kebenaran . 04

50 16 1
                                    

Yeonjun Morrigan berjalan di tengah kegelapan malam, tangannya bermain dengan sebuah pisau lipat kecil yang baru saja ia gunakan untuk menguliti seseorang. Dengan santai ia melangkah melewati gang sempit sembari bersiul senang.

Korbannya kali ini adalah seorang wanita berumur 40-an, seorang istri dari pengusaha elektronik yang cukup tersohor. Namun agak mengecewakan karena fisik wanita itu sudah tidak segar. Bahkan bola matanya sangat jelek, organnya pun banyak yang rusak—karena wanita itu merupakan pecandu alkohol.

Yeonjun mendesah pelan karena tidak membawa hasil apapun malam ini. Tapi itu tidak masalah, mood nya hari ini sedang tidak buruk.

Ia segera mengambil karung besar ketika sampai pada bagasi mobil, sarung tangan serta plastik pelindung penuh darah yang melekat di tubuhnya ia masukkan ke dalam karung itu. Mayat busuk itu harus di urus agar tidak meninggalkan jejak, dan Yeonjun sangatlah ahli dalam hal itu.

Tangannya bergerak mengambil ponselnya yang bergetar di saku celana. Panggilan dari klien membuatnya segera mengangkat panggilan tersebut. Keheningan menyapa sejenak.

"bagaimana?..."

"Kau hanya perlu mengeluarkan uang untuk bayaranku, Tuan."

"Semua sudah beres? Kau yakin tidak meninggalkan jejak?"

Yeonjun terkekeh kecil, Karung yang ia bawa tersampir di pundaknya. "Kau meremehkan ku, Tuan Kang?"

Kakinya melangkah kembali ke tempat mayat wanita itu berada. Gang sempit dengan pencahayaan yang buruk membuat matanya sakit.

"Aku bahkan menghilangkan jejak kejahatanmu dengan melenyapkan putrimu." Lanjutnya dengan santai.

Yeonjun dapat mendengar dengusan dari lawan bicaranya. "kau menghilangkan mainan favoritku, sialan.

...tentang kematian putriku, aku butuh bertemu denganmu."

Yeonjun mengiyakan dalam hati, "Jangan lupakan bayaranku." begitu panggilan terputus Yeonjun mendengus jengah.

Berurusan dengan orang penting bukanlah gaya Yeonjun sama sekali, Jika bukan karena bayarannya yang besar. Ia tidak akan sudi mengotori tangannya dengan tubuh tubuh busuk itu.

Putri Tuan Kang adalah pengecualian. Ia masih muda dan memiliki bola mata dan cantik—persis tipe Yeonjun. Maka dari itu bahkan tanpa disuruh pun, dengan senang hati Yeonjun akan mengambil iris mata berwarna caramel itu.

Yuna Kang, adalah incarannya sejak lama. Memiliki warna mata yang cantik adalah alasannya. Barangkali Yeonjun memiliki kelainan—bernafsu pada bola mata seseorang(?)—bukan tanpa sebab ia menjadi pembunuh bayaran.

drap.. drap.. drap..

Bunyi langkah memasuki indra pendengarannya. Langkah kaki itu bergema, terdengar pelan dan hati-hati. Yeonjun mendekat tanpa awas. Ia dapat melihat seorang pemuda dengan kaos biru berjalan di tengah kegelapan. Sejenak Yeonjun diam memperhatikan, ketika ia yakin bahwa itu adalah Soobin Choi—pemuda yang berhasil membuatnya tertarik-ia mengikuti laju langkah pemuda itu.

Pertemuannya dengan Soobin kala itu menjadi memori yang akan selalu Yeonjun ingat. Mengingat bagaimana mata biru safir itu bergetar ketakutan dapat mendebarkan detak jantungnya.

Hingga Yeonjun mendapati pemuda itu berjalan ke arah gang buntu—tempat dimana ia meninggalkan mayat wanita itu. Kakinya berderap melangkah ikut masuk ke dalam gang. Mata elangnya memperhatikan dengan seksama apa yang Soobin lakukan di gang buntu itu.

Mengelus kucing,

menyentuh cairan merah,

dan memegang potongan lengan hasil karyanya.

Dead Love | YeonbinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang