2. Kenalan

1.4K 153 21
                                    

"Sialan, Dhit! Gue lupa ngecek gara-gara ngomongin Marshal." Andre berlari dan mengangkat panci itu ke dalam tenda.


"Emangnya ada apa sama si Marshal?" Yudhit berkacak pinggang sembari menghampiri Yevan. "Tambah bulking aja Lo, bro."

"Biasa aja, Dhit." Yevan terkekeh.

"Biasa apanya? Lo mah kalo dipuji malah suka merendah," gerutu Yudhit.

"Iya dah, iya. Omong-omong gimana kabar Lo ama Yoko? Masih awet?" Yevan bertanya.

"Awet dong." Senyum miring khas Yudhit bisa saja mengintimidasi Yevan secara langsung namun Yudhit tidak ingin itu terjadi. "Kenapa si Marshal?"

"Oh, si Marshal? Ini anak katanya ke toilet tapi sampe sekarang belum balik juga nih." Bulan menjelaskan.

"Sudah gue bilang mungkin aja ketemuan sama pacarnya, Bang."

"Gue masih denial." Andre melipat tangannya.

"Gue juga masih denial karena mienya malah jadi bubur." Yudhit menghela napas, sementara Radya menahan tawanya.

"Beli yang baru deh." Yevan menawarkan untuk makana lain.

"Enggak perlu, Yev." Bulan mencegah, "Masih ada mie yang lain kok."

"Sumpah enggak masalah, gue pesenin makanan deh ya—"

Suara yang begitu memekakkan telinga membuat mereka mendongak. Marshal yang sedari tadi mereka bicarakan datang membawa styrofoam satu plastik.

"Itu apaan, Mar?" Andre penasaran dan segera menghampiri Marshal.

"Makan siang gratis." Marshal menjawab pertanyaan Andre begitu singkat.

"Lo habis dari toilet?" Bulan bertanya kepada Marshal, ia menyandarkan punggungnya dengan tumpuan lengan.

"Iya." Marshal mengedik. "Terus beli makan siang."

"Tumben banget." Bulan berkomentar.

Andre menimpali, "Ribut amat, tinggal makan ini daripada mie yang jadi bubur itu."

Akhirnya mereka berlima hanya menyantap makanan tersebut. Setelahnya mereka mengobrolkan beberapa hal yang basic mengenai beberapa kegiatan mereka belakangan ini. Yevan sangat antusias untuk mendengarkan cerita dari masing-masing sahabatnya, namun ia sendiri tampak tidak menyimaknya karena pikirannya terpusat pada dompet yang ia temukan beberapa saat yang lalu.

"Kenapa lo? Ada masalah?" Bulan melirik Yevan.

"Enggak." Yevan mengedik.

"Terus kenapa muka lo macem orang linglung gitu?" Bulan melanjutkan dan memiringkan posisi tubuhnya agar bisa melihat wajah Yevan dengan jelas.

"Enggak, gue cuma pusing aja." Yevan menggaruk pelipisnya.

"Kalo ada masalah tuh cerita, bukan diam aja," ucapan Bulan kali ini menjadi lebih serius dari sebelumnya, "Siapa tau kita-kita bisa ngebantu, Yev."

"Iya, Bang. Gue enggak apa-apa kok, masalah ini bisa gue selesaiin sendirian." Yevan menunduk malu. "By the way, kalian enggak siap-siap? Ayo kita pergi ke Hotel Kentjana sekarang."

"Emang, lo masukin jadwal check in jam berapa, Rad?" Bulan melemparkan bantal kepada Radya yang asyik tiduran di samping Yudhit.

Radya menggeram dan melempar balik bantal itu kepada Bulan. "Bang Bulan rese banget jadi manusia. Gue bilang jam 6 kita baru bisa check in."

"Berantem mulu lo pada." Marshal yang sedari tadi duduk di luar tenda menggertak, entah apa yang dikerjakannya, namun sedari tadi
Marshal duduk di sana, melihat rerumputan hijau yang ada di hadapannya.

Pusaran Waktu |Revisi|Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang