Satu

309 7 2
                                    

Apabila terjadi kesamaan tempat, lokasi dan juga nama pada karakter. itu sebuah faktor ketidak sengajaan karena cerita ini hanya fiktif belaka.

***

'Warna Hitam bukan berarti hitam dan Warna putih tidak selalu putih.'

***

Februari 2024

"Widih ini enak banget!" Seru perempuan manis dengan rambut sebahu yang diikat tak rapih, bahkan sebagian anak rambutnya terjuntai lepas dari ikatan menghiasi pelipis dan juga punggung lehernya. Ia sibuk menyantap nasi goreng yang barusan saja dihidangkan oleh si penjual.

Di persimpangan jalan pada malam ini cukup ramai dengan orang-orang pendatang maupun tuan rumah di kota ini, entah mereka hanya kebetulan melintas saja atau memang dengan sengaja ingin menikmati jajanan kaki lima. Apalagi malam ini adalah malam minggu, sudah menjadi tradisi masyarakat akan pergi keluar rumah untuk menikmati akhir pekan bersama teman, keluarga maupun pasangan.

Berbagai aroma masakan yang sedang diolah oleh para penjual makanan cukup memikat para pengunjung. Salah satu yang sangat banyak diminati yaitu nasi goreng. Siapa yang tidak mengenal makanan olahan yang berbahan utama dari nasi ini?, bahkan makanan ini menjadi menu andalan setelah sate dan rendang di berbagai restoran dan hotel Indonesia.

"Tolong buatkan tiga porsi lagi, pak!. Tapi di bungkus aja"

"Siap neng" balas bapak tukang nasi goreng dengan senang hati karena hasil masakannya pas di lidah pelanggan.

"Nambah pelanggan lagi nih kayanya, Pak" seorang wanita paru baya yang sama-sama sedang menyantap nasi gorengnya ikut menanggapi dari kursi sebrang.

"Wah bener tuh Bu, saya kayanya bakal jadi pelanggan setia" jawabnya, kemudian pandangannya kembali melihat ke arah bapak penjual nasi goreng "dari kapan pak, jualan nasi goreng?"

"Bapak saya buka lapak disini dari tahun 2015, kalo saya cuma melanjutkan usahanya saja setelah bapak saya mulai sepuh"

"Wah lama juga yah" tangannya merogoh saku jaket, dan matanya melihat sebentar ke arah layar ponsel. Sembari beranjak dari tempat duduk, ia menghampiri bapak tukang nasi goreng yang masih sibuk dengan tugasnya.

"Semuanya jadi berapa, pak?"

"Empat porsi sama yang di bungkus, jadi 100 ribu, neng"

"Ini, uangnya" selembar uang 100 ribu ia sodorkan. Tanpa berkata apa-apa lagi perempuan itu keluar dari tenda. Berbaur dengan keramaian, bahkan raut wajahnya yang semula hangat kini berubah menjadi serius.

"Loh neng, ini nasi gorengnya baru selesai satu bungkus" penjual nasi goreng buru-buru melongokkan kepalanya ke luar tenda. Memanggil-manggil perempuan itu kembali siapa tau ia lupa dengan pesannya. Hendak mengejar akan tetapi langkah kaki perempuan tersebut begitu senyap tapi cepat, bahkan jaraknya saat ini sudah cukup jauh. "neng!" Panggil bapak penjual nasi goreng lagi. Namun perempuan itu sama sekali tidak menengok.

Disisi lain sebetulnya teriakan dari bapak penjual nasi goreng tadi dapat terdengar oleh telinganya, hanya saja ada tugas yang lebih penting dari sekedar nasi goreng, yaitu menangkap pria berbaju abu-abu yang kini berada beberapa meter di depannya.

About time (Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang