Prolog

9 3 0
                                    

Happy reading
.
.
.

Tandai typo!

Suara tawa menggema di satu ruangan, yang terlihat mewah dan elegan.

Dua gadis cantik yang umur nya hanya selisih beberapa tahun itu sedang bermain rumah-rumahan.

Satu gadis kecil yang berumur 7 tahun itu sedang duduk di bangku dengan memeluk boneka, dan satu gadis kecil yang berumur 10 tahun itu mengoleskan bedak.

"Paitt!!"

Gadis berumur 7 tahun itu mengibaskan tangan nya karna sesuatu masuk kedalam mulutnya.

Sedangkan gadis berumur 10 tahun itu, tertawa sembari mengambil air minum dan memberikan nya.

Setelah meminum air itu, dua gadis itu saling tatap tatapan lalu mereka tertawa bersama, gadis 10 tahun itu tertawa lantaran melihat bedak yang ada di mulut gadis satunya, sedangkan gadis 7 tahun itu tertawa karna mendengar tawa yang aneh.

Prang

Suara tawa itu terhenti lantaran mendengar suara benda yang terjatuh.

Prang
Prang
Bruk

"Ka...takut." Rengek gadis berumur 7 tahun itu.

"Liya tunggu di sini dulu, Kaka mau ngecek sebentar."

*Allya liyana lakshita=liya*

Gadis berumur 10 tahun itu keluar mencari asal suara yang membuat dirinya dan Liya terganggu.

Ia melihat dua orang dewasa sedang bertengkar, banyak pecahan kaca di lantai akibat dari pertengkaran mereka.

"Mari kita cerai!"Ucap wanita yang penuh dengan air mata.

Sontak membuat dirinya yg mendengar menutup mulut dengan kedua tangannya, air matanya sudah bercucuran mendengar kata 'cerai' yang terlontar dari wanita tersebut.

Ia berlari mengambil tangan wanita tersebut lalu memeluk nya. "Tante, Sheza mohon jangan,, jangan lakukan itu."Ucap Sheza terisak Isak sembari memegang tangan wanita itu.

*Caliana Sheza Nisquita=Sheza*

Wanita itu mengibaskan tangannya hingga Sheza tersungkur. "Biarkan Tante bebas dari kesialan ini." Sheza menggeleng kuat ia bangun sembari mengusap air matanya. "Nggak, tante om tolong bertahan, setidaknya demi Liya dan Agha, mereka masih butuh tuntunan."

Wanita itu tidak mendengarkan Sheza ia masuk ke dalam kamarnya dan mengunci pintu itu rapat rapat.

Sheza menatap om nya lalu ia berlari ke arah om nya itu. "Om, Sheza mohon,,,"Sheza memohon hanya demi Liya, agar orang tua Liya utuh.

Laki laki itu berjongkok menyamakan tinggi nya, tangan itu terulur untuk mengusap kepala Sheza. "Kami sudah cukup jauh bertahan za,, rumah tangga ini nggak akan utuh kalo tanpa cinta."

Sheza menangis, ia tak tahu harus berbuat apa. "Om masih cinta sama Tante!! Sheza bisa liat dari sorot mata om jangan bohongi perasaan sendiri!!" Ucap Sheza sembari menangis sesenggukan.

Laki laki itu mengecup kening Sheza lalu ia berdiri kembali. "Tunggu surat pisah nya!!" Ucapan lantang itu membuat Sheza meraung raung, ia mengejar om nya yang sudah pergi dari rumah.

Walaupun Sheza masih berumur 10 tahun tapi pemikiran nya sudah sangat dewasa, ia di dewasa kan oleh keadaan, orang tuanya telah cerai ketika ia masih berumur 5 tahun dan ibu nya pergi ke kota menitipkan nya kepada orang tua Liya.

Walau terkadang ibu nya pulang namun rasa dekat dengan ibu nya sudah pudar, itu sebabnya ia memohon agar orang tua Liya tak bercerai, ia tak mau Liya merasakan hal yang sama dengan nya.

.
.
.

Jangan lupa vote and komen!!

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 17 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Luka yang terus menerus Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang