2.85

228 46 48
                                    

Selamat membaca!

.

.

.

.

.

Bulir-bulir air berjatuhan menghujani bumi. Setiap tetes yang menyentuh kulit terasa cukup menyakitkan, terlebih lagi kulit yang terkelupas. Entah sudah keberapa kalinya dia menangis dan menjerit di dalam hati, orang lain tidak ada yang bisa mendengar maupun menolong. Dia merasa frustasi sebab tidak diberi kematian dengan mudah. Dia bertahan selama tiga hari dengan tubuh penuh luka. Hari demi hari terasa cukup menyiksa. Luka demi luka yang membusuk seakan digerogoti banyak binatang hina, membuatnya merasakan ketakutan yang luar biasa.

Jeff tidak pernah membayangkan konsekuensi yang akan didapat ketika menyinggung sedikit saja kesukaan Ye Mi. Pada dasarnya, semua orang tidak pernah puas dan cenderung lupa diri. Diberi sedikit saja kebaikan, mereka akan berpikir kebaikan akan berlanjut sepanjang masa. Diberi kesempatan kedua, mereka akan berpikir akan ada beribu kesempatan yang lain. Dia terlalu meremehkan kemurahan hati Ye Mi. Seharusnya, dia menghilang dari hadapan lelaki tampan itu setelah tragedi pengkhianatan terjadi.

Jujur saja, Jeff sangat mencintai Ye Mi. Namun, dia tidak bisa memenangkan hati lelaki tampan itu seutuhnya. Dulu, Ye Mi sangat dingin, tidak sehangat ketika bersama dengan Xiao Sa. Dia adalah orang yang tanpa pandang bulu, tanpa ampun, dan tak tersentuh. Mereka tidak pernah berkencan ke tempat-tempat yang bagus, menjadi sepasang kekasih hanya untuk sebuah status. Jeff menjadi ragu akan rasa cinta Ye Mi untuknya. Dia pernah menawarkan diri agar mereka bercinta untuk menjadi pembuktian rasa cinta. Namun, pihak lain selalu menolak dengan dalih tidak ingin bercinta sebelum melangsungkan pernikahan. Berkali-kali Jeff mencoba, aksi licik pun pernah dilakukan. Sayangnya, pertahanan Ye Mi sangat kuat.

Hal itu menjadi awal ketidakpuasan menyentuh hati Jeff. Ketika dia bertemu dengan Mark yang bisa memenuhi segala keinginannya, dia menjadi hilang akal dan berpaling. Tepat pada hari di mana dia ketahuan berselingkuh, dia mengetahui fakta besar berupa Ye Mi telah berencana melamarnya. Lelaki tampan itu sudah mempersiapkan segala sesuatu, bahkan pesta pernikahan pun diam-diam disiapkan. Dia cukup terlambat untuk mengetahui seberapa besar cinta Ye Mi untuknya.

Jeff pikir dia masih memiliki peluang jika terus menerus berperilaku baik, berharap dapat merajut kembali kepercayaan Ye Mi. Namun, siapa sangka Xiao Sa menghancurkan semuanya. Setiap kali melihat kebersamaan Ye Mi dan Xiao Sa, dia menjadi yakin bahwa peluang semakin jauh di mata. Dalam artian, tidak ada cara untuk kembali lagi.

Kini, Jeff menyesal dan hanya bisa berharap Ye Mi mendapatkan cinta yang besar. Dia juga berharap Xiao Sa mampu melakukan semua hal yang tidak bisa dia lakukan. Dengan demikian, dia pikir dia mampu beristirahat dengan tenang. Perlahan-lahan, mata menonjol itu tertutup. Samar-samar, Marco dapat menangkap suara lirih yang begitu rendah berusaha dialirkan dengan susah payah.

Marco mendekati bibir Jeff yang hancur untuk mendapatkan kualitas pendengaran yang baik. Namun, tetap saja dia hanya dapat mendengar gumpalan angin yang membentuk kata, "Maaf ...."

Marco menutup mata rapat-rapat untuk sejenak sembari berusaha menelan ludah yang sempat tercekat. Sekujur tubuh terasa kaku, seakan-akan jiwa ikut terbang bersama Jeff. Dalam beberapa menit ke depan, dia hanya berdiam diri. Dia berharap kepergian Jeff membawa serta segala beban perasaan yang menelannya selama ini. Tidak dapat dipungkiri, dada Marco berdenyut nyeri kala kepala terus menyematkan kalimat di mana sang teman benar-benar sudah mati. Meski kekesalan tiada henti menghantui selama beberapa tahun ke belakang, tetap saja mereka pernah menjadi teman, bahkan sempat melakukan sumpah persaudaraan. Tangan yang melemah kini mengepal kuat, menghantamkan tinjuan pada dinding tak bersalah di samping tubuh kaku Jeff.

THE GLOOM S.2 (YIZHAN)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang