Perjalanan

10 1 0
                                    

Di pagi yang cerah, suasana kerajaan Evighet masih sama seperti biasanya. Namun perasaan Lio sedikit berbeda.
"Kak Lio! Kakak udah siap belum" Lia mengetuk pintu kamar Lio, ia berkacak pinggang menunggu sang kakak keluar. Tetapi sepertinya tidak ada suara dari tadi.

Biasanya Lio sering mengoceh tentang mimpinya. Tapi pagi ini cukup beda.
Tiba-tiba pintu kamar terbuka, memperlihatkan penghuni kamar tersebut. Melihat kakak nya yang sedang duduk manis di antara para pelayan yang sepertinya kelelahan?

"Oh? Lia, kamu sudah menunggu lama?" Ucap Lio yang sadar dengan keberadaan adiknya. Dia bangkit dari duduknya lalu menghampiri Lia.
Perasaan Lio saat ini sangat senang, baru kali ini dia keluar dari wilayah Dell'eternità. Dan untuk pertama kali juga dia mengunjungi Welzijn.

"Mari, kita berangkat" Lio tersenyum sebelum berjalan terlebih dahulu. Lia cukup bingung dengan kakaknya yang biasanya mempunyai sifat kalem dan santai sekarang sedikit berbeda. Tapi dia harap itu hal yang baik.

────────────
Di perjalanan, Lio dan Lia tidak banyak bicara di dalam kereta kerajaan, namun di luar para prajurit sepertinya sedang membicarakan sesuatu.

"Lluvia... Bagaimana perasaan mu?" Tanya seorang prajurit wanita ke salah satu rekannya.

"Bagaimana apa?" Lluvia balik bertanya, dia tampak bingung dengan pertanyaan yang di lontarkan rekannya itu.

"Raja Lio, bagaimana perasaan mu?" Akhirnya orang bernama Lluvia itu mengerti dengan apa yang di maksud rekannya itu. "Aku cukup bangga, ini pertama kali bagi ku untuk menjaga raja selama perjalan ke Welzijn"

"Begitu, memang nya kau tidak bangga saat pergi bertugas bersama putri Lia?" Gurau rekannya. "Hei, saat pertama kali juga aku bangga, Verryn"

"Bangga atau senang?" Gurau nya lagi, Verryn salah satu prajurit wanita di Dell'eternità. Karena Dell'eternità menjadi dingin para wanita disana banyak yang di suruh untuk bekerja sebagai prajurit.

Di sekeliling mereka hanyalah desa yang bersalju, aktivitas warga jika sedang musim dingin sangat jarang. Dan beberapa pedagang juga jarang terlihat, itu yang membuat mereka malas untuk beraktivitas keluar.
Namun masih ada anak kecil yang bermain salju disana, yang membuat itu tidak terlalu kosong dan hampa

"Kak, kakak ingat ramalan para L'uomi?" Tiba-tiba Lia menanyakan hal itu, itu cukup mengejutkan. Karena yang Lio tahu adiknya tidak suka membaca sejarah ataupun lamaran seperti itu. "Lamaran yang mana. Lamaran ras L'uomi banyak lho, Lia"

"... Yang itu! Dewa yang terbangun"

"Dewa? Oh itu. Kakak ingat, namun kakak sedikit tidak percaya dengan ramalan itu" jawaban Lio sangat berbeda dengan apa yang di harapkan Lia "Kenapa!? Tumben kakak tidak percaya dengan itu"

"Tidak apa apa. Kakak rasa, itu adalah hal yang buruk"

Lia terdiam melihat ekspresi kakaknya yang tiba-tiba menjadi sedikit suram. Lia berpikir bagaimana caranya agar kakaknya terlihat senang kembali.
Setelah Lia berpikir dengan lama tiba-tiba dia mempunyai ide, Lia mengambil sebuah peta. Peta Terra Magica.

Dia sangat tahu apa yang di senangi kakaknya, kakaknya sangat suka dengan latar belakang beberapa wilayah di negeri itu. "Jangan murung kak, lihat! Kakak belum tahu kan dimana Welzijn itu? Kakak hanya tahu dari buku, iyakan?" Ucapnya Lia dengan nada suara yang bercanda, dia memperlihatkan peta itu kepada Lio.

 "Jangan murung kak, lihat! Kakak belum tahu kan dimana Welzijn itu? Kakak hanya tahu dari buku, iyakan?" Ucapnya Lia dengan nada suara yang bercanda, dia memperlihatkan peta itu kepada Lio

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Terra MagicaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang