Lia Tierr . 03

98 13 5
                                    

Lia Tierr,—Mahasiswa Hukum yang menjadi teman dekat Yuna Kang. Putri dari seorang Jaksa Hukum yang menjadi faktor pertemanan mereka cukup erat. Selain karena kedua ayah nya yang berada di bidang yang sama, Yuna dan Lia mengikuti kelas Seni lukis.

Pagi ini, pada pukul 08.00. Gadis itu sudah duduk tepat di hadapan beberapa orang. Salah satunya Hwang Yeji yang setia memegang buku catatannya, dan kedua lelaki di sebelahnya akan mulai mengintrogasi sang tersangka.

Yeji memperbaiki letak kacamatanya yang merosot terlebih dahulu sebelum angkat bicara.

"Santai saja, Nona Lia. Kami hanya akan menanyakan hal-hal yang perlu, atau mungkin mencurigakan?" Ia menyodorkan teh hangat kepada gadis di depannya-seperti yang biasa ia lakukan pada klien nya-kemudian tersenyum hangat. "Tidak perlu gugup, kau hanya perlu menceritakan, kenapa kuku palsu mu bisa sampai ada di tempat kejadian?"

"A-aku tidak tahu!" Lia nampak cemas, kedua tangan nya mengepal diatas meja, nampak gemetar. "Aku.. aku tidak tahu apa-apa!"

Yeji tersenyum setenang mungkin. "Kami hanya akan menanyakan beberapa hal yang pasti sudah kau ketahui, Nona. lagipula.. kau saat ini dicurigai sebagai tersangka, walau belum ada bukti pendukung. maka dari itu, perkenankan kami untuk mengetahui beberapa hal dari mu. kau hanya perlu tenang dan menjawab hal penting jika kau memang tidak bersalah. Benarkan, Nona Lia?"

Dengan cemas ia mengangguk, dua pria di belakang yang merupakan rekan Yeji mulai mengambil alih situasi.

"Nona Lia, sejak kapan kuku jari anda patah?"

Lia memainkan jarinya dengan tidak tenang. "d-dua minggu yang lalu."

Hwang Yeji terlihat tersenyum kecil sebelum menggoreskan tinta pada buku catatannya.

"Apakah anda tahu menyebab kuku anda patah?"

Gadis itu terdiam sejenak, tangannya mengepal mencengkram udara. "aku tidak sengaja mencengkram kuab Busku terlalu erat."

"Lalu mengapa kuku palsu anda ada di tempat kejadian?"

"Aku tidak tahu! mungkin Yuna menemukannya dan ingin mengembalikannnya kepadaku!"

Yeji memiringkan kepalanya, mengamati respon tubuh Lia selama pertanyaan terus dilontarkan. Kedua lelaki yang sedari tadi melontarkan pertanyaan mengetuk meja, mulai membaca beberapa catatan.

"Namun pada catatan penyelidikan kami, Anda masih menggunakan kuku palsu itu 3 hari lalu saat akan menyerahkan lukisan untuk kontes melukis." salah satu dari mereka menyodorkan sebuah cetak foto berupa cctv yang terekam di taman dan juga cctv dari lokasi kontes melukis itu. "Anda juga ditemukan bersama korban 1 hari sebelum korban ditemukan di gudang."

Yeji tersenyum hangat sembari menutup catatannya, gilirannya mengambil alih. lengannya bertumpu di atas meja agar lebih santai. "jadi, Nona lia. Bisa anda jelaskan secara detail?"


____

Soobin berjalan di antara gelapnya malam. Ia memutuskan untuk pulang ke rumah setelah menghabiskan banyak waktu untuk tertidur di minimarket itu.

Jalanan yang dilaluinya sangat sepi—itu hanya sebuah jalan di antara gedung gedung besar. Soobin memang sering lewat di jalan ini, selain karena tidak ada begal atau para preman, disini juga tidak banyak orang karena kebanyakan gedung itu adalah toko lama yang sudah tutup, sehingga soobin merasa lebih aman.

Kesunyian mengambil alih, entah ia tertidur sampai jam berapa hingga jalanan sudah sepi seperti ini. Bahkan derap langkah kakinya dapat terdengar di antara sunyinya malam. Soobin berjalan menunduk sembari memperhatikan kakinya yang bergerak. kesunyian ini membuatnya takut. tapi ini tidak lebih baik daripada harus berjalan di jalan raya sana dan berbaur bersama orang-orang.

Dead Love | YeonbinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang