EXTRA || 7 Surat Untuk Langit : Kutitipkan Surat ini Untuk Dia

465 50 2
                                    

Kepada : Halilintar, adikku tersayang

Hai, Hali...

Di atas sana apakah sangat menyenangkan? Bagaimana dengan Umi dan Abi?

Hali, jangankan lewat empat puluh hari, sehari setelah kamu meninggalkan kami ... kita sudah sangat merindukanmu. Jejak-jejak keberadaan dirimu di rumah ini masih sangat melekat di benak kami. Sehingga tanpa sengaja kami membuat seolah dirimu masih bersama dengan kami.

Maafkan kami, ya, Hali ...

Diantara kami belum bisa menerima kenyataan ini, karena kami masih SANGAT MERINDUKANMU.

Rumah menjadi lebih sepi tanpa kamu. Biasanya, di dapur, kamu selalu berkutat dengan peralatan memasak di sana dan membuat makanan untuk kami. Biasanya, kamu menyuruhku atau Gempa untuk mencicipi masakanmu, tetapi sekarang kami tidak bisa lagi mencicipinya.

Hali...

Jika kamu berada di antara kami, jangan sedih melihat keadaan kami yang masih murung, ya...

Kami butuh beberapa waktu lagi untuk membiasakan diri tanpa adanya kamu bersama kami.

Oh, iya. Dokter bilang, penerima donor matamu sudah berhasil melakukan operasinya. Kamu anak yang hebat, Hali. Di saat terakhir pun kamu masih memikirkan orang lain yang bahkan bukan siapa-siapa bagimu. Semoga dengan kamu memberikan kedua matamu untuknya, dia bisa melihat betapa indahnya dunia ini.

Jika ada kesempatan untuk bertemu dengan si penerima donor matamu, kami akan menemuinya dan memeluknya.

Sudah cukup sampai di sini saja surat ini Abang tulis untukmu. Surat-surat dan kata-kata yang pernah kamu goreskan untuk kami, telah kami baca sampai tuntas. Kami sangat terharu membacanya. Tak kusangka, adik yang ku anggap sangat dingin ini bisa menuliskan kata-kata yang melankolis.

Yang kamu lakukan telah membuka pikiran kami, betapa kurangnya pengetahuan kami tentang dirimu.

Sampai ketemu nanti di surga, Hali...
Ayo, kita berkumpul lagi di sana.

Dari, Abang Boy

••§••

Kepada : Bang Hali

Bang Hali apa kabar?
Di sana pasti menyenangkan, ya, bisa kumpul bareng Umi dan Abi.

Bang,
Rumah sekarang jadi sepi banget sejak Bang Hali tiada. Biasanya Bang Hali suka omelin Taufan yang kebiasaannya menaruh barang sembarangan. Sekarang, gak ada lagi yang omelin Taufan. Malah, Taufan langsung beres-beres sendiri tanpa disuruh, takut Bang Hali mengomel lagi. Padahal 'kan Bang Hali sudah gak ada:)

Sejak saat Taufan sadar sudah bisa beres-beres barang sendiri tanpa harus menunggu diomelin dulu sama Bang Hali, Taufan berpikir. "Oh, jadi ini alasan Bang Hali selalu ngomel-ngomel. Supaya kalau dia sudah gak ada, aku sudah terbiasa sendiri."

Maafin Taufan, ya, Bang ...

Terkadang Taufan suka berdecak kesal diam-diam sama Abang:) Taufan juga diam-diam suka menggerutu gara-gara Bang Hali selalu mengomel mulu. Tapi, pas Abang Boy koma, Bang Hali banyak berubahnya.

Taufan jadi suka sama sikap Bang Hali yang lembut kayak gitu. Tapi, Taufan juga gak suka sama sikap sok kuatnya Bang Hali. Nyebelin. Padahal kami khawatirnya setengah mati, tapi kamu malah tetap tersenyum seolah-olah penyakitmu bukanlah apa-apa.

Bang ...

Taufan kangen banget sama Abang.
Taufan rindu Abang.
Tapi, Allah lebih sayang sama Abang. Jadi, aku bisa apa?

Berbahagialah di sana, Bang. Titip salam buat Umi dan Abi.

Dari, adikmu Zaki Taufan.

••§••

𝙶𝙾𝚁𝙴𝚂𝙰𝙽 𝚃𝙸𝙽𝚃𝙰 𝙷𝙰𝙻𝙸𝙻𝙸𝙽𝚃𝙰𝚁Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang