megalodon pedas manis

308 41 1
                                    

Feat Blaze

.

.

.

Kalau dibilang yang paling jahil dari trio sulung adalah Taufan, ya benar saja kok. Hanya kadang kala, bahkan Taufan geleng-geleng dengan kejahilan si satu ini. Gempa sering mengelus dada karena kejahilannya sering kali di luar prediksi. Siapa lagi kalau bukan si sulung Hali.

Hari ini Gempa dapat tugas mengasuh Blaze. Sudah menjadi kebiasaan keluarga mereka kalau mengajak Blaze ke pasar itu pasti si bocah selalu menulis daftar belanjaannya sendiri. Sebenarnya bukan hanya Blaze yang begitu, tapi Blaze ini lucu sekali. Anak kelas dua SD itu tulisannya hanya orang tertentu saja yang bisa membaca. Jadi demi melatih tulisan Blaze yang sudah mirip dokter senior, keluarga mereka sepakat untuk membuat dia sering menulis. Hal-hal receh seperti note di kulkas, menulis daftar kegiatan yang akan dilakukan hari itu, menulis apapun yang bisa ia tulis.

Dan daftar belanja juga termasuk di dalam rangkaian pelatihan menulis untuk Blaze.

Walau Gempa juga dapat list daftar yang harus dibeli dari bunda, Blaze memiliki catatan yang sudah dia tulis dengan dektean bunda.

"Sekarang beli apa, Aze?" Tanya Gempa melihat ke daftar belanjaan yang juga ditatap (lebih tepatnya dipelototi) oleh Blaze.

"Hmmmmmm…. Tahu sudah…. Sudah kan Mas?"

"Sudah."

"Hmmmm…. Kangkung sudah. Ayam sudah…. Oh!" Blaze melihat catatannya penuh semangat. Gempa menatap heran dan menyipit melihat catatan yang belum sepenuhnya berkembang itu.

Gempa sedikit heran, padahal sudah banyak yang Blaze lakukan untuk memperbaiki tulisannya, tapi sepertinya tidak banyak perubahan. Yah, masih proses.

"Megalodon Mas! Mau dimasak pedas manis! Mas Gem pasti suka!" Kata Blaze sambil tersenyum sangat lebar.

Gempa sepertinya salah dengar, "hah?" Jadi dia bertanya untuk memastikan. "Mega apa?"

"Itu Mas! Ada orang jual ikan! Ayo beli megalodonnya!!" Blaze menarik tangan Gempa. Sementara yang ditarik masih memproses dengan apa yang dia dengar barusan.

"MEGALODON APA???"

.

Pintu kamar dibuka. Taufan sedang membuat prakarya di lantai, sepertinya rumah-rumahan. Dibuat dari stik es krim yang dibeli kemarin waktu pulang sekolah.

Sementara Halilintar sedang sibuk dengan PC di meja. Entah apalagi yang dia bongkar dari PC itu, Gempa tidak paham. Kemarin katanya CPU-nya kenapa begitu. Entahlah, bukan ranah Gempa.

Jadi kembali ke topik awal.

"Ehem. Hayo ngaku. Kalian berdua, siapa yang bilang ke Blaze buat beli megalodon di pasar?" Gempa sudah menutup pintu sehingga tidak ada yang akan mengintip interogasi ini.

"Mega apa?" Taufan menghentikan acara mengelem stik es krimnya. Halilintar terlihat berhenti saat akan mengambil obeng tapi segera melanjutkan, Gempa melihat itu.

"Megalodon. Beli megalodon di pasar. Mau dipedas manis katanya," kata Gempa menatap balik Taufan. "Kamu kah Fan?"

"Hah?! WKWKWKKWK SIAPA TUH?! Bukan aku weee!! Tadi pas kamu mandi kan si Blaze di dapur sama Bunda buat nulis list belanjaan. Pas itu Duri rewel minta lihat bunga, ya udah aku sama Ice ke taman ngajak Duri biar gak nangis. Blaze sama Bunda…. Oh… tapi aku inget sih siapa lagi yang sama Blaze pas itu…"

Taufan dan Gempa melihat Halilintar yang sok sibuk dan memunggungi mereka. Merasa dipantau oleh kedua kembarannya, Halilintar akhirnya berdehem dan berbalik ke arah mereka.

"Apa?" Katanya.

"Kamu kan?" Tanya Taufan.

"Kamu apa?"

"Gak usah sok gak ngerti kamu Halilintar. Pasti itu tingkahmu yang kurang kerjaan itu," kata Taufan sangsi.

"Aduh….Hali…. Gara-gara kamu Blaze ngambek gak dapet megalodon. Kok bisa astaga, aku gak kepikiran buat ngejahilin adekku pake nipu megalodon pedas manis, tuh…." Gempa tidak habis pikir. Otak kembarannya ini sepertinya sudah rusak sama dengan CPU-nya yang terus dia utak-atik sampai tidak bisa nyala sebulan.

"Weits! Sebelum tambah ngamuk, kalian harus lihat ini!" Halilintar mengeluarkan ponselnya.

"Apa tuh?" Tanya Taufan. Dia dan Gempa saling pandang.

"Sini donk. Gak tahu nanti kalau gak ke sini."

Akhirnya Taufan dan Gempa mendekat ke arah Hali. Halilintar menunjukkan mereka sebuah video.

"Bentar, kamu ngevideo Blaze gitu?" Tany Taufan.

Halilintar mengangguk, dia tersenyum kecil, "lucu anjir. Dia plonga-plongo gara-gara gak tahu megalodon tuh apa. Wkwkwk," katanya sambil memutar video itu.

Gempa menepuk dahi. Taufan hanya bisa tertawa garing saat mendengar jawaban Hali.

Di video itu terlihat Blaze dengan bolpoin dan kertas. Duduk di salah satu kursi meja makan yang berseberangan dengan Halilintar.

"Ayam sudah ditulis?" Suara bunda.

"Sudah," Blaze terlihat memastikan kembali.

"Sekalian beli megalodon, Aze. Mas Gem suka tuh kalau dipedas manis," suara Halilintar disambut tatapan heran dari Blaze di video dan tampolan Gempa pada lengannya.

"Kok aku sih?!" Protes si kembar terakhir.

"Ya kenapa sih? Kan kamu yang ke pasar sama Blaze," kata Halilintar sambil menyeringai jahil.

"Wkwkwk, makan megalodon katanya," Taufan mulai terbawa dengan kejahilan Halilintar.

"Mega…megalodon? Itu apa Kak?" Tanya Blaze di video itu.

Benar kata Halilintar, Blaze terlihat plonga-plongo dengan kata baru tersebut. Suara kekehan bunda terdengar dari samping.

"Ikan donk. Rasanya kayak pindang gitu deh. Itu juga tulis di list," kata Halilintar.

Blaze terlihat ragu, antara tidak percaya atau kesusahan dalam menulis kata tersebut.

"Bisa nulisnya gak?" Suara Halilintar lagi.

"Bisa!" Blaze terlihat yakin. Anak itu memang sangat tertantang dalam hal apapun. Dan Halilintar yang sudah hapal tabiat adik-adiknya pasti memanfaatkan ini dengan baik.

"Gimana coba?" Tanya Halilintar.

"M…e… me… g…a….l…o…d…o…n!" Eja Blaze. Dan setelah selesai dia melihat ke arah Halilintar dan Bunda yang sepertinya ada di samping Halilintar dengan tatapan yang seakan menanyakan hasil kerjanya.

"Iya, bener. Pinter deh Aze~" suara Bunda terdengar sedikit lucu karena tahu Blaze yang dikerjai Halilintar.

"Hm, iya. Dah bener itu. Tapi jangan kasih tahu Mas Gem. Nanti kejutan buat dia," kata Halilintar di video.

"Ohhh gampangg itumahh!!!"

Video selesai dengan Blaze yang tersenyum senang. Halilintar juga mengangguk senang karena kejahilannya benar-benar terjadi sampai ke pasar.

"Lucu kan?" Katanya.

"Lucu sih lucu! Tapi kenapa harus pake namaku?!" Protes Gempa lagi.

"Ya emang kenapa sih? Kan lucu," balas Hali.

"Ahahahahhahahahhahahahaha, terus…terus jadinya beli apa tuh, Gem?" Tanya Taufan di tengah tertawanya.

"Beli pindang. List yang Bunda kasih ke aku isinya pindang. Jadi ya aku kaget lah ada megalodon di listnya Blaze. Kosakata mana lagi itu? Aku tahu kalau gak Taufan ya pasti Hali yang bikin beginian," keluh Gempa. Dia menatap Hali tajam. Detik berikutnya dia men-head lock kepala Halilintar karena gemas.

"Makan nih megalodonnnnn!!!!"

"Anjir Gem! Lepas! Gak bisa napas!!!"

"Ahahahahahhahahaha megalodon pedas manis wkwkwkkwkwkw!!!"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 26 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

[Kumpulan] Trio OriTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang