mimpi buruk

616 63 2
                                    

Ada suara tembakan. Dua kali. Tembakan pertama dari jarak dekat. Yang kedua dari jarak jauh. Semuanya akibat tangan Halilintar sendiri.

Darah di depan matanya. Adiknya, Gempa, menatapnya nyalang (bengis dan penuh kebencian) saat sisi kanannya penuh dengan cairan merah. Merembes dari sela jemarinya yang kepayahan menahan luka. Baju berwarna coklat muda itu juga sudah separuhnya berganti merah pekat.

"Ini akan menjadi hukumanmu, Halilintar."

Halilintar tidak paham. Dia kenapa? Dia menatap tangannya. Benar pistol itu dia genggam dan baru saja dia tembakan timah panas dari dalam sana ke arah adiknya.

Kenapa?

Halilintar tidak bergerak. Dia sadari dirinya hanya berdiri saat Gempa mulai meracau tidak jelas. Dia tidak dengar. Dia ingin menolong adiknya itu. Gempa! Gempa! Sialan, adiknya sekarat! Kenapa dia hanya berdiri dan... dan Halilintar menembaknya?

Mata Gempa mulai sayu. Halilintar kembali menyadari kalau dia ada di depan tubuh adiknya. Entah hidup, atau...

Wajah yang persis dengannya itu terpampang luka.

Halilintar tidak bergerak.

"Lintar."

Kemudian, Halilintar menoleh ke belakangnya. Taufan. Taufan!

Halilintar ingin meneriaki adiknya. Ada yang aneh, Taufan. Halilintar tidak bisa mengontrol tubuhnya. Gempa baru saja dia tembak, dan... Kenapa dia ada di depan bangunan yang berbeda sekarang? Halilintar melewatkan apa?

Ini dimana?!

Halilintar mengalihkan atensinya kepada Taufan lagi.

"Kenapa?"

Halilintar tidak paham. Apanya yang kenapa? Kenapa Taufan menatapnya seperti itu?

"Kau mengingkari janjimu, Lintar. Kau serakah."

Apa maksudmu Taufan? Halilintar gagal paham. Panggilan yang Taufan berikan, sangat asing. Taufan tidak pernah memanggilnya seperti itu. Seumur hidupnya.

Halilintar mengucapkan sesuatu. Dia tidak bisa mengartikan apa itu. Tapi hal itu membuat Taufan yang mendengar, wajahnya menggelap. Amarah muncul dari rona mukanya. Kepalan tangannya ingin bergerak ke arah Halilintar tapi dia hanya berdiri jauh.

Halilintar melihat Taufan bertarung dengan emosinya. Dia ingin menarik adiknya itu ke arahnya. Berkata ini semua aneh dan tidak terasa nyata, semuanya membuat Halilintar ingin muntah.

"Baik. Kalau itu maumu."

Taufan?

"Ini akan menjadi terakhir kita sebagai saudara. Wajahmu itu. Jangan pernah lagi kau tunjukkan padaku. Bahkan jika aku mati. Buang saja mayatku ke rawa seperti kau melakukannya pada Gempa. Bajingan."

Hah?

Taufan berbalik arah. Dia meninggalkan Halilintar yang masih terdiam berdiri di tempatnya.

Tidak. Taufan! Kau mau kemana?! Halilintar ingin berteriak. Dia ingin mengejar Taufan. Tapi apa yang dia lakukan sangat terbalik dari apa yang dia ingin kehendaki. Tangannya bergerak mengambil senapan di belakang punggungnya.

Jangan.

Tangannya juga bergerak mengatur isi pistol itu agar sekali tembak.

Jangan!

Halilintar mengarahkan pistol itu ke arah adiknya yang masih berjalan menjauh.

JANGAN!

DAR!

[Kumpulan] Trio OriTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang