02

457 44 11
                                    

"Tidak semua anak beruntung tentang orang tua

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Tidak semua anak beruntung tentang orang tua."

Jenggala A.N




Happy reading~






Setelah menghabiskan makanannya, Jenggala berniat pergi ke kamar mandi. Ia sudah tidak sanggup lagi menahan rasa mual sekaligus rasa sakit yang mulai menjalar di tubuhnya.

"Mau kemana?" tanya Naradipta yang masih duduk di kursinya sambil menyantap makanannya.

Jenggala yang sudah bangun dari posisi duduknya seketika membeku, ketika mendengar suara bariton Naradipta. Ia hanya terdiam tanpa menatapnya sama sekali.

"Kenapa hanya diam? Punya mulut kan?" tanya Naradipta lagi, dengan wajah dingin miliknya.

Jenggala ingin menjawab, namun bibirnya terasa keluh untuk mengeluarkan suara. Ia takut jika mengeluarkan suara yang ada nanti-.

Dengan kepala yang semakin menunduk, Jenggala berusaha menahan rasa mual yang sudah di ujung tenggorokannya. Wajahnya yang sudah memerah serta di penuhi juga oleh keringat.

"Ga-gala ma-."

Jenggala dengan cepat membekap mulutnya sendiri. Jenggala ingin pergi sekarang, ia sudah tidak tahan lagi.

"Kam-"

Naradipta belum juga menyelesaikan ucapannya, Jenggala lebih dulu berlari menuju ke kamarnya sendiri.

"Dasar bodoh!" ujar Juandra sambil menatap sinis.

Naradipta menghela nafas kasar, menjatuhkan sendok berserta garpu nya di atas piring menyebabkan dentingan keras di piringnya.

Naradipta sudah tidak berselera makan lagi. Ia mengendorkan dasi miliknya yang serasa mencekik lehernya.

"Dasar anak nggak tau sopan santun!" celetuk Nirmala, yang sedari tadi melihat interaksi sang suami dan juga anak bungsunya itu.

"Udah tau kita lagi makan!" pekik Nirmala sinis.

Naradipta berdiri dari duduknya. Sebelum beranjak, ia meneguk air minumnya hingga tandas. Melangkah pergi, mengikuti Jenggala dari belakang sambil menggulung lengan bajunya.

"See, pertunjukan lagi..." ujar Juandra dalam hati sambil menatap kepergian sang Papa.

Jenggala masuk ke kamar, tak lupa juga untuk menguncinya. Ia melangkahkan kakinya menuju ke kamar mandi. Dengan cepat ia membuka penutup kloset, dan memuntahkan semua makanan yang ia makan tadi tanpa tersisa.

Ia mengatur deru nafasnya yang mulai naik turun. Sekujur tubuhnya mulai merasakan sakit yang luar biasa.

Jenggala mulai terisak, meraung kesakitan merasakan sakit di sekujur tubuhnya. Namun sekuat mungkin ia menahan isak nya agar tidak terdengar.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 13 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Desire JTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang