01. CEWEK ANEH

2 0 0
                                    

PAGI INI, rintikan hujan tak berhenti mengguyur kota bandung sedari subuh tadi.
Cuaca bandung yang semula dingin, bertambah dingin karna adanya hujan.

Sebagian orang lebih memilih untuk berdiam diri di rumah, ditemani dengan secangkir teh atau kopi di meja ruang tengahnya.
Sebagian lagi, harus terpaksa bekerja keluar untuk memenuhi kebutuhannya.

Sama halnya dengan Ska pagi ini, selesai solat subuh tadi ia bersiap-siap untuk pergi bekerja di cafe miliknya yang berada di pusat kota.

Ska melakukan ritual paginya, mulai dari mandi, skincare, hingga sarapan tak pernah ia lewatkan.

Meski cuaca di luar sedang hujan, tak mengurungkan niatnya untuk pergi bekerja.

Prinsip Ska, selama ia masih diberi kesehatan dan siap bekerja, mau hujan badai angin ribut Ska akan tetap pergi untuk bekerja.

Ia keluar dari kamarnya memakai setelan santai seperti biasanya.
Berjalan kearah dapur untuk menemui ibundanya.

"Bu.."

Sosok wanita paruh baya yang semula tengah sibuk dengan piring-piring kotor, seketika menoleh mendapati putri tengahnya yang kini tengah berjalan kearahnya.

"Kamu mau berangkat, teh?" wanita itu menatap Ska dari atas kepala hingga ujung kaki.

"Iya, kenapa Bu?"

Wanita yang dipanggil ibu itu menghela nafasnya pasrah "diluar masih hujan lho Dek, kalo kamu kenapa-napa di jalan gimana?"

Ska menatap ibunya dengan tatapan takut "lho, ibu kayak gatau Ska aja. Hujan kecil gini mah udah bestian sama Ska, jangankan hujan sekecil ini, Ibu gak inget waktu kota kita pernah hujan gede sama angin kenceng? Ska tetep berangkat kerja, dan Alhamdulillah sampai sekarang Ska gak kenapa-napa" ucap Ska meyakinkan.

"Yaudah, tapi kamu hati-hati ya jangan sampai ngebut bawa motornya, jangan lupa pake helm--

"SIM sama surat-suratnya yang lain harus lengkap di bawa, vitaminnya jangan lupa diminum, jas hujannya jangan sampai lupa. Iya, ibu.. Ska udah inget semuanya, kalo gitu Ska berangkat ya.
Assalamualaikum!" Ska mengambil punggung tangan ibunya dan menyalaminya.

"Waalaikumsalam.."

Ska berjalan keruang tengah, mendapati sosok laki-laki paruh baya dengan setelan baju koko dan sarung bermotifkan kotak-kotak persis seperti sepulang dari mesjid subuh tadi.

Menyadari ada sosok yang kini memperhatikannya. Laki-laki paruh baya yang semula tengah fokus pada koran di tangannya, seketika mendongak mendapati Ska yang tersenyum lebar sembari berjalan kearahnya.

"Udah mau berangkat, teh?" tanya laki-laki itu sembari melepaskan kacamatanya.

"Iya pak"

"Yaudah hati-hati"

Ska menyalami bapak yang membuat bapak kembali memasangkan kacamatanya dan hendak mengambil korannya.

"Lho? Kenapa masih berdiri disitu?" bapak menatap bingung Ska yang masih berdiri di tempatnya.

Ska nyengir lebar, ia menyodorkan telapak tangannya kearah bapak yang membuat bapak bertambah bingung.

"Uang jajan"

Mendengar dua kata tersebut, membuat bapak menghela nafasnya pasrah.
Meskipun Ska sudah bisa mencari uang sendiri, bahkan telah memiliki cafe atas namanya sendiri. Sifat dasar yang dimiliki anak-anak kecil lainnya tak pernah hilang dari diri Ska.

Contohnya seperti saat ini, meminta uang jajan untuk pergi mencari uang.

Bapak tampak mengeluarkan dompetnya, yang membuat senyum Ska semakin lebar.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 08 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

SKAMODIE | LEE HAECHANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang