9. Kita selesai

125 15 3
                                    

----

Setelah masak-masak dan makan bersama walaupun mood Giselle sedikit berantakan tapi semuanya aman terkendali. Kini keduanya sedang duduk di sofa menikmati film komedi yang mereka tonton.

Sesekali tawa keduanya mengudara saat ada adegan lucu. Bahkan sudah banyak bungkus camilan yang berserakan.

Tiba-tiba Giselle termenung, film didepan tidak lagi menarik. Omongan abangnya yang lalu kembali masuk dalam pikirannya.

Sebetulnya Giselle pun bertanya-tanya, mau sampai kapan mereka bersama??? Padahal sudah jelas bahwa mereka tidak akan pernah berada dijalan yang sama.

"Bi."

"Hm?"

"Kita.... Mau sampai kapan?" Giselle menatap Hasbi.

"Engga jangan ngira aku pengen cepet putus sama kamu, tapi Bi, kita udah bareng selama enam tahun dan gak keliatan bakal ada jalan keluar diantara kita. Baik aku maupun kamu, kita sama-sama gak bisa ninggalin agama kita gitu aja. Mama juga sering nanya mau sampai kapan kita kayak gini, umur kita udah bukan remaja lagi."

"Kamu sendiri maunya sampai kapan kita kayak gini?" Tanya Hasbi balik.

Giselle terdiam.

Dia gak tau, hatinya gak akan sanggup kalo sampai Hasbi menemukan wanita lain yang bisa membuatnya bahagia. Giselle ingin egois, Giselle ingin mengatakan bahwa Hasbi hanya miliknya tapi lagi-lagi Giselle tidak bisa.

"Jel. Kalo emang kita mau berhenti ayo, aku gapapa. Tapi pastikan bahwa setelah kita berhenti kamu bisa bahagia, kamu bisa lebih bahagia bersama lelaki pilihan hati kamu ataupun keluarga kamu. Kamu harus bahagia lebih dari aku Jel, itu doa yang selalu aku panjatkan untuk kamu. Kalo saat kita berhenti kamu gak bahagia, lalu bagaimana bisa aku ninggalin kamu?"

"Aku gak mau kita selesai dengan hati yang marah, aku mau kita selesai dengan ikhlas walaupun itu menyakitkan."

Giselle masih terdiam.

"Jelly dengerin aku." Hasbi mengenggam kedua tangan Giselle.

"Aku sayang kamu, dan akan terus seperti itu. Dari awal saat aku setuju dengan omongan kamu, aku sama sekali gak pernah ada niat untuk main-main, kalo bisa pun sudah dari lama aku meminang kamu tapi rupanya ada tembok diantara kita yang gak bisa aku lewati, aku gak bisa, dan gak akan pernah bisa."

Dulu saat keduanya sedang sibuk-sibuknya di semester akhir, Giselle berlari kearahnya dengan mata merah. Hasbi jelas khawatir, ada apa dengan temannya ini, tapi Giselle malah menangis kencang dan mulai bicara hal-hal random.

"Hasbi ayo jadi pacar gue, ayo kita pacaran, gue capek sama tugas akhir, gue juga capek diledekin Sonya mulu, biar nanti kan kita bisa skripsi bareng terus wisuda bareng juga pasti lucu."

Hasbi tertawa kencang mendengar itu, yang mana berhasil membuat Giselle kembali menangis.

"Kok lo malah ketawa sih? Gak mau ya jadi pacar Jijel? Hiks Mama Jijel di tolak Hasbi. Padahal gue udah naksir sama lo dari jaman masih maba."

Astaga gemes banget, Hasbi gak sanggup.

Hasbi mengusak rambut Giselle. "Iya ayo pacaran, Hasbi juga naksir Jijel kok."

"Dari kapan?" Tanya Giselle dengan mata berbinar.

"Barusan pas nangis." langsung digebuk lah sama Giselle, yang bener aja.

"Serius gak?"

"Loh serius lah."

Giselle mengusap air matanya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 09 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

DifferentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang