2. Khawatir

7 3 0
                                    

Entah Hongjoong yang tak berhasil membujuk atau Seonghwa yang keras kepala.

Pagi ini, Seonghwa—lelaki itu tetap pergi untuk syuting video. Hal itu disadari ketika Jongho yang mengetahui Seonghwa sudah bersiap-siap sangat pagi.

Hongjoong selaku rommate nya saja tidak tahu. Dia bergerak dengan diam. Entah mengesot atau bagaimana, Hongjoong benar-benar tak mendengar suara langkah kaki Seonghwa.

"Aish... Seonghwa-hyung benar-benar keras kepala.." gumam Yunho sambil menggerutu saat memasak.

"Dia tak bisa mengerti keadaannya sendiri! Sudah tahu sedang tidak sehat." Sahut Wooyoung yang ikut kesal. Padahal awalnya dia sedang menonton TV dengan damai, tapi mendengar kabar bahwa hyung-nya pergi, dia jadi marah dan kesal.

Sementara itu, di tempat Seonghwa saat ini. Dirinya tengah menyiapkan diri untuk segera melakukan perekaman.

Merekam-ganti pakaian-merekam lagi-ganti pakaian lagi-istirahat-lanjut rekam-istirahat-revisi-pulang.

Seperti itulah kira-kira rantai perekaman Seonghwa hari ini.

Lagi. Ditengah kegiatan aktivitasnya. Dia kembali merasa pusing hebat hingga hampir terjatuh. Manajer yang sudah lama bersama Seonghwa itu menyadari sesuatu.

Memang benar Seonghwa saat ini sedang melakukan perekaman, dan tentunya memakai make-up. Tapi entah benar atau tidak, yang dilihat manajer Seonghwa hanyalah wajah pucat dari Seonghwa.

Nafas Seonghwa juga menjadi berat, sangat terlihat ketika dia bernafas sambil mencoba bergaya menyesuaikan tema perekaman.

"Waktunya istirahat!" Setelah teriakan itu terucap, Seonghwa langsung berjalan menuju sofa dan merebahkan dirinya.

"Hyung, istirahatlah yang banyak. Aku akan bicara dengan mereka." Ucap Manajer yang 3 tahun lebih muda dari Seonghwa itu.

"Tidak, tidak. Lebih baik cepat diselesaikan dan langsung pulang." Jawab Seonghwa dengan nafas tersengal-sengal.

"Minumlah dulu." Manajer itu memberikan sebotol air kepada Seonghwa. Seonghwa menerimanya dan langsung meminumnya.

"Lanjut!!" Teriakan itu kembali terdengar. Istirahat kedua memang sangat sebentar, hanya diberi waktu 10 menit untuk istirahat dan harus melanjutkan secepatnya.

"Jangan memaksakan diri. Kau harus baik-baik saja, hyung." Ucap Manajer Kim kepada Seonghwa.

Setelah melakukan revisi, akhirnya kini perekaman selesai dan Seonghwa bisa pulang sekarang juga.

Namun, alih-alih untuk segera pulang, Seonghwa mengajak manajernya untuk mampir ke rumah sakit sebentar. Seonghwa masuk ke dalam dan menyuruh manajernya menunggu di mobil.



Setelah menunggu lumayan lama, akhirnya Seonghwa kembali ke mobil.

Namun ada yang aneh, wajahnya seperti gelisah dan ketakutan. Bisa dilihat tangannya gemetar saat ini.

"Ada apa hyung?" Tanya Manajernya sambil melihat Seonghwa dari kaca mobil.

"Tidak ada apa-apa, aku hanya ingin tahu sesuatu saja. Oh ya, jangan bilang ke member kalau kita habis dari sini." Ucap Seonghwa kepada manajernya. Meskipun sedikit curiga, Kim Seonghun—manajer itu hanya mengangguk menerima perintah majikannya.

Sampai di asrama pukul 4 sore. Seonghwa langsung masuk dan mandi. Setelahnya ia langsung membuat masakan juga guna ucapan maaf untuk tadi pagi tidak bisa memasak.

Namun Seonghwa melakukan kecerobohan, ia melukai tangannya sendiri karena tidak fokus memotong sayuran dan juga menjatuhkan gelas hingga pecah.

Tangannya mungkin kini sudah berdarah, tapi bukan itu yang dipikirkan Seonghwa. Perkataan dari dokter tadi terus berputar-putar di kepala Seonghwa.

The Night We Met Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang