14.🦉

2 0 0
                                    

Aku meletakan ponselku di di teras, River memperhatikanku dari seberang kamera. Dia berkata ingin melihat Gerhana juga, jadilah aku mengabulkan.

"Kali aja lo dapet inspirasi, kak." ucapku tersenyum ke arah ponselku.

"Iya, gue rencananya mau nyusul lo sekarang." ucap River.

Cowok itu mengambil jaket di gantungan baju dan memakaikan ketubuhnya.

"Loh? Kamera Whatsapp Enggak HD kah?" tanyaku heran.

"Jelas banget enggak, jangan dimatiin sampai gue beneran dateng oke?" pesan River yang sedang meletakan ponsel di phone holder kendaraannya.

"Iya-iya!" balas ku.

10 menit menunggu, River akhirnya datang. Kalau datang secepat ini, aku jadi penasaran dimana dia tinggal. Ku alihkan pandanganku pada bulan yang mulai terbelah cahayanya.

River duduk disebelahku, matanya tak lepas dari proses Gerhana.

"Lo pernah denger ini gak?" tanya River tanpa mengalihkan pandangannya.

"Apa?" balasku sambil mengarahkan kamera ke atas.

"Bulan Purnama Merah, adalah bulannya para Vampir dan para serigala." ujarnya dengan nada serius.

"Gue gak percaya kalau soal Vampir." sahutku sambil tersenyum kecil.

River merebahkan tubuhnya, ia menatapku dari samping. Kubalas dengan lirikan jenaka.

"Lucu ya muka lo kalau diliat-liat," gumam River.

"Lo pernah dengar ini?" tanyaku dengan nada menantang.

"Apa?"

"Semua orang yang dianggap jelek punya sisi menariknya tersendiri di beberapa waktu. Di waktu itulah yang bikin pandangan beberapa orang berubah." ucapku sambil tersenyum bangga.

"Makanya ada istilah, jangan liat buku dari covernya doang ya?"

"Iya, Dibaca sekilas aja udah menarik perhatian, apalagi kalau dibaca sampai habis, ya kan?" River tersenyum, cowok itu mendudukan dirinya lalu mengangguk. "Iya."

"Pinjam kameranya dong, coba lo pose di depan sana." pinta River.

"Angle gue jelek kalau pose dari jauh!" beritahuku sambil menggeleng.

"Hadap belakang, terus liat ke atas, kayak lagi kagum atau kaget lah liat bulannya." titah River sambil memposisikan kamera ke dekat matanya.

Aku akhirnya menurut, berbalik, ku tatap cardigan warna peachku, lalu rok sepanjang mata kaki berwarna putih, semakin kebawah, aku mendatarkan wajah ketika melihat sendal jepit doraemon ku. Sudahlah, aku pasrah jika outfitku tidak akan serasi.

"Shirel," panggil River.

"Ya?" sahutku.

"Coba lepas sendalnya!" Aku menurut dengan senang hati, ternyata River sangat memperhatikan itu juga. Kulempar sendal doraemon itu ke teras rumah.

"Siap ya!"

Aku mengacungkan jempol pada River. Segera menautkan jari-jemariku dan menghadap ke atas.

Bunyi jepretan kamera terdengar, aku tidak langsung berbalik, karena itu hanya akan menghancurkan foto.

Jepretan sudah berbunyi dan sinar kamera menyala bukan berarti foto langsung tercetak sempurna. Harus menahan diri beberapa saat barulah boleh bergerak.

Angin mulai berhembus lebih kencang, membuatku termakan rambut yang seakan menampar wajahku.

"Coba cardigan lo dilepas, dipegang aja cardigannya, terus rentangin tangan lo, kaki rapat, muka liat ke atas!"

Aku menurut, sepertinya River sangat ahli dalam mencari ide. Sayang sekali modelnya aku, pasti hasilnya jelek.

"Udah!" Aku akhirnya berbalik dan mendekat dengan River untuk melihat hasilnya.

"Bagus kan?" tanya River sambil memperhatikan ekspresi wajahku.

Aku meminta untuk melihat lebih dekat, River memberikan kameranya padaku. Baru kali ini potretku terlihat cantik saat jarak jauh, bahkan yang memotret adalah orang lain.

"River," panggil ku.

"Ya?"

"Makasih." ucapku sambil tersenyum tulus padanya.

Aku tidak tahu bagaimana cara menjelaskan raut wajah River, cowok itu menatapku lekat,"Kayaknya gue udah dapet inspirasi." ucap River.

"Iya kah?"

"Dah sana masuk, abis itu tidur! nanti gue kasih kabar ke wali kelas lo buat minta izin."

Aku cemberut, tapi tetap menuruti perintah River. "Iya, makasih kak." ucapku.

Ku pegang kamera Kio dengan erat lalu berbalik, suara deru motor terdengar.

"Selamat malam Shirel." ucapan itu terdengar, saat aku berbalik, River sudah pergi.

***

AYMO(End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang