2009
Cahaya Bulan menjadi satu-satunya penerangan disebuah terowongan panjang dengan nuansa temaram, hanya beberapa lampu jalan saja yang menjadi sumber cahaya terowongan tersebut. Suasananya pun begitu sepi, energinya sudah mulai habis karena seluruh tenaga ia kerahkan untuk berlari. Ingin rasanya ia berhenti dan beristirahat sejenak, akan tetapi hal itu mustahil ia lakukan.
Saat ini ia sedang berada di ujung tanduk, hanya keberuntungan yang bisa menyelamatkannya. Jujur ia menyesal karena tidak menuruti perkataan ibu dan kakaknya untuk tidak pulang larut malam. Dua hari yang lalu dirinya di culik kemudian disekap oleh orang-orang yang sama sekali tidak ia kenal.
Bahkan ia tidak tau posisinya sekarang sedang berada di mana, air mata terus mengalir dan hatinya terus berdoa meminta perlindungan kepada tuhan dan berharap Tuhan mengirimkan seseorang untuk menolongnya.
tanpa mempedulikan kaki yang sudah terluka, dia terus saja berlari. Sesekali kepala menoleh kebelakang dengan rasa was-was karena takut tertangkap oleh para penculik yang menyekapnya.
Sekian lama berlari, akhirnya ia dapat mencapai pintu terowongan dan keluar dari terowongan gelap itu. Nafasnya belum merasa lega karena sekeluarnya ia dari terowongan, ia masih harus menerobos hutan pinus untuk mencapai ke pemukiman warga.
Bruk!
Linu ia rasakan, kakinya tak sengaja menendang sesuatu sehingga membuatnya terjatuh.
"Aduh!" Tangannya memegang kaki yang terbentur batu sambil meringis kesakitan, tapi ia tak boleh berhenti disini. Tubuhnya pun bangkit dan kembali berlari dengan tertatih-tatih.
Entah berapa lama lagi ia harus berjuang, yang pasti dirinya tidak boleh menyerah. Dengan kaki yang terluka kini yang dirasakan bukan lagi ranting dan daun daun kering, melainkan sebuah aspal jalanan.
Hingga akhirnya dia bisa keluar dari hutan pinus itu. Jantungnya masih berdegup kencang, dia bimbang dengan harapannya. Dia berharap ada mobil yang melintasi jalanan ini, tapi dia juga takut jika yang datang bukanlah orang baik.
Tangannya segera merogoh benda pipih dari kardigan berwarna nude yang sudah kotor, dan ia berucap syukur ketika ponselnya yang sama sekali tak berguna kini sudah bisa digunakan. Tanpa ba bi Bu lagi ia menelfon seseorang yang sebelumnya sempat ia telfon.
"Halo?!" Orang di sebrang nampaknya terkejut ketika menerima panggilan darinya, pasti orang-orang sedang mencemaskannya.
"tolong aku" nafasnya terengah-engah.
"Ada apa?, sekarang kamu dimana? Biar aku Jemput"
"Aku di-"
Brak!
Belum sempat dirinya sampai ke sebrang jalan dan menyelesaikan kalimatnya, sebuah mobil van berwarna hitam menghantam kuat, membuat tubuh gadi itu terpental jauh.
Ngiiing...
Dia merasakan ada suara berdenging pada kepala dan juga Telinga, tubuhnya pun tak bisa bergerak, begitupun nafasnya yang terasa sesak. Samar-samar matanya melihat dua orang keluar dari dalam mobil, berlari menghampirinya, akan tetapi ia tak tau mereka siapa karena pandangannya buram dan perlahan menggelap.
***
Bismillaahirrahmaanirrahiim, Assalamu'alaikum Wr. Wb.
Shalom,
Om Swastiastu,
Namo Budaya,
Salam Kebajikan.Haii.. tak kenal maka ya kenalan. Bener kaaan...
Salam kenal nih dari sayap angsa.. itu nama pena ku aja, kalo mau lebih akrab bisa panggil aku Tiwi..
Disini aku cuma mau menjelaskan bahwa cerita ini bukan cerita pertama aku, dulu tahun 2015 aku sempat menulis cerita juga, sayangnya akun ku yang dulu lupa password. Maklum generasi msg jadi gampang lupa..
Dan 2018 aku kembali dengan akun baru, beberapa kali aku juga pernah nulis cerita kok sebelumnya di akun ini. Cuma aku unpublish dulu karena masih labil sama alurnya, sama kaya nulis cerita ini beberapa kali revisi juga hehe.
Setelah proses berfikir yang cukup panjang dari 2018 sampai 2024, akhirnya aku menetapkan prinsip dengan cerita ini.
Aku berharap teman-teman bisa nyaman dengan cerita ku yang di tulis oleh penulis amatir. Kalo ada typo kalian bisa langsung komen aja ya, tentunya dengan bahasa yang enak di baca..
Makasih, segitu aja pembukaannya. Kalo kepanjangan takutnya nanti nyaman hehe..
KAMU SEDANG MEMBACA
About time (Revisi)
RomanceMenurut kalian usia berapa sih idealnya perempuan untuk menikah? 20? 25?. Menurutnya tak ada batasan, mau menikah di usia berapa pun terserah kalian yang penting tidak merugikan orang lain atau bahkan kalian memilih untuk tidak menikah?. "Santai...