru saja menjalankan mobilnya di jalan cluster mewah itu, di sekitar Universitas ternama yang ia masuki. Yevan mengambil ponselnya dan mendapati panggilan masuk dari Marshal, menjawab sambil terus berkendara.

"Ya, apaan? Masih on the way gue."

"Lo bawa laptop?"

"Enggak, masa kuliah kok bawa laptop." Yevan mempertimbangkan kemungkinan adanya sesuatu yang perlu dibahas di kampus.

"Bodo amat, lo balik lagi ambil banyak-banyak. Ini meeting dadakan di auditorium sekarang." Marshal menutup teleponnya.

"Meeting apaan? Dan buat apaan? Gue enggak ngerti kenapa tiba-tiba ada meeting tanpa koordinasi sama sekali. Apalagi di auditorium." Yevan menghela napas kecewa. "Gue udah setengah jalan ini bentar lagi sampai di kampus, nggak bisa balik lagi."

"Tapi ini penting, Yev. Lo lupa kalo Andre semalam nge-chat buat ngasih tau Lo kalo hari ini meeting UKM?"

"Setan!" Yevan mengumpat dan menginjak pedal rem kuat-kuat, tubuhnya terdorong ke depan, tergantung setir.
Ia buru-buru keluar dan mengecek gadis yang baru saja ia serempet.

"Lo baik-baik aja?" tanyanya khawatir sambil menjangkau gadis itu.

Gadis itu mendongak. "I-iya, tapi toples kue ku pecah"

"Airen?" Yevan tergagap ketika melihat gadis itu ternyata adalah Airen, gadis yang membuatnya tergila-gila selama semingguan ini.

Yevan dengan sigap segera membantu Airen berdiri dan memastikan bahwa gadis itu tidak terluka. Airen hanya menatap Yevan dengan tatapan nanar, sepertinya dia masih belum percaya kalau Yevan benar-benar ada di depannya.

"Beneran enggak ada yang cedera, kan?" Yevan bertanya khawatir.

Airen menggelengkan kepalanya, "Enggak kok. Cuma lecet aja motorku."

Yevan tanpa diminta segera mengecek kondisi sepeda listrik Airen, memastikan tidak ada kerusakan yang serius. Airen hanya menatapnya dengan rasa terima kasih yang dalam.

"Kamu buru-buru banget hari ini." Airen bergumam.

"Iya, aku lagi buru-buru ke kampus. Ada meeting penting." Yevan menjelaskan sambil menatap Airen.

"Oh, maaf ya kalau aku menghalangimu." Airen tersenyum kecil.

"Enggak apa-apa. Kamu sendiri mau kemana?" tanya Yevan penasaran. "Kok kamu bisa tiba-tiba sampai Surabaya?"

Pusaran Waktu |Revisi|Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang