TAMAN BERMAIN

6 0 0
                                    

•••

"Lihat pintu itu, Toyib," kata Ustaz Nuaiman.

Ustaz Toyib melihat pintu yang ditunjuk oleh sahabatnya. Pintu kayu yang tampak biasa-biasa saja dan tak ada yang aneh dari segi apa pun.

"Ketika kau membuka pintu itu, bakal ada sesuatu yang buat kau yakin kalau pesantren ini berbeda dari yang lainnya," lanjut Ustaz Nuaiman.

Bingung, namun juga diliputi rasa penasaran. Demikianlah yang batin Ustaz Toyib rasakan. Ia pun berjalan mendekati pintu itu dan kemudian membukanya.

Sebuah taman, dihiasi dengan rumput hijau dan tanaman bunga yang beragam warnanya. Kursi di bawah pepohonan, para santri dan santriwati yang bermain bersama. Serta kicau burung mengiringi panorama surya yang akan terebenam.

Ustaz Toyib benar-benar takjub akan pemandangan yang menghidupkan kebahagiaannya. Baginya, ini bukan lagi sekadar pesantren. Tetapi surga versi minimalis.

"Indah sekali," gumam Ustaz Toyib.

"Ini adalah taman Al-'Adn. Tempat keceriaan, kebahagiaan, dan ketenangan. Di sinilah para santri melepas rasa penat mereka dan bercengkerama satu dengan lainnya, saling menebar senyuman," jelas Ustaz Nuaiman.

Akan tetapi di antara sekian banyaknya pemandangan cantik, Ustaz Toyib terfokus pada sebuah rumah kabin kayu kecil tepat di posisi matahari terbenam, di depannya.

"Itu rumah apa?" Ustaz Toyib lagi-lagi penasaran.

"Dulu, itu tempat praktik Ustaz Fendi. Konon di sanalah tempat dia melakukan ritual sihirnya. Dan sekarang, rumah itu dikosongkan. Nggak ada yang diperbolehkan mendekati rumah kabin itu." Giliran Riyan yang menjelaskan.

Masuk akal. Memang tampak sebuah tanda silang pada pintu yang tergembok di kabin itu. Berarti aturan yang disebutkan benar-benar berlaku.

Tunggu dulu, Ustaz Toyib menyadari sesuatu. Dari jendela kabin, sekilas terlihat seorang anak perempuan. Tetapi dalam sekejap anak itu pun kembali bersembunyi. Seperti takut dilihat.

"Di dalam kabin itu ada anak perempuan?" Ustaz Toyib mengerutkan dahinya, berharap dapat melihat sosok itu lagi.

Ustaz Nuaiman dan Riyan saling bertatapan. Bingung. Kata Ustaz Nuaiman, "Kau ini sering banget berhalusinasi ya, Toyib? Sedari tadi kau selalu bertindak aneh. Kenapa?"

"Entahlah, mungkin saya kecapekan habis perjalanan jauh." Ustaz Toyib memijat-mijat pangkal hidungnya.

"Jangan-jangan efek dari pengharum ruangan di mobilnya juga, Ustaz," sahut Riyan dengan candaan.

"Mungkin juga, ya. Harum kopi, terus tadi juga minum kopi. Jadi ganda halusinasinya," timpal Ustaz Toyib sambil tertawa kecil.

Mereka bertiga tertawa bersama. Ustaz Toyib pun menghiraukan segala anomali yang dialaminya. Tak terasa, sebentar lagi matahari akan segera meninggalkan mereka.

"Wah, sudah mau magrib. Riyan, Arahkan para santri untuk bersiap-siap salat. Seperti biasa, kau muazin," titah Ustaz Nuaiman.

"Baik, Ustaz." Riyan pun langsung melakukan apa yang diperintahkan.

Ustaz Toyib amat kagum pada kesetiaan Riyan. Menurutnya, anak itu baik dan sangat penurut. Benar-benar terdidik dengan baik.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 16 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

ASY-SYARKA BILLAH Season 1Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang