Kalan mengantar Kanaya pulang, diperjalanan pulang Kanaya masih sesekali meringis kesakitan dan memegang perutnya.
"Masih sakit Nay ? Mau ke rumah sakit aja periksa ke dokter, yaa ?" Tanya Kalan yang khawatir dengan sahabatnya itu.
"Ngga, langsung pulang aja Kal, nanti istirahat juga udah mendingan kok" Jawab Kanaya dengan sedikit lemas.
"Yaudah, lo kalau mau tidur pegangan aja yang kuat dan senderin kepala lo di pudak gue" pintah Kalan. Kanaya menurutinya.
Kanaya sudah tertidur. Kalan pun mengurangi kecepatan motornya agar sahabatnya itu bisa tenang tidurnya.
Meski sudah sering pulang bersama, namun saat kepala Kanaya bersandar di pundak Kalan, jantung kalan berdegup lebih kencang. Tak biasanya.
setibanya didepan rumah Kanaya, Kalan pun membangunkan Kanaya.
"Nay..Nayaa..udah nyampe"
Namun tak ada respon dari Kanaya. Kalan pun menggendong gadis tersebut dan memasuki rumah Kanaya. Disambut oleh Melisa.
"Loh, anak ini kenapa ?" Tanya Melisa pada Kalan.
"Maagnya Kanaya kambuh lagi sepertinya tante, dan tadi kalan suruh dia tiduran aja selama perjalanan, jadinya dia tidur deh ini, kalan langsung bawa kekamarnya aja ya Tan ?" Jelas Kalan.
"Duh anak itu, kerjaannya bikin orang lain repot aja, udah kalan kamu baringkan dia aja dikursi itu" ucap Melisa menunjuk sebuah kursi panjang di ruang tamu mereka.
"Gapapa kok tante, biar kalan bawa naik aja langsung ke kamarnya, biar kanaya bisa lebih nyaman istirahatnya" ucap Kalan.
"Hufftt, keseringan dimanja anak itu, yaudah terserah kamu kalau kamu kuat ngegendongnya ampe keatas, silahkan" ucap Melisa.
Kalan pun melanjutkan perjalanannya ke kamar Kanaya. Setibanya dikamar, ia pun merebahkan tubuh gadis tersebut dikasur. Kalan menatap dalam gadis yang sedang tertidur pules. Ia pun sesekali mengusap-usap tangan gadis tersebut.
"Kamu kuat, kamu wanita yang hebat Nay, Mamah Belinda pasti bangga punya anak seperti kamu" ucap pelan Kalan sembari mengusap halus pipi sahabatnya itu.
Kalan pun turun dari kamar Kanaya. Ia berpamitan dengan Melisa, ibu tiri Kanaya.
"Tante, kalau begitu Kalan pamit ya" pamit kalan pada Melisa.
"Iya, makasi ya, maaf kanaya ngerepotin kamu terus, anak itu memang ngga tahu diri nyusahin orang aja kerjanya" gerutu Melisa.
Kalan terdiam sejenak, begitu kasar kata-kata ibu tiri sahabatnya ini.
"Kanaya ngga pernah ngerepotin aku ataupun keluarga aku sama sekali,"
"kanaya sudah dianggap seperti keluarga sendiri, dan aku pernah berjanji didepan makam Mamahnya Kanaya kalau aku akan selalu menjaganya, jadi tante sangat salah jika mengatakan Kanaya ngerepotin dan tidak tahu diri karena itu sudah tugas aku untuk menjaganya"
"Permisi tante aku pamit, Assalamualaikum"
Kalan pamit. Tak ada sedikit senyuman untuk Melisa. Melisa pun melirik dengan kesal kearah Kalan. Ia sangat tersinggung dan tidak terima dengan perkataan Kalan.
///
"Hoaammm"
Seorang gadis baru terbangun dari lelap tidurnya.
"Udah bangun ? Gimana perut kamu masih sakit ?" Tanya Herman pada anak semata wayangnya.
Kanaya tak menjawab.
"Tumben peduli, masih inget punya anak ?" Jawab ketus Kanaya.
"Nay, Papah harus gimana biar kamu ngga bersikap seperti ini sama papah ?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Kalan & Naya
Teen FictionKalantara, seorang pria yang sangat dikagumi oleh seluruh siswi di SMA Andromeda. eits ! kecuali satu. hanya satu. yaitu Kanaya. Namun, persahabatan yang dijalin sejak dini hingga kini mereka duduk dibangku SMA apakah benar-benar tidak melibatkan...