Aku menjadi lebih dekat dengan sopel-sopelku setelah berada di kampus. Tidak jarang kami meet up untuk makan atau merayakan hal-hal. Namun tidak ada yang tahu bahwa dua dari 12 orang itu menjalin cinta.
Hari Sabtu dan Minggu adalah hari pesiar tingkat 3 dan 4. Aku dan Enrico merencanakan dengan matang tujuan pesiar yang benar-benar rahasia ini. Sebelum keluar kampus, aku memastikan lagi rencana ini.
"Siap apel belum?" tanyaku melalui pesan WA.
"Sudah selesai apel ini. Kamu keluar duluan aja, nanti aku nyusul"
"Okey, kabarin ya kalau udah di gerbang biar aku naik duluan ke mobil."
"Iya"
"Oiya pastiin sebelum masuk mobil gaada yang liat ya." tambahku.
"Aman."
Aku menunggu di depan warung kecil depan kampusku sembari menunggu mobil datang.
"Hi, Alea. Lama kah kamu nunggu?" Ucapnya setelah membuka pintu mobil secara tiba-tiba.
"Um, lumayan." Ucapku sembari melihat keadaan di luar kaca mobil.
"Udah pak, boleh berangkat" Kataku pada sopir.
"Maaf ya nunggu lama, tadi papasan sama sokonku di jalan. Jadi biar nggak curiga aku ngobrol bentar tadi." Ucap Enrico
"Oh iya? Terus ditanya nggak ?" kataku.
"Ditanya sih, mau kemana. Kujawab aja mau beli jajan di luar."
"Oh baguslah. Kamu udah lapar belum?" tanyaku.
"Iya nih, padahal sarapan tadi belum lama udah lapar aja." Keluhnya sambil memegangi perutnya.
"Sampe sana mau makan dulu?" tawarku.
"Boleh."
"Mau nonton film apa kita?" tanyaku. "Kalau kulihat di now playing sih aku pengen ini, tapi gatau full nggak ya soalnya lagi booming." Aku menyerahkan ponselku menunjukkan list now playing di bioskop.
"Nanti kita pesan tiket dulu aja kalo gitu, mau film apa terserah kamu, yang kamu suka. Baru makan."
"Iya juga."
Tidak lama kami sampai di mall yang terbilang tidak terlalu jauh dengan kampus tapi kata teman-temanku jarang ada seperkawanan anak kampusku datang kesini, jadi tepat aku memilih tempat ini.
Aku dan Enrico sudah memesan tiket yang tayangnya masih satu jam lagi, masih ada waktu buatku dan Enrico mengisi perut sebentar.
Selesai makan, aku dan Enrico memasuki ruangan dan menuju kursi yang kami pilih. First date, nonton di bioskop. Apa yang terlintas di pikiranku tiba-tiba? Mitos kalau dia masih belum melupakan mantannya. Persetan, aku tidak percaya.
Aku sangat menikmati film entah karena suasana bersama pacar atau gimana. Tapi di tengah jalannya film, jumpscare membuatku sontak kaget dan sering menutup mata membuat Enrico sedikit kasihan mungkin. Ia memegang erat tanganku dan terkadang mengelusnya untuk menenangkanku.
"Jangan takut ya," ucapnya bisik-bisik.
Aku cuma mengangguk dengan tangan masih digandengnya.
Dua jam film berlangsung dengan selingan humor, jumpscare, dan untungnya happy ending. Kami beranjak keluar dan disana Enrico melihat ada senior.
"Ada senior disana, jangan dilihat." perintahnya.
"Oke, kita jalan lewat sana kalo gitu." Aku berjalan sambil memasang masker menutup wajahku.
"Mau langsung pulang apa mampir lagi?" Tanyanya
"Um, keliatannya udah sore ini. Takutnya perjalanan macet weekend, kita telat masuk kampus. Balik aja gimana? Apa kamu ada yang mau dibeli dulu gitu?"
"Nggak ada sayang, balik aja ya kalo gitu?"
Aku dipanggil sayang pertama kali setelah pertemanan praktik lapangan yang biasa saja, mengggelikan menurutku tapi aku tersipu malu. Mengangguk saja jawabanku karena aku tidak cukup kuat menatapnya.
Aku dan Enrico berpisah di luar kampus dengan titik pemberhentian yang berbeda. Ya, aku sangat menjaga hubungan kami tidak terpublish atau diketahui orang banyak.
Kehidupan normal lagi, siklus lagi. Pagi, siang, malam hal yang sama berulang-ulang. Namanya pendidikan, semuanya mempunyai peraturan. Sedikit bumbu motivasi dari Enrico yang mengisi kesibukanku di dalam kampus.
KAMU SEDANG MEMBACA
NEPENTHE
RomanceTrauma datang dari orang yang kita sayang. Tak lama setelah disembuhkan, secara tak sadar ia rangkai kembali trauma itu. Berulang.