Di tempat Naren malam ini, tiga laki-laki tengah berkumpul dengan berbagai macam minuman, dan beberapa bungkus rokok di atas meja. Sebenarnya belum terlalu larut, baru jam tujuh malam.
Karena Naren tinggal sendiri di rumahnya, jadi teman-temannya merasa bebas. Rumah temanku, adalah rumahku. Begitu mereka menyebutnya.
"Oh iya, kita mau ngomongin sesuatu sama lo" Ucap Davian, sambil meneguk segelas minuman berwarna merah maroon.
Karena Naren tidak ikut serta menjadi panitia, maka Davian akan membahas ulang taruhan yang sebelumnya mereka bahas.
"Apa?" Naren sedikit menaikkan alis, sambil membuang puntung rokok ke dalam asbak.
"Itu-"
BRAK!
Baru saja akan bicara, mereka di kejutkan dengan perempuan yang tiba-tiba masuk ke dalam rumah. "Kak.. ini.. dari bunda-a, hahhh cape banget" Seorang perempuan meletakkan masakan rumahan di atas meja.
Perempuan itu mengenakan pakaian tidur berwarna putih, dengan rambut yang terurai asal, belum menyadari keberadaan ketiga teman Naren yang jelas-jelas sedang memperhatikannya dari kejauhan.
"Siapa?" Harsa melirik Shireen sampai tubuhnya ikut miring. Untung otaknya tidak.
"Eh cakep, kok lo gak bilang punya sepupu kayak dia?" Galan ikut berkomentar, sambil menghembuskan asap rokok.
"Bukan sepupu, cuman temen" Naren hendak menghampiri, tapi di tahan oleh Harsa.
"Gue aja ya? kayaknya gue kenal deh" Harsa langsung beranjak untuk menghampiri Shireen yang sibuk sendiri.
"Cape banget, aku di kejar guguk tetangga tadi, untung gak di gigit takut rabies" Ucapanya sedikit terengah-engah, karena meminum segelas air tanpa jeda.
Perempuan itu kembali meminum setengah gelas air. Namun, saat melirik, dia langsung di kejutkan dengan wajah Harsa, mulutnya reflek menyemburkan air pada wajah lelaki di hadapannya.
Rasanya jantung Shireen akan copot, perempuan itu menarik beberapa lembar tisu untuk membersihkan wajah Harsa.
"Gak apa-apa, gak usah" Harsa tolak tisu pemberian Shireen, lelaki itu memilih untuk berjalan ke arah kamar mandi, untuk membersihkan wajahnya yang basah karena semburan.
Shireen bingung, perempuan itu langsung berjalan menghampiri Naren yang masih merokok, dengan dua teman lainnya. "Kak, temennya kesembur air, gak sengaja sumpah" Bisiknya.
"Ih, ai kamu kenapa?" Naren menekan rokok pada asbak bening di depannya, untuk menemui Harsa yang pasti sedang mengumpat tidak jelas.
"Halo kak" Shireen terduduk sopan, perempuan itu sedikit menunduk saat menyapa teman-teman Naren yang sejak tadi memperhatikannya.
"Kamu maba ya?" Tanya Davian. Lelaki itu mengambil gelas kosong, mengisinya dengan segelas jus jambu kemasan, untuk di berikan kepada Shireen.
Shireen menerima tawaran Davian, mengambil gelas yang di sodorkannya. Pantas saja wajah mereka tidak asing, mereka yang marah-marah tadi pagi.
YOU ARE READING
My Butterfly is You
FanfictionHarsa, dan Shireen telah melewati batasan mereka sebagai sepasang kekasih. Jika kebanyakan perempuan ingin di pertanggung jawabkan, maka hal itu akan berbeda jika jatuh kepada Shireen. -ˋˏ✄┈┈┈┈ "Ayo putus kak" "Apa? gak mau Shireen, aku gak bisa lep...