bab 7: Fakta.

481 47 4
                                    

Selamat membaca!

•<>•



"Shan!"

Merasa namanya terpanggil, gadis itu menghentikan langkahnya dan menoleh kearah belakang. "Kenapa?" sahutnya.

Seseorang yang memanggilnya tadi berlari kecil menuju kearah Shani dengan membawa beberapa berkas ditangannya.

"Lo mau kemana?"

"Bukan urusan lo, Nan" Shani hendak melangkah kembali, namun Jinan menghentikannya. "Tunggu dulu!"

"Apa sih? bisa to the point? gue lagi nggak ada banyak waktu"

"Sabar dong! gue cuman mau ngasih tau kalo ntar malem, lo dan gue disuruh kerumah om Keynal"

Shani mengerutkan alisnya, "ngapain?"

"Barusan gue ditelfon sama Cindy, katanya sih mau diajak dinner dirumahnya"

"Ya, ntar gue kesana"

Shani yang sedang buru-buru, hendak segera pergi dari sana. Namun lagi lagi Jinan menarik tangannya. "Gua gebuk ya lo" Shani sudah mulai merasa kesal.

"Santai dong, sensi amat mbak"

"Apa? gue buru-buru, Nan"

"Ntar gue kesana naik apa?"

"Kelewat tolol ya lo? biasanya gimana? lo gue jemput, kan? ngapain lo pikirin?"

"Iya juga... hehehe" sebelum melangkah pergi, Shani mengusap wajah adiknya itu dengan kasar. Kali ini Jinan tak menahannya lagi kok.

Shani buru-buru memasuki mobil miliknya. Lalu dia melajukan mobilnya menuju kesebuah apartemen yang belakangan ini sering dikunjungi olehnya.

Dengan cemas Shani berjalan menuju unit apartemen yang ia tuju. Setelah sampai didepan pintu, ia memasukan pin terlebih dahulu sebelum membukanya.

"Sis?" itu kata pertama yang diucapkan saat Shani membuka pintu.

Hening, tak ada jawaban dari siapapun. Shani yang semakin panik dan overthinking, akhirnya tergesa-gesa memasuki ruangan demi ruangan.

Ternyata seseorang yang dicari olehnya sedang tertidur pulas diatas ranjang dengan selimut yang membungkus dirinya. "Astaga..." Shani bernapas lega.

Dirinya berjalan menuju ranjang tersebut, ia mengelus kepala sang pujaan hati dengan hati-hati agar tidurnya tidak terusik.

Shani melihat ke sekeliling kamar. Berantakan sekali, ada beberapa baju tergeletak didekat kantong baju kotor dan meja rias yang berantakan.

Inisiatifnya menuntut Shani untuk segera membereskan kekacauan kecil ini. Dan tak hanya dikamar, Shani juga membereskan dapur beserta ruang tengah. Tak lupa pula Shani menyapu dan mengepel lantai agar terlihat lebih bersih dan nyaman pada saat diinjak.

Shani juga memesan beberapa makanan healthy untuk dirinya dan Sisca. Kenapa tidak junkfood? karena Sisca sedang tidak enak badan dan tentu memerlukan makanan yang sehat.

And where Daniel? dia sedang ada bekerja diluar kota, dan apartemen itu adalah apartemen Sisca. Sisca selalu tidur disana pada saat dirinya di Jakarta.

Fyi, rumah Daniel dan Sisca satu kota dengan keluarga Sisca dan Daniel. Jadi, Ibu Sisca ataupun mertuanya sering kali mengunjungi rumah mereka berdua.

Kali ini Sisca bisa menyelamatkan diri, karena dia beralasan mengikuti Daniel yang bekerja diluar kota padahal dirinya stay di Jakarta dari tiga hari yang lalu.

Shansis: DANGEROUS Backstreet ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang