PROLOG

23 5 2
                                    

"AARRGGHH...!!!"

Perempuan itu mengerang kesakitan. Peluh bercucuran mana kala ia merasakan sesuatu hendak keluar dari perutnya yang besar itu. Seolah akan ada yang meledak dari dalam sana.

Sementara perempuan tersebut menderita, kumpulan orang-orang berjubah hitam di sekelilingnya terus menggoyang-goyangkan kepala seraya mengumandangkan dua buah kata secara berulang-ulang.

"Harut, Marut, Harut, Marut, Harut Marut..."

Di tengah malam yang temaram, tanpa bulan dan gemintang. Awan saling bertemu demi menciptakan kilat cahaya dan jeritannya.

Angin begitu bengis bertiup. Pasukan kelelawar berterbangan, mengelilingi para insan yang tengah menunaikan ritual keji di lapangan hijau nan luas itu.

"Terus berzikir, sampai bayi kembarnya keluar!" seru seorang pria dengan raut masam yang terukir di wajahnya. Dialah yang memimpin ritual sesat itu.

"Enghhh... Dasar kau manusia biadab! La'natullah 'alaikum! Semoga Allah gagalkan rencana kalian..." sentak perempuan muda yang sedari tadi menahan rasa sakit yang dideritanya.

Zikir terus dilantunkan, bahkan temponya dipercepat. Dipadu suara badai dan kelelawar yang mengamuk menambah ketegangan saat-saat yang mencekam itu.

Entah sudah berapa lama orang-orang tersebut melakukan ritual setan itu, yang pasti mereka melaksanakannya seakan tak memiliki rasa lelah.

"Kepalanya sudah kelihatan, Syeikh," ungkap salah satu pengikut yang tengah mengawasi kelahiran perempuan yang masih di bawah umur itu.

"Terus pantau, pastikan bayinya lahir dengan selamat!" perintah sang pemimpin yang diiyakan oleh anak buahnya.

Iringan suara-suara yang saling beradu kian memekakkan gendang telinga. Sampai-sampai perempuan yang tak lama lagi melahirkan itu, merasakan sakit tak hanya di badan, namun juga kepalanya.

"Aaakkhhh... Ya Allah, tunjukkanlah kuasa-Mu pada mereka! Gagalkan rencana mereka!" Perempuan itu melangitkan doa di antara rintihannya, yang menahan penderitaan.

"AAAAKKHHHH...!!!"

"Oeeekk... oeeekk..."

Usai proses yang cukup memakan waktu, akhirnya seorang bayi berhasil lahir dengan selamat. Tinggal menunggu saudara kembarnya yang masih bersemayam di dalam rahim sang ibu.

"Satu sudah lahir, Syeikh. Tinggal kembarannya," lapor sang pengawas kelahiran.

"Jangan berhenti. Terus kumandangkan zikir hingga saudaranya lahir!" titah sang 'Syeikh' pada umat-umatnya.

Suara nyaring halilintar mulai terdengar dari segala arah. Tekanan angin pun kian mengencang. Seperti ada sesuatu nan maha dahsyat yang akan terjadi. Sesuatu yang mengerikan di mana alam tidak menyukai keberadaannya.

"Syahdan, kelahiran tuan-tuan kita semua! Mari kita sambut kehadiran mereka!" Suara Syeikh itu hampir tak terdengar oleh sebab kerasnya teriakan petir dan zikir yang menyertainya.

Kedua mata perempuan itu mulai mengeluarkan air yang tersamarkan oleh keringat, yang turut membasahi tiap sudut mukanya. Ia sudah tak kuasa menahan rasa sakit yang menyelimuti dirinya.

ASY-SYARKA BILLAH Season 1Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang