12 - 13 Reality

79 6 5
                                    

"Tunggu di sini" Davian memberikan arahan agar Shireen tidak keluar dari dalam mobil

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Tunggu di sini" Davian memberikan arahan agar Shireen tidak keluar dari dalam mobil.

"Kenapa?"

"Pokoknya nurut sama aku, aku minta kamu tunggu, meskipun nanti kamu denger sesuatu jangan keluar oke?" Davian berjalan keluar dari dalam mobil.

Lelaki itu menarik nafas sebelum memasuki gerbang berwarna hitam pekat di depannya. Bisa di bilang Davian sedang bersiap memasuki sarang singa.

"Cing salamet" Gumam Davian penuh harap.

Shireen yang masih diam di dalam mobil, terus memperhatikan Davian yang masih mematung di depan gerbang. "Kak Davi rumah segede ini kok berasa orang miskin ya" Gumam Shireen

Setelah berdoa cukup lama, Davian mengendap-endap berjalan hendak memasuki jendela kamar miliknya, tapi sepertinya hari ini tuhan tidak berpihak padanya, karena jendelanya terkunci

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Setelah berdoa cukup lama, Davian mengendap-endap berjalan hendak memasuki jendela kamar miliknya, tapi sepertinya hari ini tuhan tidak berpihak padanya, karena jendelanya terkunci.

Dengan penuh rasa kecewa, Davian harus masuk melalui pintu dan mungkin keluar melalui jendela kamarnya.

Di depan pintu tangan Davian berusaha menekan satu persatu angka, hingga pintu itu terbuka lebar.

"Aku pulang" Katanya pelan, berharap sang ibu sudah tidur malam ini.

Wanita paruh baya di sebrang sana melirik jam dinding yang sudah menunjukkan pukul 10 malam.

"Dari mana jam segini baru pulang?" Wanita itu membawa langkah kakinya mendekat ke arah Davian yang mematung di depan pintu.

Keringat dingin dari tubuhnya mulai bermunculan, rasa takut mulai menggerogoti pikirannya.

Setelah langkahnya berhenti di hadapan Davian. Pukulan pertama mendarat di pipi Davian. "Buat apa belajar tinggi-tinggi kalo akhirnya kamu jadi maling" Teriak Elis, membuat Davian menunduk, mengusap pipinya yang terasa perih.

"Maaf, uang aku kan ibu ambil semua.. ayah udah kasih tapi ibu selalu ambil setengah dari uang jajan aku" Lirihnya pelan.

"Mau perhitungan kamu sama ibu sendiri? sini kamu" Elis meraih tongkat golf milik suaminya, mendaratkan pemukulnya pada tangan kanan Davian.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: 2 days ago ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

My Butterfly is YouWhere stories live. Discover now