DESAS-DESUS MISTERIUS

6 0 0
                                    

•••

"Isi peti itu buku-buku sihirnya Ustaz Fendi, pendiri ponpes ini. Dahulu, dia merupakan seorang Ahlusunnah. Entah apa yang dipikirkannya, kemudian dia menyimpang. Dia mempraktikkan sihir. Dirinya berasumsi bahwa ada ilmu sihir alami yang datang dari langit," jelas Ustaz Nuaiman.

"Ilmu sihir dari langit? Bukannya sihir identik dengan syirik?" tanya Ustaz Toyib, bingung.

"Kau pasti tahu kisah Harut dan Marut. Dua malaikat yang digantung di langit, karena turun ke Babilonia untuk mengajarkan hakikat sihir pada bani Israil selepas nabi Sulaiman wafat. Menurut Ustaz Fendi, sihir yang mereka bawa adalah ilmu laduni untuk manunggal dengan Allah. Dia juga percaya bahwa dua malaikat itu menyimpan rahasia Ismul A'dzham. Rahasia yang paling diburu oleh sebagian penganut tasawuf hingga hari ini."

"Ismul A'dzham? Nama rahasia Allah itu? Bukannya hal tersebut simpang-siur? "

"Entahlah, mana saya tahu. Yang jelas Ustaz Fendi percaya kalau nabi Sulaiman pun memiliki nama rahasia itu di cincinnya sehingga beliau mampu menguasai berbagai ciptaan Allah. Akibat dari interpretasi menyelewengnya tersebut pada akhirnya memakan korban jiwa. Beberapa santriwati di ponpes ini menjadi tumbal yang menurutnya akan melepaskan Harut dan Marut dari hukuman Allah."

"Ekstrem sekali. Lantas di mana Ustaz Fendi sekarang?"

"Dia meninggal. Dibakar oleh penduduk sini. Tetapi, ada desas-desus kalau kematiannya meninggalkan kutukan. Masyarakat sering kali menjumpai penampakan hantu bertubuh separuh, yang disebut Nasnas. Kata mereka, makhluk-makhluk itu adalah arwah santriwati yang jadi tumbal kesesatannya. Karena ketakutan, sebagian dari mereka pindah ke tempat lain dan menyisakan pondok pesantren Ghani El-Rasyid ini sebagai satu-satunya tempat berpenghuni."

Siapa sangka, pesantren dengan nuansa sejuk dan nyaman tersebut rupanya juga menyimpan rahasia kelam di balik tabirnya.

Tak hanya itu, mana kala sobat karibnya itu menyebut hantu bertubuh separuh di akhir ceritanya. Mengingatkan Ustaz Toyib akan perjalanannya menuju pesantren itu, yang juga menjumpai sosok serupa di dalam mobilnya.

"Sebagian besar masyarakat muslim kita masih mengira pesantren merupakan tempat terbaik untuk menitipkan anak-anaknya dengan tujuan mengubah mereka menjadi generasi religius. Faktanya, nggak semua pesantren itu baik. Banyak juga kasus seperti percabulan, perundungan, bahkan doktrin menyimpang yang mungkin nggak mereka sadari. Usai keluar pesantren bukannya kian dekat dengan agama, anak-anak itu malah makin jauh dari hukum Islam yang sebenarnya. Bukan begitu, Toyib?"

Ustaz Toyib termenung. Apa yang diuraikan oleh Ustaz Nuaiman ada benarnya. Sebab hal yang sama juga terjadi pada masa remaja mereka di ponpes bertahun-tahun silam.

"Ya, kau benar. Itulah alasan mengapa saya sekarang nggak percaya sama agama," ungkap Ustaz Toyib membuat temannya terkejut heran.

"Kok bisa? Bukannya kau seorang ustaz?" Ustaz Nuaiman bingung bukan main.

"Itu cuma profesi. Orang-orang dari berbagai daerah memanggil saya untuk berdakwah. Lalu mereka kasih saya uang. Ceramah menjadi sumber penghidupan saya. Tapi sebenarnya batin saya ragu sama agama. Bagi saya agama itu kontroversial. Agama adalah ladang pembodohan berbasis doktrin. Agama bikin masyarakat taklid buta pada setiap ucapan ulamanya dengan doktrin yang bisa saja salah. Cuma mereka malah mengaminkan lantas mengagungkan ulama kecintaan mereka tanpa bisa membedakan mana hak dan batil."

Ustaz Toyib memandang derasnya hujan yang tak kunjung mereda. Hari itu, seakan redup langit dan tiap rintik yang mengguyur menyatu dalam semua rahasia yang selama ini terpendam di lubuk hatinya yang terdalam.

Ustaz Nuaiman tampaknya turut merasakan kebingungan yang melanda kalbu Ustaz Toyib. Segera, langkahnya menghampiri si kawan lama. Sendu, tangannya menepuk pundak Ustaz Toyib. Lantas sahabatnya itu menolehkan kepalanya sedikit.

"Saya juga pernah berada di fase seperti kau. Pernah terbesit sebuah pertanyaan dalam benak saya, mengapa Tuhan menurunkan agama kepada manusia? Kalau Tuhan ingin umat manusia menyembah-Nya, kenapa Dia nggak ciptakan satu agama saja? Mengapa sampai hari ini manusia kerap kali bertengkar dengan alasan agama? Semua soalan itu menghantui pikiran saya. Kemudian saya temukan jawabannya. Keberagaman adalah anugrah-Nya. Setiap orang berhak fanatik terhadap keyakinannya. Namun, terkadang kefanatikan itu membawa mereka pada taklid buta sehingga menimbulkan perselisihan antar umat. Saya ingat kata Ustaz Syafiq dulu, para pecinta menyembah Tuhannya, sementara para pemabuk menyembah agamanya."

Ustaz Nuaiman telah menampar Ustaz Toyib dengan kata-katanya. Sebuah pengingat telah mengetuk hati yang ragu biar terbuka. Kebingungan yang selama ini menyelimuti kini lenyap dihempas hidayah Sang Kuasa melalui pertemuan antar ulama tersebut.

"Ternyata saya selama ini salah, Nuaiman. Saya telah meragukan Allah dan salah sangka terhadap diri-Nya. Apa dosa saya yang sudah menggunung ini bakal diampuni?" tanya Ustaz Toyib, kelopak matanya gemetar.

"Allahul ghafur, Toyib. Allahul ghafur." Ustaz Nuaiman menepuk-nepuk pundak kawannya, menyemangati.

"Syukran, Nuaiman. Barakallahu fiik." Suasana pecah, setetes air mata membasahi pipi kiri Ustaz Toyib.

JGERR!!

Guntur menyambut ditemani kilat cahaya. Sekejap, tangis haru tergantikan oleh kejut jantung. Kedua ulama itu begitu terkaget tatkala petir tiba-tiba menyambar tanpa aba-aba.

"Omong-omong, kopinya belum jadi?" Ustaz Toyib teringat akan kopi yang dijanjikan.

"Ya Allah, lupa. Benar juga. Kalau begitu kau duduk dulu, saya akan panggil Riyan," kata Ustaz Nuaiman yang juga terlupa pada kopi yang ia janjikan.

Baru saja selangkah kaki Ustaz Nuaiman keluar dari ruang kerja pribadinya, Riyan tiba seraya membawa nampan dengan dua cangkir kopi hangat di atasnya.

"Maaf, Ustaz. Tadi saya mengamankan para santri dan santriwati dahulu. Baru saya buat kopi. Saya mohon maaf jika bikin lama menunggu." Riyan menundukkan kepalanya, memohon maaf atas keterlambatannya.

"Ya sudah, nggak apa-apa. Toyib, silakan diminum mumpung Masih hangat. Apa lagi sedang hujan begini. Enak buat ngopi."

•••

ASY-SYARKA BILLAH Season 1Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang